"Oh, begitu. Kasian atuh, Buk Kania."
Saat pagi hari, Kania terkejut saat berada di kamar yang asing. Kania menatap langit-langit kamar. Buk Fatimah—tetangga Kania menyapa Kania, "Buk Kania?"
Kania bertanya mengapa dirinya bisa ada di rumah Buk Fatimah, "Kok, bisa ya, saya ada di sini?"
Buk Fatimah, menjelaskan apa yang terjadi kepada Kania semalam, "Jadi begini Buk, katanya, Buk Kania pingsan waktu sudah sampai di rumah. Jadi, dibawa saja ke sini."
"Oh gitu. Makasih ya Buk, sudah mau menampung saya di sini," tutur Kania dengan lemah lembut.
Buk Fatimah mengatakan, "Ya sama-sama Buk. Kita kan, tetangga. Jadi, ya harus saling tolong menolong." Buk Fatimah melanjutkan, "Kata anak saya, rumah Buk Kania kosong. Memangnya, pada kemana Buk?"
Kania menjawab jika anak-anaknya sedang menginap di rumah neneknya, "Anak-anak, lagi pada nginep di rumah Neneknya."
"Oh gitu. Tau gitu, Asep gak saya suruh dateng ke sana," kata Buk Fatimah.
