Bukan Farhan namanya, jika tidak mengusikku. Kami sering melibatkan diri dalam sebuah balapan liar. Meskipun, jika dibandingkan dengan aku, kemampuan Farhan masih kalah jauh. Hari itu, Farhan tidak terlihat datang.
"Kita bisa dong, pergi ke klub?" tanya Maman saat kemenangan menghampiriku. Kami bertiga, berniat untuk langsung menginjakkan kaki ke klub. Namun, hal yang mengejutkan secara tak terduga, terjadi.
"Heh! Anak pembantu!" Dengan tiba-tiba, Farhan menghampiri. Saat itu, aku tidak tahu Farhan mengetahui jikalau ibuku memang seorang pembantu. Senyumnya, sangat meledekku. Kumenoleh ke arahnya. Dan, mengatakan jika tidak ada salahnya menjadi anak dari seorang pembantu.
"Gak ada salahnya kok, jadi anak dari pembantu. Emang kenapa sih?' tanyaku. Lekas melangkah pergi. Kemudian, Farhan memperlihatkan video-video yang berisi video-video ibuku yang sedang memohon untuk dipecat. Yang lebih parah, saat kaki Farhan sedang dipijit oleh ibuku dengan wajah lelahnya.
