SATU BULAN BERLALU.
Seno menatap Winda yang masih belum bangun dari tidur panjangnya. Perempuan itu terlihat sangat damai dengan sesekali mengeluarkan air matanya. Dokter mengatakan bahwa kondisi tubuh Winda sebenarnya sangat stabil, tapi otaknya tidak mampu bekerja karena kemungkinan dia terlalu banyak berpikir hingga otaknya mengalami kematian sementara.
Entah sudah berapa banyak air mata yang Seno keluarkan untuk sang istri tercinta. Seno sangat merindukan suara Winda, sentuhannya dan omelannya. Pria itu menghela napas berat kemudian mengusap rambut hitam Winda.
"Kamu pasti nyenyak banget ya tidurnya. Kamu pasti pengen banget istirahat kan? It's okay, kamu boleh istirahat tapi ini udah terlalu lama, sayang. Aku kangen. Kembar kangen sama mamanya. Tiap hari mereka nangis nanyain kamu, liat foto kamu mereka bakal nangis-nangis gak berenti." Seno berhenti sejenak, "Sayang, bangun yuk."