Josh mendengar Thomas bicara, meskipun bergumam tetapi terdengar jelas di telinganya. "Gadis yang mana?"
Thomas melihat Josh begitu pun dengan Ervin. "Gadis apa?" tanya Ervin.
"Tidak tahu," jawab Josh. "Dia tadi yang bicara sendiri ngomong gadis." Tunjuk Josh dengan bibirnya pada Thomas.
Ervin menaikkan alisnya. "Gadis? Apa ada sesuatu yang terlewatkan?" tanya Ervin melihat Thomas.
"Apa sih kalian ini?! Tidak ada apa-apa," jawab Thomas berkelit. "Aku tidak bicara apa-apa."
Josh mencibir. "Nanti juga ketahuan, siapa gadis itu?"
Ervin tersenyum. "Apa sekarang kita cari gadis itu?"
"Apa sih kamu ini?!" ucap Thomas membuang muka gugup.
"Kalau tidak ada apa-apa yang disembunyikan, tidak mungkin kamu seperti ini," kata Ervin, melihat ke sekeliling ruangan.
"Sepertinya gadis itu telah mencuri perhatianmu," kata Josh.
"Sudahlah, kalian ini kenapa malah memojokkan aku?" kata Thomas risih.
Ervin tertawa kecil, baru kali ini melihat Thomas yang mati kutu karena seorang gadis. "Aku jadi penasaran, gadis seperti apa yang telah menarik perhatianmu?"
"Kita mau mengobrol di sini atau pergi ke pasar?" tanya Thomas mengalihkan pembicaraan.
"Iya, lupa. Bukankah kita mau ke pasar?" kata Ervin.
"Siapa yang mau bayar ikan bakar ini? Aku tidak ada uang di dompet kecuali kalau di sini bisa pakai kartu kredit," kata Josh.
"Biar aku saja," kata Ervin lalu memanggil pelayan untuk membayar semua makanan.
Tidak butuh waktu lama, setelah selesai membayar semua makanan. Mereka bertiga melanjutkan tujuannya untuk pergi ke pasar.
"Tadi kata Pak Kodir, pasarnya tidak jauh dari tempat kita makan," kata Josh yang selalu duduk di belakang.
"Mungkin itu," ucap Ervin yang sedang menyetir mobilnya melihat ke depan.
"Sepertinya memang itu," jawab Thomas melihat ke depan.
Nampak di depan mereka banyak penjual buah buahan yang berjualan dipinggir jalan, berbaur dengan pedagang yang lain.
"Iya, sepertinya ini pasarnya," ucap Josh melihat ke luar.
"Kita cari tempat parkir," kata Ervin sambil menjalankan mobilnya hati-hati karena banyak orang yang menyebrang jalan.
Tidak sulit bagi mereka untuk mencari tempat parkir. Thomas dan Josh ke luar terlebih dahulu dari dalam mobil di susul Ervin.
"Itu sepertinya Toko yang menjual sepeda," tunjuk Josh ke arah seberang jalan.
"Kalau begitu kita ke sana," ajak Ervin langsung menyeberang jalan yang sedikit lengang dengan kendaraan.
Toko yang tidak begitu besar, didepannya terlihat beberapa sepeda dengan ukuran besar dan kecil berderet dengan rapih. Seorang pegawai Toko terlihat datang mendekati mereka bertiga yang sedang melihat lihat sepeda.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah.
Josh melihat ke arah pegawai Toko, seorang wanita yang terlihat masih sangat muda.
"Kami mencari sepeda," jawab Josh menatap dalam wajah gadis muda itu.
"Untuk umur berapa tahun?" tanyanya lagi. "Di sini banyak ukuran sepeda untuk segala umur."
"Untuk kami," jawab Ervin sambil memperhatikan salah satu sepeda yang sedang dipegangnya.
Gadis itu lalu memperlihatkan beberapa ukuran sepeda yang cocok untuk mereka bertiga. Terlihat sekali gadis ini nampak santai melayani mereka, tidak ada rasa gugup atau apa pun.
Setelah selesai memilih dan mendapatkan sepeda yang cocok, mereka membayarnya tanpa banyak menawar.
"Bagaimana kita membawanya?" tanya Josh.
"Ikat sepedanya dibagian belakang mobil," jawab Ervin.
"Ketiganya?" tanya Josh lagi sambil melihat ke arah sepeda yang telah dibelinya tadi.
Gadis pegawai Toko datang mendekati mereka bertiga karena melihat mereka seperti kebingungan. "Ada yang bisa aku bantu?" tanyanya.
Thomas melihat ke arah gadis itu. "Kami butuh tali untuk mengikat sepedanya."
"Tali? Kalau tali ada di sini. Tunggu sebentar, aku ambilkan." Gadis itu pun segera pergi masuk ke dalam Toko.
Ervin yang sedang berdiri di pinggir jalan, tiba-tiba tatapannya jatuh pada seorang gadis yang sedang mengayuh sepeda dan berhenti berjarak beberapa meter darinya.
"Aneska," gumamnya tidak mengalihkan pandangannya dari Aneska yang sedang memarkirkan sepedanya.
Dengan santai Aneska berjalan sambil menunduk, tidak menyadari kalau dia melewati Ervin yang sedang memperhatikannya.
Aneska berjalan tidak melihat kiri kanan, tatapannya fokus melihat ke dalam Toko sehingga tidak menyadari ada tiga orang laki-laki yang sedang melihatnya dari atas sampai bawah.
"Laras," panggilnya melihat ke dalam Toko yang tidak terlihat ada orang. "Laras!!"
Dari dalam gadis muda yang melayani Ervin dan temannya langsung menjawab. "Tunggu sebentar!"
Aneska mengalihkan pandangannya dan melihat ke luar Toko. Tatapannya beradu kontak dengan bola mata Ervin yang dari tadi tidak melepaskan pandangannya. Beberapa detik terlihat Aneska seperti tertegun tidak percaya.
Ervin tersenyum, mendekati Aneska yang sedang berdiri mematung. "Hai, kita ketemu lagi."
Thomas dan Josh saling berpandangan lalu melihat Ervin yang wajahnya mendadak terlihat sangat senang.
"Aneska," panggil Ervin lagi.
Aneska langsung berusaha menguasai dirinya yang terlihat kaget bertemu Ervin di tempat itu. "Pak Ervin."
"Kenapa panggil Bapak lagi? Apa aku terlihat tua sehingga kamu selalu memanggilku Bapak?" tanya Ervin keberatan.
"Maksudku Ervin, kenapa ada di sini?" tanya Aneska.
Ervin tersenyum. "Setahuku ini tempat umum jadi menurutku bukankah aku bebas berada di sini?"
"Bukan begitu maksudku Pak,, eh Ervin," jawab Aneska meralat ucapannya. "Kamu sedang apa di sini?"
Ervin tersenyum lagi, dirinya senang untuk menggoda Aneska. "Ini pasar bukan? Tentunya aku sedang belanja bukan sedang berobat."
Aneska garuk-garuk kepala tidak gatal, pandangannya dialihkan melihat Josh dan Thomas yang sedang berdiri tidak jauh darinya sambil menatapnya tajam sehingga membuat dirinya jadi gugup.
Thomas dan Josh datang mendekati Ervin dan Aneska. "Siapa ini?" tanya mereka berdua bersamaan.
Ervin melihat ke Thomas dan Josh. "Ini siswi di Sekolah yang kemarin kita datangi," jawabnya.
Josh melihat Aneska dari atas sampai bawah. "Cantik, sangat menarik."
Aneska yang dipuji oleh Josh dengan sekuat tenaga berusaha menguasai dirinya agar tidak gugup. Pandangannya kembali melihat Ervin.
"Kamu masih ingat dengan mereka?" tanya Ervin melihat Aneska lalu melihat Thomas dan Josh yang ada disampingnya.
Aneska melihat Thomas dan Josh yang sedang menatapnya. "Tentu saja aku ingat. Ini adalah Pak Thomas dan Pak Josh."
Dari dalam Toko, Laras ke luar dengan tangan membawa tali yang digulung. "Ini talinya ---," ucapnya terhenti karena melihat Aneska yang sedang berdiri di depan tiga laki-laki yang menjulang tinggi.
"Laras," sapa Aneska melihat Laras. "Dari tadi aku mencarimu tapi kamu tidak ada."
"Aku sedang di gudang mencari tali," jawab Laras memperlihatkan tali yang ada ditangannya.
"Buat apa tali?" tanya Aneska mengalihkan perhatiannya dan merasa bersyukur karena ada Laras yang datang di waktu yang tepat.
"Buat mereka," jawab Laras melihat Ervin dan memberikan tali tersebut pada Ervin.
"Terima kasih," ucap Ervin menerima tali dari tangan Laras. "Kalian saling kenal?" tanyanya.