Chereads / ANESKA BELAVINA / Chapter 21 - ERVIN PERGI TANPA PAMIT

Chapter 21 - ERVIN PERGI TANPA PAMIT

Melihat Serlin yang tertidur pulas, hanya senyum tipis yang Ervin perlihatkan. Perlahan turun dari tempat tidur dan langsung masuk ke kamar mandi, tidak lama terdengar suara air dari dalam.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk Ervin mandi, dengan bergegas segera masuk ke dalam walk in closet dan berganti pakaian.

Setelah melihat penampilannya yang rapi dan siap berangkat, Ervin menarik kopernya yang sudah dia persiapkan dari semalam. "Aku akan mencari hiburan, menghilangkan kepenatanku."

Perlahan dibukanya pintu dan masih terlihat Serlin tidur dengan nyenyaknya. Ervin hanya sebentar melihat ke arah Serlin.

"Pasti dia akan panik mencariku. Memangnya cuma dia saja yang bisa datang dan pergi seenaknya di rumah ini. Aku juga bisa, apalagi aku seorang laki-laki." Ervin bicara sendiri, mendorong kopernya ke luar dari kamar.

Ervin melihat jam tangannya kemudian dengan terburu buru segera menuruni setiap undakan tangga. Rumahnya masih terlihat sepi, tidak ada satu pun pelayannya yang sudah bangun.

Tiba di luar, Ervin disambut penjaga rumah. "Tuan, pagi buta begini mau ke mana?" tanyanya heran melihat Tuannya sedang mendorong koper.

"Aku ada tugas ke luar kota. Kalau orang rumah tanya, bilang saja begitu," kata Ervin. "Keluarkan mobil yang berwarna merah, Gatot."

"Iya, baik Tuan." Dengan cepat Gatot segera berlari kecil ke arah garasi.

Hanya menunggu beberapa menit, mobil berwarna merah datang menghampiri pemiliknya. Tanpa menunggu lama lagi, Gatot segera turun dari mobil.

"Hati-hati di rumah. Aku pergi dulu." Tanpa membuang waktu. Ervin segera menjalankan mobilnya ke luar dari pintu gerbang yang terbuka secara otomatis. Pergi semakin menjauh menembus udara pagi yang masih terasa menusuk tulang.

"Pak Ervin pagi-pagi begini sudah pergi. Wajar saja kalau dia jadi orang kaya, di saat yang lain masih tertidur pulas, Tuan sudah ke luar dari rumah."

Ervin mengendarai mobilnya dengan kencang karena jalan raya masih tetlihat lengang. Sehingga jarak tempuh yang biasanya lama dari rumahnya ke tempat Thomas, sekarang hanya ditempuh dengan setengah jam saja.

"Buka pintu!!" Teriak Ervin lewat telepon genggamnya. Hanya dalam hitungan detik, pintu terbuka sendiri. Ervin cepat-cepat masuk.

"Kamu sudah di sini?" tanya Ervin melihat Josh yang sedang duduk manis di sofa dengan secangkir kopi dan berpakaian rapi.

"Dia tidur di sini," jawab Thomas.

"Pantas saja sudah di sini," ucap Ervin langsung membuat kopi untuk dirinya sendiri.

"Serlin tidak marah, kamu ikut bersama kami yang masih bujangan?" tanya Thomas mendorong kopernya ke luar dari kamar.

"Dia tidak tahu dan aku tidak peduli," jawab Ervin dingin.

Thomas dan Josh saling berpandangan, merasa aneh dengan jawaban Ervin seperti itu.

"Kalian sedang bertengkar?" tanya Josh sambil menyeruput kopinya.

Ervin duduk di sebelah Thomas dengan secangkir kopi ditangannya yang masih mengepul. "Iya," jawabnya.

"Kenapa akhir-akhir ini, kita selalu mendengar kalian sering sekali bertengkar?" tanya Josh.

Ervin beberapa saat terdiam, pikirannya teringat dengan pertengkarannya semalam. "Semakin ke sini, aku merasa dia semakin egois. Semalam kami bertengkar gara-gara aku pulang dalam keadaan mabuk. Tapi aku masih dalam keadaan setengah sadar, dia bicara seakan yang paling benar. Aku masih ingat setiap kata yang dia ucapkan."

"Pantas saja, pagi buta begini kamu sudah datang. Aku tadinya berpikir, kamu tidak mungkin ikut jika harus berangkat pagi-pagi sekali," kata Thomas.

"Aku stres sekali menghadapi sikap Serlin sekarang. Tiap hari kami bertengkar kalau ada dia di rumah. Rasanya sudah tidak nyaman lagi. Beberapa hari yang lalu pun kami bertengkar hebat gara-gara aku bilang ingin segera punya anak, ternyata dia menolaknya mentah-mentah," gerutu Ervin dengan raut wajah cemberut yang membuat kedua sahabatnya menahan tawa.

"Berarti tadi, Serlin masih tidur sewaktu kamu berangkat?" tanya Josh.

"Iya, masih tertidur nyenyak. Aku tidak peduli, dia marah atau tidak setelah tahu aku pergi tanpa pamit. Dia juga selalu datang dan pergi sesuka hatinya selama berhari hari tanpa kabar," kata Ervin seperti sedang mencurahkan keresahan hatinya pada kedua sahabatnya.

Thomas menarik napas panjang. "Berarti aku mengajakmu pergi ini, ada untungnya buatmu. Selain menghindari Serlin yang sedang panas, juga untuk menolongmu dari stresnya pekerjaan."

"Iya, nikmatilah liburanmu ini," kata Josh memberi semangat untuk Ervin.

"Iya, aku akan menganggapnya liburan," kata Ervin. "Jam berapa kita berangkat?" tanya Ervin.

"Sekarang, ini sudah ada pesan yang masuk. Kita pakai mobil punya siapa?" tanya Thomas. "Tidak mungkin kalau masing-masing bawa mobil."

"Mobil Ervin saja yang jauh lebih bagus," kata Josh.

"Terserah," jawab Ervin pasrah.

"Josh bawa kopernya sendiri," kata Thomas mendorong satu koper hitam ke arah Josh.

Ervin berjalan ke luar duluan karena dia tidak membawa apa-apa, diikuti dua sahabatnya yang masing-masing mendorong kopernya.

Ervin langsung duduk dibelakang setir, begitu juga dengan Thomas dan Josh yang menyusul masuk, setelah menyimpan koper mereka dalam bagasi di belakang.

Udara pagi masih terasa menusuk tulang, tetapi tidak menyurutkan semangat mereka untuk pergi ke sebuah Desa yang jaraknya lumayan jauh dari kota.

Ervin dengan tenang mengikuti arahan Thomas untuk melajukan mobilnya ke mana, sementara Josh yang duduk di kursi belakang terlihat sedang tertidur.

"Kenapa kamu tidak ikut dengan rombongan panitia?" tanya Ervin.

"Aku malas dengan berisiknya orang-orang. Mereka satu rombongan bis kecil, pasti berisik sekali," ucap Thomas.

"Kamu sudah mempersiapkan bahan apa yang akan katakan nanti di depan siswa siswi anak SMU? Ingat, mereka itu bukan anak kecil. Kamu harus bicara dengan benar."

"Nah, itu masalahnya. Aku takut nanti jadi gugup, terus apa yang ada di dalam otakku bisa hilang semua," kata Thomas.

"Kamu tulis, biar nanti kamu tinggal membacanya saja. Kalau kamu langsung bicara tanpa ada persiapan, itu bahaya untukmu," kata Ervin mengingatkan.

"Tadinya aku mau catat di hari ini tapi tahu sendiri bukan? Sekarang malah berangkat pagi-pagi buta begini."

"Kenapa acaranya jadi hari ini?" tanya Ervin yang memang dari tadi sudah penasaran.

"Katanya sih, hari ini adalah waktu yang tepat untuk semua siswa karena sebentar lagi mereka akan menghadapi ujian dan ulangan kenaikan kelas. Jadi jadwalnya dimajukan ke hari ini."

"Ternyata begitu," kata Ervin. "Mereka mengundangmu, itu artinya mereka akan memperkenalkan dirimu sebagai motivasi untuk mereka."

"Mungkin seperti itu, tapi sepertinya aku tidak cocok kalau dijadikan sebagai motivasi. Yang lebih cocok itu dirimu," kata Thomas.

"Kamu yang lebih cocok, makanya Sekolah itu mengundangmu. Sebelum mereka mengundangmu, pastinya terlebih dahulu melakukan survei dan pilihan jatuh kepadamu karena memang layak. Sekolah juga tidak sembarangan menjatuhkan pilihan," kata Ervin.

"Mungkin juga begitu," ucap Thomas.