Chereads / ANESKA BELAVINA / Chapter 23 - PERSIAPAN

Chapter 23 - PERSIAPAN

Terdengar pintu diketuk dari luar. Thomas segera membuka pintu karena dirinya yang paling dekat.

"Pesanannya Pak." Dua pelayan wanita nampak berdiri di depan pintu dengan tangan membawa nampan yang penuh berisi makanan.

Thomas segera membuka pintu lebar. "Masuklah, atur saja di meja." Thomas membuka pintunya lebar-lebar untuk memudahkan mereka berdua masuk membawa nampan.

"Permisi Pak," ucap mereka sopan sebelum masuk ke dalam kamar.

Josh dan Ervin melihat kedua pelayan wanita masuk dan menaruh berbagai macam makanan di atas meja. "Apa itu?" tanya Josh menghampiri mereka.

"Ini pesanan yang tadi dipesan," jawab mereka. "Dan juga ini minumannya." Setelah selesai mengatur semua makanannya di atas meja, kedua pelayan tersebut ke luar lagi.

"Aku lapar sekali," kata Josh, langsung mengambil piring kosong dan mengisinya dengan nasi dan lauk pauk.

Hal yang sama pun dilakukan Ervin dan Thomas. Mereka makan dengan sangat lahap setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang dengan perut yang kosong.

"Lezat sekali ikan bakarnya, apalagi sambalnya. Terasa sekali Desanya," kata Ervin yang sudah selesai makan dan mencuci tangannya.

Josh yang sudah selesai dari tadi dan sedang menyandarkan tubuhnya di kursi nampak sedang merokok. "Kita harus bersiap siap, waktunya sebentar lagi."

Thomas melihat jam tangannya. "Iya, betul. Aku harus bersiap. Jangan sampai aku terlihat jelek di depan umum."

Ervin hanya tersenyum melihat Thomas yang semakin semakin gugup. "Tenang saja Thomas, jangan gugup begitu. Kamu sudah sering bertemu banyak wartawan tapi tidak pernah gugup. Kenapa sekarang bertemu anak Sekolah, gugup begitu?"

"Ini berbeda. Bertemu dengan wartawan hanya diwawancara, tapi ini harus bicara di depan umum, dilihat ratusan pasang mata. Apalagi memberikan motivasi pada mereka," kata Thomas.

Josh tertawa melihat Thomas. "Jangan sampai kamu pingsan di atas podium."

Thomas tidak melayani ledekan Josh. Segera digantinya baju yang dia pakai dengan setelan jas yang telah dia persiapkan.

"Kamu tidak dikasih pakaian dari Tim?" tanya Josh. "Biasanya mereka yang mempersiapkan segala sesuatunya."

"Ada, tapi aku menolaknya. Tidak terbiasa memakai pakaian dari orang. Buat apa? Aku juga banyak pakaian," jawab Thomas.

Ervin segera mengganti pakaiannya dengan yang telah dia siapkan, begitu pun dengan Josh yang tidak mau ketinggalan.

Sekarang di dalam kamar yang tidak terlalu besar itu, sudah nampak tiga wajah rupawan yang sudah siap untuk berangkat. Siapa pun yang melihat mereka, pasti akan merasa takjub. Tiga orang pengusaha muda dengan kesuksesan yang luar biasa.

Terdengar pintu diketuk dari luar, Ervin segera membuka pintu. "Masuk." Setelah melihat Galang yang berdiri di depan pintu untuk menjemputnya.

"Kalian sudah siap?" tanyanya melihat mereka satu per satu.

"Sudah, kita sudah siap," jawab Thomas.

"Aku yakin, para murid SMU itu akan histeris melihat kalian bertiga. Kenapa Tuhan tidak adil padaku? Memberi wajah begini, sementara kalian bertiga mempunyai wajah yang sempurna?" tanya Galang.

"Karena waktu pembagian wajah, kamu antrinya paling terakhir jadi kebagian wajah model begini," jawab Josh tertawa.

"Bisa saja. Tapi sayang, punya wajah ganteng juga tidak laku," kata Galang tidak mau kalah.

"Kata siapa? Wanita antri ingin menjadi kekasihku," kata Josh.

"Buktinya kamu belum menikah. Aku yang wajahnya model begini sudah laku, sudah punya anak dua," kata Galang.

"Bukannya tidak laku, tapi seleraku yang tinggi. Belum ada yang cocok. Kalau hanya mencari sekedar wanita saja itu gampang, tapi yang cocok itu susah," kata Josh.

Thomas dan Ervin yang dari tadi menunggu mereka berdebat akhirnya angkat bicara. "Kalian mau terus mengobrol atau kita berangkat?" tanya Thomas.

"Jadi lupa. Ayo, kita berangkat. Ada beberapa orang yang sudah menunggu di dalam mobil. Kalian mau memakai mobil sendiri atau bergabung dengan kita?" tanya Galang melihat Thomas.

"Bawa mobil sendiri. Aku tidak nyaman kalau harus banyak orang. Terserah kalian mau ikut siapa?" tanya Ervin melihat Thomas dan Josh.

"Tentu ikut kamu, ngapain aku satu mobil dengan orang yang wajahnya model begini," kata Josh bercanda yang diakhiri dengan tertawa terbahak.

"Kalau begitu, Ayo pergi." Thomas ke luar lebih dulu dari kamar, di susul Ervin dan diikuti Josh yang merangkul pundaknya Galang.

Di tempat parkir mereka terpisah. Galang masuk ke dalam mobil yang sudah ditunggu kawan kawannya, sementara mereka bertiga masuk ke dalam mobilnya Ervin.

Semua pekerja penginapan khususnya para wanita tidak bisa mengedipkan matanya, melihat tiga laki-laki yang baru saja ke luar dari penginapan. "Ya Tuhan, ganteng sekali. Aku tidak akan menolak jika salah satu dari mereka memintaku jadi pacarnya," kata salah satu pekerja.

"Maunya kamu begitu. Kamu beruntung mendapatkan mereka tapi mereka yang terkena musibah mendapatkan kamu," jawab pekerja yang lain dari belakang.

Semua pekerja yang mendengar langsung tertawa mendengarnya. "Betul itu," celetuk yang lain.

Di jalan raya yang jauh dari kemacetan, Ervin melajukan mobilnya dengan tenang. "Sejuk sekali udara di sini."

"Iya, lihat pemandangannya bagus sekali. Masih banyak sawah yang menghampar luas," kata Josh melihat dari kaca jendela yang sengaja dibuka.

"Udaranya masih bersih. Penduduk di sini sepertinya menggantungkan hidupnya dari sawah dan sayuran," kata Thomas, melihat dari kejauhan banyak bukit ditanami sayuran.

"Sepertinya begitu," jawab Ervin melajukan mobilnya mengikuti Galang yang ada di depan.

Sementara itu di Sekolah, kesibukan sudah mulai terlihat. Lapangan Sekolah yang luas sudah terisi dengan murid-murid dari kelas 10 sampai 12. Di depan nampak sebuah panggung kecil yang sederhana. Terpasang tenda yang dihias sedemikian rupa, agar terlihat cantik untuk para tamu undangan. Kursi-kursi yang dikhususkan untuk orang-orang penting juga sudah berderet dengan rapih.

Tidak ketinggalan pula, sudah terpasang alat pengeras suara yang siap untuk dipakai. Sebagian anak-anak anggota OSIS nampak masih berlalu lalang untuk mempersiapkan semuanya agar tidak ada masalah.

"Aneska, untung cuaca hari ini tidak panas," ucap Laras yang berdiri di sampingnya. "Kita berdiri di sini sudah hampir setengah jam tapi acaranya belum dimulai juga. Bagus kalau ada hiburannya tapi inikan tidak ada."

"Tidak mungkin ada hiburan, inikan acaranya untuk memberikan motivasi kepada kita agar bisa menjadi orang sukses. Kalau mau hiburan, kamu perginya ke acara hajatan tetangga," jawab Aneska.

Laras mau tidak mau jadi tertawa mendengar jawaban Aneska. "Bisa saja."

"Lihat si Damar," tunjuk Laras. "Sibuk sekali."

Aneska mengikuti arah jari telunjuk Laras. "Tentu saja Damar sibuk, tanggung jawabnya besar sebagai ketua OSIS."

"Aku juga melihat ada beberapa orang yang duduk di sana. Apa mereka dari kota?" tanya Laras menunjuk ke arah deretan kursi di depan.

"Sepertinya begitu karena aku belum pernah melihat mereka. Aku melihat ditangan mereka, seperti ada pita dengan warna yang sama. Mungkin saja mereka satu tim dari kota."