Sementara itu, di kantornya Arsyid tampak tidak tenang. Sepanjang rapat dia hanya melihat ke ponselnya, berharap Alvin membalas pesannya. Tapi sayangnya, tidak sekalipun dan itu malah semakin membuatnya tdak tenang.
"Apa yang terjadi?" tanyanya tidak tenang. Dia melirik jam, "pukul tiga siang, itu berarti di sana sudah malam, pukul Sembilan," katanya.
Lagi- lagi dia membuang napasnya gusar, dan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. Tidak ada yang bisa dia lakukan sekarang, tapi setidaknya mendengar apa saja yang bisa membuat dirinya tenang.
"Seira pun tak membalas. Ini maksudnya apa?" tanyanya pada diri sendiri.