Menarik napasnya dalam. Tatapan Seira kembali mengarah pada Alvin dan juga Alifia. Dia masih mergu antara cerita atau tidak.
"Tidak apa- apa, Ra. Kalau sulit, jangan di paksakan, kami juga nggak akan memaksa, kok," kata Alifia mencoba membuat Seira merasa tidak tertekan.
Alifia melirik Alvin agar pri itu ikut mengatakn sesuatu. Sadar akan hal itu, Alvin segera menatap Seira.
"Benar, Ra. Kapanpun kamu siap untuk cerita, kami akan selalu siap untuk mendengarkan. Percayalah, aku akan selalu ada saat kamu butuh," katanya dengan nada suara yang begitu tulus sampai Alifia menatapnya lama sekali.
Mendengar penuturan kedua orang di depannya itu Seira tersenyum, ada rasa lega menyusupi hatinya, membuat dia merasa lebih baik. Meskipun, jauh di lubuk hatinya, dia merasa bersalah dan terluka.
"Kenapa?" Alvin bertanya begitu menyadari tatapan intens Alifia.