Alvin terburu- buru mencari kamar yang nomornya Seira berikan. Dalam pikirannya berkecamuk. Dia hanya pergi sendiri begitu Seira memberitahukan di mana keberadaannya sekarang. Sebuah hotel. Dengan nada tercekat, dia bercerita.
Seira berjalan dengan tertatih, gemetar dia memegangi knop pintu dan membukanya. Air mata yang sempat kering kini luruh lagi ketika mendapati Alvin berdiri di sana dengan peluh membanjiri wajahnya. Pria itu pasti panik sekali sampai tidak peduli apa yang terjadi pada dirinya sendiri.
"Ra?" Dahi Alvin mengerut begitu wajah Seira muncul, tampak berantakan.
Sebelum bertanya, Alvin memilih masuk lebih dulu dan mengunci pintunya. Seira sendiri menangis, tak kuasa lagi melihat kehadiran Alvin yang bahkan di saat seperti ini, selalu ada untuknya.
"Kemarilah, duduk dulu di sini," ujar Alvin menuntun Seira untuk duduk di sisi ranjang.