Tangisnya mulai reda. Tertatih berjalan menjauhi tempat itu. Tubuhnya masih terasa berat sehingga jalannya menjadi sempoyongan. Tapi dia harus pergi dari sana.
"Aku tidak bisa," katanya pada diri sendiri yang merasa tubuhnya begitu berat dan kembali terduduk di kasurnya lagi. Tangisnya pecah, luruh memenuhi kedua pipinya. Sebuah ketakutan berhasil menyusupinya.
Dengan tangan gemetar, dia mencari nomor kontak, hanya satu panggilan, langsung tersambung.
"Halo?" sapa suara dari sambungan.
Sayangnya, Seira hanya mampu menangis dalam diam. Pikirannya berkecamuk, membuatnya terlempar pada jurang kenistaan yang dia rasakan sekarang. apa yang terjadi? Apa jadinya, dan apa yang orang lain pikirkan ketika mereka tahu? Sungguh, itu pasti akan menghantam dirinya sendiri sampai tak mampu untuk bicara.
"Ra? Kamu baik aja? Dengar aku, kan? Kamu di mana sekarang?" Alvin memanggil dengan nada khawatir yang terdengar panik.