Entah kenapa, pandangan Seira tampak berputar tak jelas, kepalanya juga mendadak berat sampai membuatnya terduduk kembali di kursinya.
"Kenapa Seira?" Amila bertanya melihat Seira yag tampak tak baik- baik saja. "Kamu baik- baik saja, Ra?"
Tidak ada jawaban dari Seira yang fokus mengendalikan pening yang menyerangnya tanpa aba- aba. Dia mengangkat tangannya untuk menetralkan rasa sakit di kepalanya tapi itu tidak banyak membantu.
Meraih gelas yang sejak tadi ada di sana, sebisa mungkin Seira menghabiskannya sedikit terburu. Tapi sayangnya, begitu gelas tandas, tidak lantas membaik justru malah terasa semakin memburu. Napasnya tak keruan, matanya juga berat. Tangannya memijat dahi meninta alam bawah sadarnya untuk tetap terjaga. Tapi apalah daya, tidak bisa. Dalam dirinya seolah ada sesuatu yang bergejolak tak terkendalikan.
Sementara itu Amila yang duduk di depan Seira hanya memperhatikan dengan santai, seolah apa yang dilakukan Seira ittu adalah hal yang menyenangkan.