Seira duduk seorang diri di sebuah café. Jam menunjukan pukul delapan malam, tidak biasanya dia sendirian. Tidak ada yang menemani selain secangkir the yang sudah tak penuh lagi.
Fokusnya teralihkan pada ponsel di atas meja, satu pesan masuk. Seira segera membacanya.
[Maaf, Ra. Aku gak bisa temui kamu sekarang. Ini macet.] Pesan dari Amila di abaca.
[Oh. Nggak apa- apa.] Sesungguhnya Seira malas sekali ketika harus meladeni gadis muka dua itu. Tapi, Amila mengatakan kalau ada yang mau dia katakan.
"Aku akan menunggu lima menit lagi. Kalau tidak ada terus aku akan pergi. Lagian, ngapain juga di sini, sih, ya?" cerca Seira pada dirinya sendiri.
Seorang pelayan mengganti gelasnya saat Seira sudah mengambil ancang- ancang untuk pergi.
"Terima kasih," ucapnya tanpa curiga apa pun.
Beberapa saat minuman itu tak di sentuhnya. Dia fokus pada ponselnya menunggu kedatangan Amila.