Tubuh Seira terasa limbung, dia seolah tak menapakkan kakinya di tanah. Tatapannya bahkan tidak fokus, pandangannya berputar membuat Seira menggelengkan kepala, berharap apa yang dia lihat hanyalah sementara.
"Seira, kamu baik- baik saja?" tanya Beny. Tangannya terulur untuk menahan tangan gadis itu yang sempoyongan.
Seira melepaskan tangan itu darinya lalu berkata, "aku nggak apa- apa, bisakah kamu pergi saja," pintanya dengan suara yang pelan.
Dia hampir kehilangan kesadaran, dan sebisa mungkin bergerak menjauhi pria itu yang membuatnya tak bisa bernapas serta berjalan dengan benar.
"Aku mohon jangan sekarang. kuatlah, diri, jangan tunjukan padanya bahwa aku lemah," kata hatinya berbisik.