Seira bak bayi kecil yang baru saja sembuh dari sakitnya, dia di awasi hampir dua puluh empat jam oleh kedua kakaknya bahkan ketika tengah duduk manis di sofa dengan ponsel di tangannya. Rian dan Sean bergantian menjaganya. Bukannya Seira tidak senang, tapi itu berlebihan, dan bukannya marah, dia justru geli melihat tingkah kedua kakaknya.
Asri sampai geleng- geleng kepala melihat tingkah kedua putranya yang telah lama tidak menjaga si bungsu. Tentu saja adalah hal yang bisa di maklumi, hanya saja cara mereka terkadang salah. Seira bahkan menahan tawanya.
Buah yang sudah dikupas dan di potong oleh sang ibu tercinta telah tersaji dengan manis di atas meja, tentu saja Seira segera menyerbunya dengan semangat.
"Pelan- pelan saja, Ra. Masih banyak di dapur. sisakan juga untuk Alvin, dia akan datang bukan?" tanya Asri.
Dengan mulut penuh buah apel, Seira mengangguk dan menjawab, "katanya di jalan menuju sini."