"Astaga. Sebenarnya siapa sih, dia itu sampai tega sekali mau nabrak?" kata Meri dengan nada emosi.
Seira kembali terluka meski tidak terlalu parah, tapi tetap saja jika sampai mengeluarkan darah, mereka yang akan berpikir.
Gadis itu hanya diam saja, melihat lukanya di lengan yang harus kembali terbalut oleh kain kasa agar darahnya tidak lelalu deras keluar yang mungkin saja akan membahayakannya. Nyaris saja seluruh tubuhnya menjadi korban tabrak lari yang masih tidak diketahui oleh mereka siapa yang membawa mobil ugal- ugalan itu?
Teman- teman Seira mendebat di luar klinik saat tahu apa yang terjadi. Meri melipat kedua tangan di depan dadanya, mendomel dengan wajah merah menahan amarah yang sepertinya lebih menguasai.
Mengangkat wajahnya, Alvin tersenyum paksa, "dia menebaknya, sepertimu. Hah! Kalian memang sahabatku, yang bisa merasakan tanpa kukatakan, tanpa kutunjukan," katanya.