Mobil sampai di tujuan tidak lama kemudian. Seira tetap diam, bingung sendiri dengan apa yang dia mau sebenarnya. Kenapa menentang, ah tidak, lebih tepatnya mengambang atas rencana sang ibu untuk menjadikan Alifia sebagai menantunya meskipun jalan gadis itu untuk berkaris lebih besar daripada peluang mengikatkan sebuah hubungan yang tiba- tiba terjalin.
"Ya, Vin, ya," pinta Seira begitu mobil berhenti bergrak karena sudah sampai.
Alvin menatap Seira, berpikir beberapa jenak lalu mengangguk. Dia melirik Alifia yang juga bersiap untuk keluar.
"Fi, kamu tunggu di mobil aku, ya. aku mau masuk dulu buat pamitan sama Mama Seira," kata Alvin.
Alifia menatapnya, bergantian dengan Seira yang juga sedang menatapnya, lebih tepatnya menunggu jawaban.
"Baiklah." Alifia menjawab, sedikit paham, dan sadar posisinya meskipun bukan itu maksud Seira.
"Masuklah dulu biar aku ambil mobil dan mengantarmu pulang," katanya. Tapi Alifia menggeleng.
"Aku tidak bisa …."