Mereka keluar dari bandara dengan membawa barangnya. Wajah- wajah itu tampak murung masih merasakan perpisahan. Dua hari rasanya lama sekali mereka banyak menghabiskan waktu bersama setekah sekian purnama tak jumpa. Lalu- lalang orang tak mereka hiraukan, hanya berjalan dengan lingsung seolah tanpa ada jiwa. Mungkin karena jiwa mereka tertinggal bersama Arsyid yang masih memilih di sana untuk menyelesaikan tugasnya.
"Supirnya sudah datang. Kamu masuklah ke mobil saja, Ra, biar aku yang masukin koper ke bagasi," ujar Alvin ketika dia mengedarkan pandangan bertepatan dengan sebuah mobil hitam tiba di sana.
Seira mengangkat wajahnya, memusatkan pada seorang pria yang keluar dari mobil, tergopoh menghampiri sang nona muda.
"Halo, Nona, Bapak minta saya jemput, mari, saya bantu," ujar Mang Asep sambil menyapa Seira.
"Terima kasih, Mang," balas Seira.
"Masuklah. Biar kami yang memasukan koper," kata Alvin saat Seira menatapnya.