Sebelah alis Alvin terangkat begitu melihat dengan jelas siapa yang akhirnya Seira tunjukan untuk menyertai perjalanan mereka. Matanya mengerjap melihat sosok Alifia yang terdiam kaku di ambang pintu.
"Alifia?" gumam Alvin tanpa suara hanya gerakan bibir saja yang menyebutkan nama itu. Matanya mengerjap beulang kali, dia terdiam melihat sosok itu. Entah kenapa dadanya terasa begitu aneh.
Buk!
"Aw!"
Sebuah pukulan mendarat dengan mulus di lengannya membuat Alvin terkejut. Dia menatap Seira, si pelaku pemulan itu. Bukan karena sakit dia menjerit tapi karena terkejut.
"Jangan menatapnya seperti itu. Kamu kaya mau makan dia," tegur Seira.
Entah itu benar atau hanya candaan Seira saja. Alvin mengerjapkan matanya banyak- banyak.
"Yang benar saja kamu." Alvin membalas, dia turun dari kasurnya.
Seira terkikik geli. Dia kemudian beralih pada Alifia yang masih berdiri di ambang pintu. kasihan sekali gadis itu pasti pegal. Maka Seira segera bergegas untuk menghampirinya.