Ikut turun dari mobilnya untuk menyapa kedua orang tua Seira. Alvin bersyukur raut wajah gadis itu telah berubah sehingga dia tidak terlihat begitu murung. Senyum Alvin hadir, mencetak indah bagai bulan sabit. Dia membawa langkahnya mengikuti Seira yang berjalan di depannya.
Aroma harus dari bumbu masakan tercium yang seketika membuat perut berbunyi cukup nyaring. Seira bahkan menghentikan langkahnya begitu mendengar suara itu lantas tertawa membuat Alvin malu jadinya.
"Kamu belum makan siang?" tebak Seira.
Alvin menatapnya. "Bagaimana bisa tahu?" tanyanya.
Seira tersenyum. "Aku, gitu, lho!" katanya dengan pede sambil tertawa. Alvin nyengir sebagai tanggapan. "Aku baru sadar kalau kamu tadi bertanding. Biasanya sebelum tanding, kamu nggak makan. Baru makan setelah tanding," paparnya.
Mulut Alvin melongo, membentuk huruf O. takjub dengan apa yang Seira katakan.