Satu sudut bibir Alvin terangkat ketika di layar ponselnya tertera nama yang mereka coba hubungi tadi. Masih belum membuat keputusan, mereka kembali saling tatap.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Seira merasa bimbang. Ke swalayan atau teleponan untuk memastikan sebuah gossip yang didengar Seira. Hal itu sebenarnya cukup mengganggu.
Lain dari Alvin, Seira merasa lebih parah. Debar dalam dadanya kian terasa bertalu membuat dia mau tak mau berdeham. Sungguh, melihat nama itu menghubungi balik seolah dunia Seira jungkir balik, senang, atau sedih, atau mungkin keduanya. Ah, itu terlalu banyak untuk bisa dijelaskan dalam satu kata. Intinya, perasaannya campur aduk tapi disisi lain, dia tidak ingin Alvin tahu bagaimana perasaannya.
"Terserah kamu saja, Ra. Mau terima atau nggak. Kalau aku, oke saja karena ada yang ingin ditanyakan juga. Tapi kalau terima teleponnya, kita mungkin butuh waktu untuk masuk ke swalayan dan belanja," jelas Alvin yang malah mempertegas kebimbangannya.