"Sini, biar aku yang nyetir," kata Seira ketika Alvin hendak masuk ke mobilnya dan duduk di balik kemudi.
Mata Alvin mengerjap. Jantungnya berpacu lebih cepat. Tawaran dari Seira mengalahkan pacuan jantung Alvin karena pesona gadis itu. Seketika keringat dingin mengucur. Sungguh, demi apa pun, dia lebih khawatir apabila Seira membawa mobil. Namun, gadis itu tampak santai saja menatap Alvin dan menadahkan tangannya di depan pria itu yang hanya mampu terdiam.
Sungguh, Tuhan. Alvin telah berjanji dengan Arsyid bahkan kedua orang tua dan kakak Seira agar tidak membiarkan gadis itu kembali menyetir sebab mungkin saja bisa menjadi mimpi buruk. Sejak kejadian di masa lalunya itu, Seira dilarang membawa mobil sendiri oleh mereka meskipun tidak secara gamblang melarangnya.
"Cepat sini. Mana kuncinya?" Seira menanyakan lagi. Tangannya yang terulur bergerak – gerak di hadapan Alvin yang seolah mendadak jadi batu, kelu tak bisa bergerak sedikit pun.