Malam yang indah dengan taburan gemintang di langit sana. benda bulat yang selalu menjadi penerang paling jelas di langit kini tak tampak, hanya bintang yang berkelip seolah tengah menunggu hadirnya sang rembulan seperti halnya yang dilakukan Seira.
Sejak Alvin memberitahunya kalau Arsyid akan menghubunginya saat malah setelah urusannya di sana selesai. Tapi sampai saat ini ketika jam di dinding kamarnya telah menunjukan pukul delapan tiga puluh malam, ponselnya sama sekali tak bordering.
"Ah, apakah aku terlalu berharap?" gumamnya. Ponsel yang tergeletak tak jauh di depannya itu hanya menampilkan layar hitam.
Seira di kasurnya dengan posisi telungkup. Jendela kamarnya sengaja menyingkap setengah gorden membiarkan para bintang itu melihatnya, ikut menjadi teman menunggu telepon itu.