Pagi harinya, Rama bangun dan gegas keluar kamar yang dia tempati bersama Raya. Ruang pertama yang dia tuju adalah ruang kamarnya bersama Dea, istri pertamanya. Ceklek, Rama membuka pelan pintu kamar tersebut, mata tajam Rama menjelajahi tempat tidur namun sang istri tidak nampak, pun selimut itu masih tertata rapi seperti kemarin.
"Dea, Sayang," kaki Rama melangkah masuk setelah membuka pintu lebar pintu tersebut, "Dea," panggil Rama sekali lagi.
"Kamu di mana, Sayang?" Rama menuju kamar mandi namun kosong, kakinya dengan langkah cepat menuju lantai bawah, kakinya yang panjang menuntun kearah dapur, namun lampu masih menyala dan sepi.
"Dea, Sayang!" teriak Rama memanggil istrinya, pikirannya kalut karena tidak mendapati keberadaan sang istri, gegas dia berlari kearah ruang tamu, pintunya masih terkunci terbukti kuncinya masih tergantung di tembok, lalu membuka gorden, melihat pintu pagar juga masih di gembok.
Tubuh kekarnya bersandar pada pintu lalu meluruh kelantai, menekuk kakinya dan menyembunyikan wajahnya di sana, "kamu kemana, Sayang?" ratap Rama lalu mengusap kasar wajahnya, menjambak rambutnya yang mulai panjang. Semenjak Rama ketahuan menikah lagi, Dea sudah cuek dengan penampilan pria yang berstatus suaminya.
Dea yang biasanya setiap hari, memperingatkan 'jangan lupa cukur kumis dan jambangnya, Mas', Dea yang selalu memperingatkan 'rambutmu sudah panjang, Mas. Sana potong dulu biar ganteng,'
Dea yang selalu menyambutnya dengan cinta jika dia pulang kerja, selalu menunggu dirinya di depan pagar agar supaya bisa melihat senyum Rama saat pertama kali pulang, namun itu dulu.
Biasanya sepulang dari kantor Dea langsung menyajikan air putih hangat, setelah itu menyuruhnya mandi dan berisirahat, setelah itu menyuruhnya makan masakan yang Dea pelajari dari kelas memasak online. Walau baru sekali mencoba namun masakan Dea selalu pas di lidah Rama.
Berbeda saat bersama Raya, istri keduanya itu selalu cemberut dan bergelayut manja, padahal tubuhnya sangat lelah dan ingin beristirahat sejenak, setidak nya menawarkan dan menyuguhkan minuman hangat, justru Raya menyuruh asisten rumah tangga mereka.
Di rumah Raya dan Rama, mereka mempekerjakan asisten rumah tangga, sedang di rumah Dea dan dirinya tidak, karena Dea sendiri yang menolak, namun sesekali jika Dea terlihat lelah, Rama memanggil asisten rumah tangga di rumah sang mama untuk membantu Dea membersihkan rumah mereka yang kecil dan berlantai dua namun terlihat bersih dan nyaman.
Sekarang, Rama sangat, sangat, dan sangat rindu perhatian kecil dari istri tersayangnya. Sangat, sangat rindu akan tingkah konyol Dea agar sang suami tersenyum.
"Jangan bawa WANITA-mu kesini," tiba-tiba Rama terngiang perkataan Dea saat pertama kali mereka mulai bicara saat setelah Rama dan Raya ketahuan menikah.
"Sial, sial! Ini semua gara-gara wanita itu!" desis Rama geram, gegas dia bangun dan melangkah kan kakinya yang panjang ke kamar di mana dia dan Raya tadi tidur. Brakkk, Rama membuka kasar pintu itu dengan menendangnya dan Raya yang tertidur terlonjak kaget, terkejut akan kelakuan sang suami yang tiba-tiba.
"Astaga mas Rama, kamu ngapain pagi-pagi udah bikin ribut," ucap Raya yang menatap kesal kearah Rama dan kembali merebahkan tubuhnya. Melihat Raya kembali hendak tidur, Rama, melangkah mendekat ke ranjang.
"Bangun!" dengan kasar Rama menarik paksa selimut yang di kenakan Raya, "Mas!" sentak Raya kesal.
"Bangun, kita pulang kerumah kita!" seru Rama yang kemudian menarik tangan Raya dan menyuruhnya berkemas.
"Ada apa sih mas?" tanya Raya heran, namun tangannya memasukkan baju yang dia bawa ke dalam tas koper.
"Dea tidak ada, dia pergi," kata Rama lirih, hampir tidak terdengar, Raya menoleh kaget "wanita mandul itu minggat?" tanya Raya dengan nada bahagia.
"Itu bagus'kan? Kita bisa tinggal di kamar yang biasa kalian tempat i, di sini sumpek," keluh dan cerocos Raya yang semakin membuat Rama semakin kesal dan geram.
Rama menutup paksa koper yang berisi pakaian Raya dan menyeretnya keluar kamar, "cepat! Setelah mengantarmu pulang aku mau mencari Dea!" seru Rama seraya melangkah turun, sekilas matanya melirik ke kamar yang biasa dia tempati bersama Dea.
Berharap wanita-nya keluar dan mengatakan merindukan dirinya, namun sampai di lantai bawah pun, harapan Rama sia-sia. Dea tidak juga kunjung keluar.
"Raya cepat!" Rama berteriak tidak sabar, "iya tunggu sebentar, Mas," sahut Raya yang kemudian turun kelantai bawah dengan wajah di tekuk.
"Kenapa sih ngga kita aja yang tinggal di sini, biar istri mandul mu itu...." ucapan Raya terhenti karena Rama membentaknya.
"Cukup Raya! Dea itu istriku, dan ini rumahnya!" geram dan kesal menjadi satu, Rama gegas memasukkan kunci ke lubang dan lalu memutarnya, lalu membuka pintu dan menyuruh Raya segera keluar dengan isyarat tubuh. Walau melangkah keluar namun Raya masih terlihat kesal terbukti dengan caranya berjalan, dengan menghentak-hentakkan kakinya.
Saat akan masuk mobil, mata Rama melihat Abraham duda sebelah sedang mencuci mobilnya. Entah kenapa semenjak kedatangan duda itu, ada rasa tidak suka yang menghingapi Rama.
Apalagi Dea, istrinya, pernah bercerita kalau duda itu pernah masuk rumahnya karena memasang gas. Rama harusnya bersyukur, Dea sangat lah setia. Dulu begitu banyak pemuda yang mendekati dan menginginkan dia jadi istrinya, Dea malah memilih Rama menjadi suaminya.
"Eh, mas Rama. Itu istri keduanya ya?" tanya seorang ibu yang tadi sedang menyapu halaman, ibu-ibu yang mendengar pun mendekat dan ingin berkenalan. Tetapi Raya enggan keluar dari mobil.
"Cantik sih, tapi sombong," cibir ibu Astuti yang sering bercakap-cakap dan bercanda dengan Dea.
"Buat apa cantik tapi songong," cibir ibu-ibu yang lain, Raya yang mendengar cibiran itu lalu membuka jendela dan menatap tidak ramah pada mereka, "miskin saja belagu!" ketus Raya kesal lalu menatap Rama yang sedang memperhatikan pria sebelah rumah.
"Mas Rama, ayo! Katanya mau nganter aku pulang, terus kamu mau nyari istri kamu yang kabur!" Raya berteriak dan melirik ibu-ibu itu, bermaksud memberi tahu bahwa Dea bukan istri yang baik. Tetapi di luar dugaan.
"Pantes mbak Dea kabur, madunya kaya gitu, ha ha ha," semua ibu-ibu itu tertawa terbahak sedang Rama langsung masuk dan menyalakan mesin mobilnya lalu meninggalkan rumah istri pertama nya setelah mengunci dan mengembok semua pintu dan pagar.
"Kok bisa sih, istri mandulmu itu betah tinggal di sana," rasa kesal menguasai Raya, mengingat cibiran yang dia dapat tadi.
"Karena Dea memang ramah dan supel, jadi ibu-ibu itu menyukainya," sahut Rama yang terdengar seperti membandingkan antara Raya dan Dea.
"Bela aja terus istri mandulmu itu," ucap Raya terdengar kesal, Raya lalu membuang wajahnya dan memilih menatap jalanan.
Ckkiiiittt, tiba-tiba Rama menghentikan laju mobilnya, membuat Raya hampir terbentur dasboard, "Mas, ini sudah ke dua kalinya kamu membuat aku kaget lho!" seru Raya sambil memegang dadanya dan menarik nafas dengan cepat.
"Jaga cara dan nadamu bicara dengan ku, aku bukan membandingkan, namun itu fakta!" Rama lalu melajukan kembali mobilnya dengan kecepatan tinggi.