Kedengarannya menyenangkan, dan jika terjadi sesuatu, aku bisa langsung menyelinap ke istana.
"Baiklah, ayo pergi bersama."
Beginilah cara ku memutuskan untuk memasuki istana sebagai murid pianis Silon.
Setelah memasuki istana tanpa revisi apa pun berkat Epsilon, aku terpana oleh semua dekorasi artistik yang ada di tempat ini.
"Seperti yang diharapkan dari Kota Seni."
"Istana ini terkenal sebagai yang terindah di dunia."
Saat kami berjalan menyusuri lorong panjang dengan langit-langit tinggi, orang-orang yang melewati kami menyambut kami dengan ramah.
"Di negeri ini yang paling penting adalah seni. Selama seni mu diakui, mereka akan menghormati mu terlepas dari status atau ras mu".
"Fumu, fumu."
"Berkatmu aku juga dihormati, lagipula, kamu adalah guruku." Epsilon berkata, mendekatiku dengan bisikan dan kemudian meraih lenganku.
Saat dia melakukannya, aku secara otomatis mulai memperhitungkan. Dadanya masih 99% slime.
Sepertinya tidak ada yang berubah.