Nu menyurvei akademi. Di balik kacamatanya, dia menyipitkan matanya.
Jika hidupnya berjalan berbeda, dia akan berada di tahun kedua. Sampai hari dia
ditinggalkan karena kerasukan, dia selalu percaya dia akan memiliki masa depan yang damai dan sukses.Tapi itu tidak lebih dari fantasi.
Karena sedikit yang dia tahu, semua yang dia anggap remeh teman-temannya, keluarga, kehidupan itu sendiri bertumpu di atas menara es tipis. Nu adalah anak bahagia yang tidak tahu apa yang bersembunyi di bawah bangunan rapuh itu.
Matanya mengamati para siswa dengan iri dan kesedihan, dan dia mengenali beberapa wajah mereka.
Di banyak lingkungan sosial, Nu dikenal sebagai putri bangsawan, menjalani gaya hidup yang makmur.
Namun saatitu dalamhidupnya telah berlalu.
Diatelah dihapus darisejarah rumahnya,seolah dia tidak pernah ada.Dia bertanya-tanya berapa banyak temannya yang masih mengingatnya.
Mungkin mereka membicarakannya. Tapi dia menduga mereka lebih suka menyebarkan rumor kebencian.