Chereads / SANG PENJAGA TERAKHIR / Chapter 24 - 24. Satu Masalah Telah Selesai!

Chapter 24 - 24. Satu Masalah Telah Selesai!

Setelah semua yang terjadi sore itu, saat akan pulang Mori tiba-tiba teringat tentang sesuatu. Ia berhenti berjalan dan kembali melihat kepada David, Miranda dan Vino.

"Apa?" David memperhatikan Mori.

Mori melihat sekitarnya banyak yang rusak. Mulai dari tanah, bunga-bunga, pohon, atap sekolah bahkan dinding dan kaca terkena efek benturan kekuatan David dan Miranda tadi. "Tak lihatkah kalau sekolah hancur?! Bertanggung jawablah atas semua kerusakan ini!"

"Oh." Komentar David.

"OH." Mori mengulang komentar singkat David. "Hanya 'oh'? Sekolah rusak parah tahu! Untung tidak hancur!"

"Tenanglah. Aku sudah memasang 'pelindung' sebelum mulai tadi! Aku hanya lupa membuka pelindungnya!"

"Pelindung?" Mori jelas tidak tahu maksud David.

"Ya. Pemilik kekuatan makhluk mitos memiliki kemampuan untuk membuat dimensi pelindung dalam radius tertentu. Jadi semua bagian sekolah yang rusak, yang kamu lihat ini sebenarnya bukanlah asli! Ini semua, selagi itu dalam dimensi pelindung semuanya yang asli dalam keadaan baik-baik saja! Akan aku buka pelindungnya biar kamu tahu." Jelas David sambil mengangkat tangan kanan setinggi bahu dan menjentikkannya. Seketika dari atas sekolah terlihat sesuatu seperti kubah kaca berwarna merah yang menyelubungi sekolah, namun perlahan menghilang seperti asap yang tertiup angin.

"HUAA!!!" Mori terkagum melihat salah satu kemampuan dari pemilik kekuatan makhluk mitos. Setelah semua 'pelindung' menghilang, Mori melihat kepada Miranda dan Vino. "Kalian bisa membuat seperti itu juga?"

"Tentu saja." Sahut Miranda.

"Setiap pemilik kekuatan makhluk mitos mempunyai kemampuan itu! Tujuannya sebenarnya jelas, agar tidak ada manusia biasa terlibat bagi ras kesatria. Namun pelindung itu bagi ras makhluk mitos lain selain kesatria, karena keinginan besar untuk bertarung dan tidak ingin ada yang masuk campur!" jelas Vino.

Mori melihat kepada David, menyadari jika rambut David yang naik ke atas dan membentuk seperti telinga telah menghilang. "Jadi saat kamu masih dikuasai kekuatanmu, 'pelindung' tadi dikeluarkan untuk menghabisiku dan Miranda?!"

David mengangguk. Wajahnya terlihat sangat menyesal telah melakukan hal di luar kendalinya. "Aku minta maaf untuk itu!"

Mori bersedekap, kemudian ia mengusap dagunya dengan tangan kiri sambil fokus memperhatikan rambut David. "Lupakan itu. Sekarang aku mau bertanya sebelum pulang karena badanku sakit-sakit! Telinga anjingmu ke mana? Kok bisa hilang dalam sekejap?"

"Aku tak punya telinga anjing! Lagi pula mana ada makhluk mitos anjing! Anjing hewan dari dunia nyata! Kamu tahu itu, kan?! Dasar bodoh!" seru David yang kini terlihat sangat kesal karena perkataan Mori.

"Hehehehe... benar juga." Mori tertawa dengan polosnya. "Kalau begitu kamu itu pemilik kekuatan makhluk mitos apa?"

"Aku tak akan memberitahumu!" David mulai menoleh ke arah Vino dan Miranda tidak memberi tahu Mori.

"Kalau begitu aku akan terus mengira kamu itu anjing! Terdengar tidak enak, kan? Anjing." Ucap Mori santai.

"Hehehehe..." Vino dan Miranda tertawa bersamaan mendengar perkataan Mori.

Muka David langsung memerah malu. "Jangan asal bicara kamu tengil! Pergilah kamu pulang sana, kalau mau pulang! Jangan membuat rusuh!"    

"Baiklah. Sampai jumpa kalian bertiga para pemilik kekuatan makhluk mitos." Mori mulai berjalan dan melambaikan tangan kanannya walau telah membelakangi Miranda, Vino dan David. Setelah melambaikan tangan sekali, Mori mengusap bahu dan kepala belakangnya yang cukup sakit karena terbentur dinding saat David melemparnya menggunakan kekuatan makhluk mitos yang dimiliknya. "Kata mereka, makhluk mitos tak melibatkan manusia yang tak memiliki kekuatan makhluk mitos, tapi kenapa aku apes sekali!"

"Kamu juga akan mewarisi kekuatan makhluk mitos kalau sudah cukup umur!" sahut Miranda dari kejauhan.

[Ups... aku lupa kalau mereka punya pendengaran super!] Mori terus berjalan, pura-pura tidak mendengar.

David yang berdiri tidak jauh dari Miranda dan Vino, menoleh ke arah keduanya. "Aku juga permisi kalau begitu." David menundukkan kepalanya sedikit sebagai penghormatan, setelah itu ia segera bergerak untuk membalik tubuh menuju gerbang terdekat.

"Tunggu!" cegah Vino ketika David akan berpaling.

David menghentikan gerakannya. Kembali menghadap kepada Vino dan Miranda yang hanya diam saja. "Ada apa om?"

"Sebenarnya..." Vino melihat kepada Miranda yang hanya diam, sepertinya meminta persetujuan Miranda. Karena Miranda hanya diam, Vino pun menyikut pelan lengan Miranda.

"Apa?!" Miranda melotot kepada Vino.

"Apa anak itu bisa menerima latihan di tempat tuan?" bisik Vino.

Miranda mengangguk mengerti maksud Vino. "Sebaiknya kita tanyakan tuan dahulu dan juga orang yang bersangkutan apa mau atau tidak."

"Kebetulan aku akan menanyakan hal itu kepada anak itu apa dia mau."

"Oh. Ya sudah, coba tanya saja dulu." Miranda kembali mengangguk. Anggukan setuju kali ini.

Vino tersenyum lebar dan memberi anggukan tegas mendapat jawaban Miranda. "Begini David, sebenarnya kami tahu cara agar kamu bisa mengendalikan kekuatanmu dengan cepat!"

"Benarkah om?!" David begitu bersemangat.

"Ya. Tapi mungkin kamu akan keberatan setelah tahu caranya..." Vino menggantung perkataannya.

David mengerutkan dahinya karena Vino tidak menyelesaikan perkataannya dan membuat David menjadi penasaran. "Kenapa memangnya om? Katakan saja om, biar aku tahu alasan kenapa aku akan keberatan yang om maksud?"   

"Baiklah. Sebenarnya kamu kan tahu sendiri kalau kita dari ras yang berlawanan? Dan mungkin kekuatan makhluk mitos yang kamu miliki malah menolak, meski kamu menyetujuinya! Kesadaran kamu bisa kembali dikuasai kekuatan yang diwariskan kepadamu!" Vino memperhatikan apakah ada keraguan yang muncul dari David.

Raut ketakutan tampak di wajah David yang sempat tertunduk sekilas untuk menutupi ketakutannya. "Aku tidak mau kekuatan ini! Jadi tolong bantu aku untuk mengendalikannya sampai aku bisa melepas kekuatan yang tak pernah aku ingin miliki ini!"

Vino mengangguk.  

"Tapi tetap ada syaratnya!" sela Miranda membuat David yang baru saja akan tersenyum menjadi terdiam.

"Syarat?" David sedikit bingung walau ia tahu pasti bukan cuma-cuma.

"Yap. Syaratnya terhitung mudah." Miranda tersenyum lebar.

"Apa itu kak?" David tidak sabar.

Miranda dan Vino yang berdiri berdekatan saling pandang lalu tersenyum bersamaan sebelum kembali melihat kepada David yang sudah tidak sabar.

***

Keesokan harinya.

Pagi itu seperti biasanya Mori masuk sekolah tepat waktu. Tidak pernah terlambat walau lebih sering mepet waktu, menginjakkan kaki di gerbang sekolah tepat saat bel masuk baru berbunyi.

Mori masuk ke kelas sambil mengusap bahu kirinya yang masih terasa sakit dan lehernya pegal-pegal. [Ah... seperti orang tua saja. Badanku sakit-sakit dan pegal semua gara-gara si David...] Mori melirik ke meja David yang kosong.

"Selamat pagi semuanya!" sapa Ibu Nely, guru Geografi begitu memasuki ruang kelas dan langsung menuju meja guru di sudut ruangan bagian depan.

Mori bergegas lari ke mejanya karena guru sudah datang.

Ben, ketua kelas segera menyiapkan kelas untuk memandu doa bersama sebelum pelajaran dimulai pada jam pertama pagi itu.

Setelah ketua kelas memandu teman sekelas berdoa, Ibu Nely memperlihat sebuah amplop. "Ini ada surat izin dari orang tua David. Dia akan izin selama satu minggu karena ada urusan keluarga, jadi tolong sampaikan pada guru lainnya Ketua Kelas!"     

"Baik bu!" sahut Ben dari tempat duduknya.

Ibu Nely meletakkan surat yang ia pegang di atas meja bagian depan saat akan memulai pelajaran terakhir yang ia tinggalkan beberapa hari lalu.  

Mori menoleh ke arah meja David yang kosong. [Urusan pribadi? Pasti dia sedang bersembunyi karena takut sama kekuatannya sendiri yang bisa melukai orang lain tanpa keinginannya! Kira-kira kekuatan makhluk mitos apa yang diwarisi dari keluarganya, ya?]