Hanya Alexa yang jadi sandaran ku juga Ara saat ini, tubuh kita berada tepat di dekatnya. Dalam pikiranku berkecamuk, tak tahu apa yang harus aku lakukan kepada wanita ini. Mungkin lebih dulu menyapanya, atau diam saja seperti ini? Tanganku mulai ku turunkan, berniat untuk berjabat tangan dengan sang calon mertua. Ya, setidaknya mengambil hatinya. Siapa tahu dia luluh, kalau aku tak berhenti bersikap baik padanya.
"Apa kabarnya, bu?" Seraya ku rentangkan tangan ku ke arah bu Raida.
"Ibu? Kamu pikir saya ibumu? Lagian mana mau kulitku yang lembut ini bersentuhan denganmu, nanti gatal-gatal lagi." Bu Raida menjauhkan tangannya, agar tidak bersentuhan dengan ku. Bukannya dia membalas jabatan tangan ku, malah menyambut ku dengan berbagai cacian dan hinaan yang menyakitkan hatiku.