Pria dingin yang tak kutahu namanya itu, terlihat berusaha sabar meski Mamy memarahi nya. Bukan tak berani untuk melawan atau takut pada keempat bodyguard Mamyku, hanya karena tak mau mencari masalah dengan mereka.
Bukanya aku sok tahu. tapi melihat gerak-gerik seperti itu, menandakan kalau dia memang pemberani. Tubuhnya yang kekar dan berisi, pasti tidak akan kesulitan kalau hanya menghadapi para pengawal yang bagiku tak sehebat ke empat pria itu.
Hanya wajahnya saja yang beringas, kenyataannya itu tidak sesuai dengan kemampuan mereka. Keberanian nya hanya mereka di saat sedang berkelompok, beda jika sedang sendiri pasti kalah walau hanya segebrakan saja.
Aku tak mau keluar menemui mereka bukan mau menghindar, tapi karena pria ini masalah nya. Aku tak melakukan pergerakan apa-apa di dalam, hanya sembunyi dari penglihatan mereka.
"Siapa wanita yang bersama mu?" Celetuk salah satu bodyguard sambil menunjuk ke arah ku.
Betapa kagetnya aku. Niatku untuk sembunyi, pasti akan ketahuan jika seperti ini. Ku coba buat persembunyian yang lebih sempurna, merunduk saja.
lalu membuat tubuhku berada di bawah kursi mobil supaya mereka tak melihat ku.
Aku dengar pria yang mengetahui keberadaan ku menghampiri mobil yang kunaiki, mungkin rasa penasaran yang mendorongnya untuk mendekat.
Terdengar semakin dekat dan mendekat, hingga tangannya menyentuh kaca pintu mobil, sambil berusaha untuk menengok ke dalam.
Aku sudah sangat ketakutan sekali di dalam, tubuhku gemetar hingga tak bisa ku tahan lagi. Ku bungkam mulut sendiri dengan tangan yang begitu rapat sama mulut ku, hingga terasa pengap takut tak sengaja aku bicara.
Ku terus mencoba melanjutkan persembunyian ini, daripada harus terkena masalah dengan sang mucikari pincang itu. sehingga aku tak berani membuat wajahku ketahuan.
kepalaku terus menunduk tanpa sedikit pun ku coba mengangkatnya, rasa sakit dan pegal tak ku peduli kan yang terpenting aku bisa mengatasi pria ini.
Aku melakukan hal seperti itu sama sekali bukan tidak mau menemuinya. Akan tetapi karena dari awal aku sembunyi akibat tak mau ketahuan pria judes ini, siapa diriku sebenar nya. walau aku berada dalam kesulitan saat ini.
Kalau saja aku langsung menghampiri si Mamy, mungkin aku tidak harus ketakutan seperti ini. Pria yang membawaku pun tak akan terlibat perdebatan dengan mereka, tapi karena aku sedikit bod*h maka aku harus menanggung akibatnya.
Aku masih dalam persembunyian, dari pria yang hampir mengetahui keberadaan ku di dalam. terdengar dari luar dia berusaha untuk membuka pintu mobil ini, hingga aku memejamkan mataku berharap itu tidak terjadi.
"Aduh. Bagaimana ini? Aku pasti akan ketahuan, dan Mamy takan memaafkan aku atas sikapku ini." Gerutuku sembari terus berada dalam kegelisahan.
"Kau mau apa? Jangan mencoba macem-macem dengan mobil ku! Kau telah menabrak ku tapi kau malah mengelak, bukannya untuk bertanggung jawab. kau mau apa lagi?" Sentak pria dingin itu kini terdengar marah.
Pria bodyguard yang mau menghampiri ku, terlihat melotot ketika mendengar ucapannya. Bukan hanya marah dianggap tak bertanggung jawab, mungkin dia merasa terganggu dengan pernyataan yang dilontarkan.
Tapi aku merasa lega yang sebelumnya begitu tegang, kini bisa bernafas lega. meski belum sepenuh nya aku terbebas, yang pasti pria itu tak jadi membuat ku dalam masalah.
sudah pasti aku pingsan saking takut nya, apalagi saat melihat bodyguard itu mau membuka pintu mobil rasaku ingin mati sekalian dari pada harus terlibat masalah dengan si Mamy.
Pasti bukan hanya diriku yang menderita, seluruh keluarga termasuk kedua orang tuaku pasti bakal mereka incar untuk menanggung atas kesalahan yang tidak mereka lakukan.
Beruntung pria itu mengerti dengan keadaan ku. Mungkin dia melakukan itu bukan sengaja melindungi ku sebagai anak asuh wanita ini, karena memang dia tahu apa hubungan aku dengan mereka.
Dia melindungi ku layaknya seorang pria gentle, dengan selalu berusaha melindungi seorang perempuan yang di anggap lemah, pikirnya. itu suatu kewajiban bagi semua pria termasuk dirinya.
Tapi tak bisa di pungkiri pula, aku merasa tak enak hati dengan kejadian ini. Hanya untuk melindungiku dia rela terlibat cekcok dengan para bodyguard kejam itu.
Aku harus berpikir sesuatu tentang apa yang harus dilakukan, untuk membuat mereka berhenti dan pergi dari kami. Aku mencoba dengan gawaiku yang ku genggam dengan erat di tangan.
Kucari nomor wanita itu untuk menghubungi nya. Terlihat dia mengambil hp di kantong sakunya karena Mungkin dia mendengar ada seseorang yang telah menghubungi nya.
Syukurlah dia mau mengangkat telepon ku, hingga membuat aku sedikit lega. Mungkin dengan aku menghubungi dia, akan membuat masalah ini sedikit teralihkan.
"Diam dulu! Ini si Anes telepon Mamy." Titahnya kepada para pria yang masih saja berdebat.
"Dimana dia sekarang? Aku jemput saja, kalau begitu." Celetuk pria yang tadi hampir mengetahui ku.
Sungguh sebel nya aku sama dia. bukan apa-apa, tapi dia cowok yang sok ganteng pecicilan pula padahal dia sudah punya istri dan anak di rumah.
setiap kali melihat wanita yang lebih muda apalagi baru dia temui, dia pasti embat. tak peduli anak asuh si Mamy atau siapapun, yang terpenting dia suka.
Termasuk padaku. setiap kali bertemu, dia selalu Merayuku dengan segudang rayuan mautnya itu. Meski aku tidak pernah merespon nya, tetap saja dia tidak pernah mau menyerah.
Bukan aku tak mau melayani nya, aku juga harus pilih-pilih jika mau melayani pria. Bukan karena rupanya yang parah, tapi dia selalu ingin gratis tanpa mau membayar kami.
belum lagi harus siap menahan serangan istri dan keluarga besarnya, itu yang paling ribet jika berurusan dengan para pria hidung belang kaya gitu. Bagi ku mending menghindar saja dari pada harus dapat masalah yang bertubi-tubi.
Dalam mobil aku berdoa, semoga Mamy tidak menyetujui keinginan pria itu dengan begitu aku akan sedikit merasa tenang.
"Aku tidak percaya kamu. Kamu pikir aku tak tahu kamu? Jangan membuat aku marah saat ini!" Sebuah pernyataan yang terdengar begitu menenangkan ku. Semua doa ku terkabul, aku tak dibiarkan di jemput nya.
"Mamy, aku sudah dijalan sekarang, kalau bisa jemput aku di suatu tempat! Nanti aku sherlock Mamy tempat nya." Seru ku, meminta dia menjemput ku di suatu tempat yang kita selalu datangi ketika memiliki janji dengan seorang pelanggan.
"Hmm, Baiklah. nanti Mamy jemput di sana, tunggu saja sebentar lagi Mamy sampai!" Tembal wanita itu seperti sudah mengerti maksudku.
"Iya, Mamy. Aku tunggu di sana!" Suaraku sedikit lebih pelan karena pria yang mempunyai mobil ini menoleh ke arahku.
Mungkin dia telah mendengar aku sedang berbicara dengan seseorang, sehingga dia merasa takut ketahuan kalau dia memang sedang bersama diriku.
"Kenapa? Mamy tak dengar kau bicara apa. lebih kencang lagi suaranya, biar Mamy dengar!" Dia memberikan komentar, karena aku tidak bicara sesuai kondisi telinganya yang mungkin saja terhalang oleh berbagai macam dosa di hidupnya.
Aku lihat pria itu semakin mendekat juga memutuskan untuk pergi dari hadapan mereka, mungkin dia ingin melanjutkan perjalanan nya yang sedikit tertunda dengan adanya masalah ini.
"Urusan ku dengan kalian sudah selesai, jadi singkirkan mobil itu! aku mau melanjutkan perjalanan ku karena Ini sudah sangat malam, aku harus cepat pergi dari sini." Gumam pria itu, sambil melengos pergi tanpa mau meladeni lagi ocehan tak penting dari mereka.
"Kalau aku tidak ada urusan lain lagi, aku tidak akan melepaskanmu. Tapi hari ini mungkin kau sedang beruntung." Cetus bodyguard yang berambut panjang sembari melotot kepada nya.
Masalah ini memang sudah selesai karena ideku, sangat membuat ku merasa lega. Tapi karena ini juga, membuatku berada dalam masalah baru.
Pria itu semakin mendekat kala aku masih berbicara dengan Mamy, yang sudah pasti membuat suatu kecurigaan bagi nya.
Aku melihat dia terus mendekat, dan menghampiri mobilnya. Gegas ku meminta Mamy mengakhiri perbincangan kami, sebelum dia mengetahui ini.
"Mam. aku tutup telepon nya. Kita bertemu di tempat biasa!" Desah ku dengan suara yang begitu pelan, seakan aku bicara dengan diriku sendiri.