Shou terpaksa memperpendek cuti pernikahannya setelah Taehyung memberondong telepon di pagi buta. Lelaki itu nyaris mengamuk akibat keasyikannya mencumbu Hee Young terganggu dering berisik gawai.
"Kau harus kembali bekerja. Syuting drama Water God dimajukan."
Hanya itu ucapan Taehyung setelah Shou berusaha mengabaikan sebelas panggilan semalam suntuk. Dia melirik kesal pada istrinya yang melarang gawai dimatikan.
"Kau sengaja, ya? Agar bisa kabur dariku?" tanya Shou jengkel.
Hee Young menyanggul rambutnya jadi cepol kecil. Mengaitkan tali masker ke dua telinga. Lalu menurunkan topi bucket dalam-dalam hingga tak memungkinkan wajahnya terekspos.
"Tidak, tapi instingku mengatakan Tuan Manajer akan meneleponmu."
"Hah, apa kau cenayang?" Shou membelokkan mobil memasuki pelataran parkir The Shilla Hotel, lokasi syutingnya hari ini. Begitu jadwal terkirim, Shou diseret-seret Hee Young masuk mobil dan memaksanya tancap gas ke lokasi.
"Buka bagasinya, Shou," pinta Hee Young.
"Padahal aku masih ingin bercinta denganmu," gerutu Shou. Dia tahu wajah cantik itu tengah merona karena ucapan tak senonohnya. Tapi, entah mengapa, menggoda perempuan itu jadi hobi baru yang sangat menyenangkan. Menyadari Hee Young tersipu padanya membuat hati Shou jadi hangat.
"Sudahlah, cepat turun." Tangan Hee Young sudah berada di pintu mobil.
"Chagiya?" panggil Shou. Tersenyum senang melihat bahu mungil itu menegang kaku. "Aku belum dapat sarapan pagiku."
"Kau sudah makan roti tadi." Hee Young tak menoleh. Masih terlalu syok dengan panggilan sayang perdana Shou padanya.
"Tapi aku belum sarapan yang lain. Ke mari." Shou menangkup wajah Hee Young dan mendaratkan ciuman lembut di bibir. Dia terhenti sejenak sebelum melepas satu tali masker, berhasil mendapatkan bibir kekasihnya lalu melumat panas tanpa ampun.
Dan Shou sangat senang kala Hee Young meleleh. Polanya selalu sama. Tubuh tegang istrinya perlahan-lahan mengendur, rileks, lalu sepasang lengan yang halus terangkat melingkari lehernya. Tengkuknya akan mendapat sentuhan jari-jemari lentik. Jika suasana memungkinkan, outcourse itu akan berlanjut ke sesi yang lebih intim.
"Shou, berhenti." Hee Young tersengal.
Shou patuh. Berat hati dia melepaskan Hee Young. Pandangannya memergoki beberapa pasang mata melihat ke arah mobil mereka. Lelaki itu meringis. Lupa jika kaca mobil yang dipakainya hari ini setransparan plastik bening.
Saat mereka turun, bisik-bisik gencar terjadi. Shou memamerkan senyum tipis pada para penggemarnya sebelum merangkul protektif pinggang Hee Young yang tengah menggeret koper make up. Pameran kemesraan yang sukses mendatangkan kesiap keras keterkejutan.
"Bersikap mesra padaku. Ada Jung Sora arah jam sebelas," bisik Shou.
Alis Hee Young terangkat. Otomatis melirik arah yang dituju Shou, dia melihat seorang perempuan muda luar biasa cantik berdiri di pintu masuk hotel. Bola mata Hee Young melebar. Kakinya berhenti melangkah.
Hee Young terpana. Sebagai seorang yang telah merias banyak orang, baru dua kali ini dia melihat kontur wajah yang luar biasa indah. Pertama kali dengan Kim Shou, yang kesempurnaan kulitnya seolah berasal dari dunia lain. Dan kali ini bersama Jung Sora. Garis wajah Jung Sora sangat agung. Hee Young jadi tak sabar bekerja pada perempuan itu.
"Kenapa berhenti?" Shou heran.
"Dia cantik," puji Hee Young.
"Kau lebih cantik," balas Shou sambil kembali menarik Hee Young.
"Kau buta, ya? Aku sejelek ini kau bilang lebih cantik dari Nona Jung?"
"Kau mau aku memuji perempuan lain di depanmu?"
Hee Young hampir tersandung undakan trotoar. Jantungnya berdebar liar. Kenapa balasan pertanyaan Shou membuat hatinya mencelus tak nyaman?
Perjalanan mereka makin mendekati Jung Sora. Perempuan itu berdiri bersama seseorang berpenampilan super modis. Keduanya sama-sama mengenakan pakaian bermerk premium. Meski begitu, ditilik dari pembawaannya sudah jelas Sora adalah sang majikan dan satunya lagi sang figuran.
"Halo, Kim Shou?" Sora membungkukkan tubuh hormat. Pandangannya menghunjam ke lengan Shou yang masih melingkari pinggang ramping Hee Young.
"Halo, Nona Jung."
"Panggil saja Sora. Hari ini syuting pertama kita. Mohon kerjasamanya."
Shou mengangguk, "Mari masuk?"
Shou melewati Sora. Dia sengaja tak melirik aktris pendatang baru itu. Namun, sentuhan lembut jemari Sora di lengannya seketika menghentikan langkah Shou. Lelaki itu membeku. Sangat perlahan dia menoleh pada perempuan cantik yang tengah memamerkan senyum manisnya. Sora berkata sangat pelan, bahkan itu pun tak dapat disebut bisikan. Shou terhenyak kaget menyadari bahwa suara Sora terdengar di dalam kepalanya.
"Lama tak bertemu, Haes-sal."
***
Berjuta-juta tahun silam, Bumi dan Langit menyatu. Para dewa dan manusia hidup bersama dalam hubungan yang harmonis. Manusia memohon pertolongan pada para dewa, dan penghuni Langit selalu mengabulkannya. Hingga suatu hari, Sang Pencipta membuat sebuah dunia lain untuk menghukum para pendosa. Dunia Bawah akhirnya tercipta dengan para agma sebagai penjaga.
Keharmonisan dewa dan manusia mulai terusik kala agma dihinggapi rasa iri dan dengki. Sembunyi-sembunyi mereka keluar dari Dunia Bawah, menyusup di antara dewa dan manusia, menghasut satu sama lain, menciptakan berbagai kerusakan. Para dewa pun protes pada Sang Pencipta. Namun, yang mereka dapat hanyalah keheningan. Sang Pencipta tak berkenan melayani kemarahan para dewa.
Kekacauan semakin merajalela. Kaisar Langit sebagai pemimpin para dewa akhirnya membuat keputusan. Dunia Langit dan Bumi harus dipisahkan, karena ulah agma membuat para manusia serakah menginginkan kekuatan para dewa. Hwanin, Sang Kaisar Langit, memerintahkan seluruh dewa untuk mengumpulkan spirit dari jiwa mereka. Dengan spirit-spirit itu, Hwanin menciptakan malaikat sebagai bala tentara Langit.
Tugas malaikat teramat berat. Mereka harus melawan agma yang sangat kuat. Jutaan malaikat akhirnya berhasil mengurung makhluk pembenci itu dan menyegel Dunia Bawah. Agma hanya diijinkan bertemu dengan roh para pendosa, sesuai fungsi penciptaannya.
Malaikat kemudian diberi mandat membantu para dewa menjaga keselarasan bumi. Ingatan manusia mulai dihapus. Mereka hidup tanpa pernah mengenali para dewa. Namun, malaikat tak serta-merta menghapus seluruh ingatan itu. Mereka menyisakan secuil pemahaman di nurani para manusia untuk meminta pertolongan pada dewa. Dan kehidupan mulai berjalan kembali dengan selaras.
Shou mengingat semua sejarah penciptaannya. Ingatan yang 300 tahun ini disembunyikannya rapat-rapat dari para manusia, kini muncul kembali lewat sentuhan halus seorang perempuan. Hampir saja lelaki itu mengepakkan sayapnya jika tak ingat di mana dirinya berada saat ini.
"Siapa kau?" Shou bertanya melalui telepati.
Sora tersenyum tipis. "Aku hanyalah sosok yang tak bisa melupakanmu 300 tahun ini."
Jantung Shou berdenyut kencang. Nanar ditatapnya perempuan bermata kehijauan itu. Sebuah nama yang terus terpatri di hatinya meluncur keluar.
"Cheong-He?"
Sora menelengkan kepala. Suara genitnya terdengar manja. "Cheong-He? Siapa dia? Aku Jung Sora, Kim Shou."
Shou mengerjapkan mata bingung. Dia ingin bertanya lagi, tapi suara dingin Taehyung terdengar dari belakangnya.
"Kenapa tak segera masuk? Sutradara sudah menunggu."
Shou termangu. Sora terkikik geli. Pandangannya kini beralih pada Hee Young.
"Kau Nona Kim?"
"Nyonya Kim," ralat Shou spontan. "Dia istriku."
"Istri? Kau telah melanggar hukum dua dunia, Haes-sal."
Tak hanya Shou yang terkejut, Taehyung juga sama. Dua lelaki itu memelototi Sora. Yang ditatap galak malah tertawa menggoda. Tanpa permisi, dia melepas pegangan Shou di pinggang istrinya dan menggandeng Hee Young masuk hotel.
"Permisi, Tuan-Tuan. Sesuai permintaanku pada agensi, untuk drama ini aku ingin dirias oleh Nyonya Kim." Sora mengedipkan mata pada Taehyung dan Shou. "Karena itu, kupinjam dia dulu. Kau, Kim Shou, bisa antre belakangan."
Shou dan Taehyung hanya mampu memandangi kepergian tiga perempuan itu. Hee Young, Sora, dan manajer pribadi Sora. Setelah jarak mereka cukup jauh, Taehyung berkata bingung.
"Apa itu tadi?" tuntutnya meminta penjelasan.
"Jung Sora bicara dengan kita." Shou menggaruk tengkuk.
"Aku tahu itu. Maksudku, bagaimana bisa dia bicara di kepala kita?" Taehyung masih mengejar. "Oke kalau denganmu. Kau memang punya keahlian membaca pikiran orang. Kalian berdua bisa berkomunikasi. Tapi denganku?"
Shou meringis, "Ah ya, kemampuanmu bukan di telepati. Kau ahli mengendalikan cuaca."
"Hanya satu penjelasannya," gumam Taehyung. Dia bertukar pandang dengan sepupunya. Lelaki itu terkejut mendapati sorot cemas di kedua mata Shou.
"Haes-sal, jangan bilang perempuan itu adalah Cheong-He!"
***
Syuting berjalan lancar. Adegan hari ini adalah pernikahan Sora dan Shou. Seperti biasa, setelah tugasnya selesai Hee Young pilih duduk menyendiri di sudut ballroom Hotel Shilla yang khusus disewa untuk pengambilan gambar hari ini. Tak berbaur dengan kru yang lain.
"Mereka sangat serasi."
Telinga Hee Young langsung tegak. Tanpa menoleh, dia menguping obrolan para staf di sebelahnya. Penyamarannya sangat sempurna dengan pakaian serba hitam, penutup wajah, dan topi separuh muka.
"Ah, tapi Shou sudah menikah, kan? Aku membaca artikelnya kemarin."
"Dengan coordi noona-nya sendiri?" Seseorang terdengar berkata penuh kekaguman. "Ya Tuhan, hatiku meleleh mendengar berita itu. Cerita mereka sangat romantis."
"Seperti Pangeran berkuda putih dan Cinderella," celetuk yang lain.
"Tetap saja menurutku Shou lebih cocok dengan Sora. Lihat mereka, benar-benar pasangan yang sempurna. Si lelaki sangat tampan dan perempuannya luar biasa cantik."
Hee Young turut melihat pasangan di atas panggung kecil. Sora yang memakai gaun pengantin ekstravagansa dari desainer asal Eropa berdiri di samping Shou. Mereka memang terlihat serasi. Potret pasangan yang ideal.
"Terlalu sempurna juga tak bagus, Nona," imbuh seseorang.
Hee Young kembali menguping. Manggut-manggut setuju dengan pendapat orang tersebut. Yang sempurna belum tentu yang terbaik.
"Istri baru Shou juga sangat cantik, kok. Aku ada foto mereka saat keluar dari gereja. Pernikahan itu sudah viral."
Terjadi keributan kecil saat lima kepala mengerubungi satu layar gawai.
"Ya Tuhan, dia imut sekali."
"Mana? Mana? Aku mau lihat juga."
"Haish, kau bisa cari foto mereka di internet."
"Huft, pantas saja Shou bersedia menikahi perempuan itu. Dia memang sangat imut. Kecantikannya alami."
Wajah Hee Young memerah di balik masker. Dia hanya bisa melirik kerumunan kecil yang masih sibuk bergosip, mencari tahu berita pernikahannya dengan Shou.
"Apa menurutmu Sora akan menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka?" tanya seseorang tiba-tiba. "Aku mendengar gosip. Sora pindah ke agensi yang sama dengan Shou karena ingin mendekati lelaki itu."
Hee Young tertegun. Sora mengincar Shou? Dia mengamati lagi pasangan yang tengah mengulang janji pernikahan. Itu memang sekedar skenario. Hanya saja, apa aktris itu juga menganggap adegannya hanya sebuah akting?
"Kasihan jika sampai itu terjadi. Sora sangat ambisius. Istri baru Shou pasti akan tersingkirkan dengan cepat."
"Kupikir tidak. Lihat, pandangan penuh cinta Kim Shou pada istrinya. Itu bukti tak terbantahkan kalau hubungan mereka solid."
Pandangan penuh cinta. Hee Young mengejek dirinya sendiri. Shou seorang aktor berbakat. Tak sulit baginya menipu publik dengan sebuah akting jatuh cinta. Lelaki itu sudah gamblang menyatakan bahwa dia hanya ingin melindungi Hee Young. Tidak lebih. Itu artinya tak akan ada romansa dalam pernikahan mereka.
Getar gawai membuyarkan lamunan Hee Young. Membaca nama peneleponnya, senyum Hee Young cerah.
"Yeoboseyo? Yong Jin, apa kabarmu?"