"Agh! Sialan! Aku malah tidak mendapatkan sinyal sama sekali di sini!" ucap Mandeok.
Ketika pemuda itu memalingkan pandangannya ke arah Haes-Sal, ia kembali menelan ludah dan merasa terintimidasi. Karena pada saat itu, Haes-Sal hanya tersenyum lebar sambil menunjuk ke arah jalan keluar di tempat tersebut.
"Ta ... tapi .. Haes-Sal ..."
"Ada apa Senior Mandeok? Apakah perlu kubantu?" tanya Haes-Sal lagi dengan senyuman yang semakin lebar.
Mendengar hal tersebut, Mandeok langsung membalikan tubuhnya dan berlari dengan sangat cepat.
"Sialan! Padahal aku lebih tua darimu, Haes-Sal!" teriak Mandeok dengan kesal menuju ke ruangan ketua Kultus untuk memanggil mereka.
Haes-Sal kini tinggal sendiri di depan pintu batu tersebut. Ketika ia memperhatikan dengan seksama, ada beberapa pola yang berada di permukaan bersama dengan aksara kuno yang tidak ia kenali itu. akan tetapi, ia bisa memahami apa yang tertulis di permukaan batu itu.
