Chereads / Secarik Kertas / Chapter 7 - Guru Jabar

Chapter 7 - Guru Jabar

Ketika itu, Axijim telah berusia enam tahun lebih, dan saatnya dia bersekolah. Ayahnya mendaftarkannya di sekolah rakyat dekat rumah, tempat banyak anak warga lain juga belajar.

Pada hari pertama sekolah, Axijim diantarkan oleh ibunya. "Ayo, Axijim, bersiaplah! Hari ini adalah hari pertamamu sekolah!" kata Ibu dengan penuh semangat.

Axijim pun merasa antusias. Dia tidak sabar untuk merasakan pengalaman baru di sekolah. Dia membayangkan bagaimana rasanya bertemu teman-teman baru dan belajar banyak hal menarik.

Setelah mandi dan bersiap-siap, Axijim menikmati roti sarapan buatan Ibunya. "Rotinya ada di ruang makan, Nak. Di atas tikar, di dalam piring. Jangan lupa minum setelah makan!" pesan Ibu.

Axijim menghabiskan rotinya dengan lahap dan meminum segelas air. Dia siap untuk memulai petualangan barunya di sekolah.

"Bu! Axij sudah selesai sarapannya."

"Iya, mari cepat sini keluar, kita berangkat!"

Axij dan ibunya kemudian berangkat berjalan kaki ke sekolah.

"Meda, Ibu pamit dulu ya, mau mengantar Kak Axij ke sekolah. Meda main sama Ayah di rumah ya, Nak!" sambil memegang kedua pipi anaknya.

"Iya Bu, hati-hati ya!" jawab Meda polos.

"Ayah, kami pamit dulu ya, mau berangkat ke sekolah."

"Baiklah, kami pergi dulu ya, Meda. Salam!"

"Salam juga," jawab Meda.

Ibu dan anak itu berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, karena mereka tidak memiliki kendaraan, baik hewan tunggangan maupun kereta kuda.

**

Ketika sampai di sekolah, sang ibu berkata, "Syukurlah Nak, kita sudah sampai di sekolah."

"Iya Bu, akhirnya kita sampai juga."

Axijim mengamati suasana di sekitarnya. Ramai, anak-anak lain juga sama, sama-sama diantarkan oleh orang tua mereka.

"Ibu! Kembalilah ke rumah! Aku berani sendiri di sini, karena di sini pasti banyak teman. Ibu tak perlu khawatir."

Sang ibu terharu melihat keberanian anaknya. Ia mencium kening Axijim dan berkata, "Baiklah anakku, ibu akan kembali ke rumah. Jaga diri baik-baik ya."

"Tentu Bu."

**

Tak lama kemudian, Toot toot toot, trompet tanda pelajaran akan dimulai pun dibunyikan.

Sekarang trompetnya sudah berbunyi, aku harus segera masuk ke kelas ucapnya dalam hati.

"Aku pamit dulu ya Bu, salam" ucap Axijim (melambaikan tangan).

"Salam juga anakku" jawab ibunya.

Ibunya lalu pulang setelah melihat anaknya sudah masuk ke dalam kelas.

Semoga kau jadi orang baik dan berguna anakku, semoga kebaikan dan keberuntungan selalu menyertaimu, do'a ibu Axijim di hati.

Di sekolah. Axijim diajarkan bermacam-macam ilmu pengetahuan. Mulai dari berhitung, melukis, memanah, berkuda, berpedang, berenang dan lainnya.

Ia paling suka pelajaran berhitung, ketika belajar berhitung ia pasti mendapatkan nilai tertinggi.

Dibandingkan dengan temannya yang lain Axijim adalah anak yang paling cerdas, ia paling bisa menangkap apa yang diajarkan para guru kepadanya.

**

Hari itu adalah hari perkenalan bagi para murid, sang guru pun masuk sambil memberikan salam "Salam untuk kalian semua" ucap sang guru (tersenyum).

"Salam juga guru" jawab murid serentak.

Para murid duduk berjejer membentuk busur panah. Dan Axijim memilih tempat duduk yang paling depan tepat di hadapan gurunya.

Ia menyimak dengan seksama apa yang disampaikan guru padanya.

"Perkenalkan! nama guru adalah Guru Jabar.

Guru akan menjadi wali kelas kalian dan guru akan mengajarkan kalian pelajaran berhitung.

Sekarang adalah waktunya perkenalan, guru akan menunjuk kalian satu persatu, untuk maju ke depan memperkenalkan diri.

Sambil memperkenalkan diri kalian juga harus berhitung ya" lanjut guru Jabar dengan lembut.

"Guru mulai dari kamu" ucap guru menunjuk Axijim di depannya.

"Ayo maju!"

"Baik guru" jawab Axijim dengan muka sedikit cemas.

Setelah di depan. "Baiklah, aku mulai berhitung ya.

Satu perkenalkan namaku Axijim Cepheuse.

Dua ibuku bernama Cassiopeia.

Tiga ayahku bernama Cepheus Orionus.

Empat aku memiliki seorang adik perempuan bernama Andromeda Cepheuse.

Sekian terima kasih."

Para murid yang lain merasa kagum.

"Bagus Axijim, kalian harus contoh dia! dia anak yang cerdas. Baru pertama kali disuruh langsung bisa" puji guru pada Axij.

Para murid yang lain memberikan tepuk tangan. Pruuk pruuk pruuk.

***

Semua murid mendapat gilirannya, mereka mengikuti Axijim dalam memperkenalkan diri.

Sekolah berlangsung hingga siang hari, dan ketika matahari telah tergelincir ke arah barat, sekolah pun disudahkan. Toot toot toot, trompet tanda pelajaran berakhir pun telah dibunyikan.

Para murid kemudian dipulangkan, bagi murid yang ditemani orang tuanya sampai pelajaran berakhir mereka pulang bersama orang tuanya masing-masing.

Sedangkan bagi murid yang tidak ditemani orang tuanya sampai waktu pulang, mereka diantarkan oleh para guru ke rumah mereka masing-masing.

Total ada 12 murid yang sekelas dengan Axijim saat itu, 6 orang laki-laki dan 6 orang perempuan.

"Ibu! salam" panggil Axijim.

"Salam juga anakku, kau sudah pulang rupanya?"

"Iya Bu, aku sudah pulang. Bu perkenalkan ini adalah guru Jabar.

Beliau yang mengantarkanku pulang ke rumah Bu" lanjut Axijim.

"Terima kasih guru telah menghantarkan Axijim pulang" ucap Cassi pada guru Jabar.

"Sama-sama Bu. Aku kagum lob dengan anakmu, ia sungguh cerdas, ia berbeda dari murid lainnya" jawab sang guru memuji Axijim.

Ayah Axijim yang masih berburu dihutan, kini mulai bersiap siap untuk pulang ke rumah dikarenakan hari mulai beranjak sore.

Cepheus hanya mendapatkan seekor rusa betina untuk persediaan makan mereka selama tiga hari ke depan.

Cassi, Axij, dan Meda, mereka bertiga sudah menunggu kedatangan sang ayah sedari tadi, dan tidak sabar ingin menyantap hewan buruan yang berhasil Cepheus tangkap.

"Salam, ayah pulang" ucap sang ayah.

"Salam juga Yah" jawab mereka bertiga serentak.

"Ayah bawakan seekor rusa betina untuk kita santap malam ini dan untuk persediaan tiga hari ke depan" lanjut sang ayah.

"Asyik, kita makan rusa malam ini" sambut Meda dengan riang.

"Yeeh, kita makan rusa, ayah sungguh baik sekali, tahu saja kami sedang pengen makan rusa" Axijim menambahkan.

"Kira-kira mau kita apakan rusa ini?" tanya ayah pada keluarganya.

"Dibakar saja Yah! kayaknya enak" saran Meda.

"Oke siap, akan ayah bakar rusa ini, kalian tunggu matangnya saja ya!"

Ayah menyiapkan tempat panggangan, untuk membakar daging rusa tersebut, ia dibantu oleh Axijim.

Sedangkan Cassi membuat bumbu sebagai penyedap rasa untuk rusa bakar itu.

"Bu! aku bantu ya buat bumbunya" ucap Meda.

"Iya anakku" jawab Cassi.

"Kita akan buat bumbu spesial untuk rusa bakar itu malam ini" lanjut Meda riang.

Malam itu mereka makan rusa bakar buatan sang ayah, dilengkapi bumbu spesial buatan ibu dan Meda.

Ayah sengaja memilih bagian paha rusa untuk ia bakar karena kedua anaknya sangat menyukainya.

"Ayah!, aku tadi disuruh berhitung oleh guru Jabar, dan aku bisa, dia memujiku aku sangat senang sekali."

"Benarkah anakku? kau memang anak yang cerdas" puji ayah.

"Iya benar suamiku, gurunya sendiri tadi bilang padaku" tambah ibu.

"Bagaimana bisa?" tanya ayah heran.

"Tentu, soalnya guru Jabar sendiri mengantarkan Axijim pulang ke rumah" jelas Cassi.

"Oh, begitu rupanya."

**

Axij dan Meda memakan rusa bakar buatan ayahnya itu dengan sangat lahap dan akhirnya mereka berdua pun kekenyangan.

Sampai-sampai mereka tidak tahu telah tertidur pulas setelah menghabisi paha rusa bakar itu.

Tanpa mereka sadari, ayah kemudian membawa mereka berdua untuk tidur di kamar masing-masing.

Lucunya anak-anakku ini ungkap ayah dalam hati.

**