**
"Centa, kira-kira latihan apa yang akan diberikan Guru pada kita ya?."
"Aku tidak tahu Sagitt."
"Mungkin guru akan mengajarkan kita berpedang."
"Mungkin."
Tek, tek, tek, (bunyi langkahan kaki guru Draco).
"Sepertinya dugaanmu benar, coba lihat sana (menunjuk ke arah guru yang datang mendekat). Guru membawa 2 buah pedang kemari."
"Salam guru!" ucap mereka berdua.
"Salam kembali murid-muridku!
"Kita mau latihan apa guru," tanya Sagitt.
"Hari ini guru tidak akan mengajarkan kalian berpedang," menjawab.
"Lah, lalu apa guru?" tanya mereka keheranan.
Aneh, jika guru tidak mengajarkan kami berpedang, kenapa guru membawa 2 buah pedang kemari, gumam Centa.
"Guru akan menugaskan kalian berdua untuk membuat pedang.
Persis. Seperti yang guru bawa ini," (menunjukkan pedang yang dibawanya).
"Hah, membuat pedang?" jawab mereka berdua tak menyangka.
"Iya, membuat pedang. Sekarang, kalian berdua pergilah ke pabrik logam milik Pavo! Dan lakukanlah tugas yang aku berikan ini, aku telah memberitahukannya bahwa kalian akan datang kesana."
"Baik guru."
"ini (Draco memberikan pedangnya) pedang ini, kau yang bawa Sagitt!."
"Dan ini, kau yang membawanya Centa!."
Bawalah keduanya sebagai contoh dan tempahlah logam persis seperti dua pedang itu," perintah guru Draco.
"Baiklah, kami pamit dulu guru, salam!" ucap mereka.
"Salam juga untuk kalian."
Mereka kemudian bergegas pergi ke pabrik logam milik Pavo. Guru Draco juga bergegas kembali ke rumahnya.
**
Sesampainya,
"Salam!" ucap mereka berdua.
"Salam juga!," jawab laki-laki yang sedang menempah logam di dalam pabrik.
Kemudian ia menghampiri Centa dan Sagitt.
"Kalian berdua pasti Centa dan Sagitt bukan?, aku sudah tahu bahwa kalian akan kesini."
Lanjut laki-laki dengan tubuh berkaki kambing itu.
"Iya benar sekali, kami diperintah oleh guru Draco untuk membuat kedua pedang ini, (sambil menunjukkan pedangnya), Persis!."
"Baiklah akan aku ajari kalian berdua cara membuatnya, tahap pertama kalian buatlah cetakan berbentuk kedua pedang itu.
Akan aku perlihatkan caranya, perhatikanlah oleh kalian!."
Pavo kemudian mempraktikkan membuat cetakan berbentuk pedang kepada mereka berdua.
"Apakah kalian sudah paham?," tanya Pavo.
"Iya Pavo, kami sudah paham."
"Sekarang lakukanlah!, buatlah cetakan untuk kedua pedang kalian."
"Baik Pavo, akan kami kerjakan."
Mereka kemudian membuatnya seperti yang dicontohkan Pavo, dengan 2 pedang tadi sebagai acuannya.
**
Setelah beberapa kali mencoba.
"Yeah, akhirnya berhasil".
"Iya, butuh beberapa kali kita mencobanya", lanjut Centa.
"Benar, syukurlah akhirnya cetakannya jadi."
"Bagus, kalian berhasil," ucap Pavo yang melihat pekerjaan mereka
"Iya tuan Pavo, setelah bersusah payah kami melakukannya."
"Baiklah, sekarang kalian pergilah ke tempat pembakaran, lalu masukkan logam-logam itu (menunjuk batangan logam ) ke dalam wadah pembakaran, dan tunggulah sampai mencair.
Jangan lupa kalian harus tetap menjaga api agar tetap menyala dengan baik!."
"Baik tuan Pavo."
Mereka berjalan menuju batangan logam yang di tunjuk Pavo, mengambilnya dan memasukkannya ke dalam wadah pembakaran di atas tungku.
**
"Sagitt !, lama sekali ya...? logam-logam ini mencair."
"Iya, aku sudah kepanasan sekali nih,
berada di dekat tungku ini."
"Sudahlah, kita lakukan saja, lagi pula ini kan juga tugas dari Guru Draco."
"Oke..., baiklah."
Pavo melihat logam di wadah pembakaran. "Hei Centa !, Sagitt!, Itu logam nya sudah mencair, sekarang tuangkan logam itu kedalam cetakan yang kalian buat tadi".
"Baik Tuan Pavo."
Mereka kemudian mengambil logam cair itu menggunakan gayung khusus lalu menuangkannya pada cetakan.
"Setelah kalian tuangkan logam itu, tunggulah sampai ia mengeras!".
"Baik, Tuan Pavo".
Satu jam lebih mereka menunggu logam tadi mengeras.
Sambil menunggu itu, supaya tidak bosan
mereka kembali menjaga api ditungku pembakaran agar tetap menyala.
"Centa!, kita jaga tungku pembakaran saja yuk, sambil menunggu logam di cetakan mengeras," ajak Sagitt.
"Ide bagus, biar ada manfaatnya," jawab Centa.
**
Logam itupun akhirnya mengeras.
"Centa !, Sagitt!," panggil Pavo.
"Iya tuan Pavo, ada apa?," tanya mereka.
"Logam kalian sudah mengeras, sekarang bukalah cetakannya perlahan!."
"Baik tuan Pavo."
Mereka kemudian membuka cetakan itu dengan perlahan dan sangat hati-hati.
"Yeah, akhirnya jadi," ucap Sagitt melihat hasil cetakannya.
"Bentuknya persis seperti dua pedang ini" (melihat ke arah dua pedang tadi, membandingkannya),ucap Centa,
"Bagus. Sekarang tugas kalian adalah mengampelasnya, untuk menghilangkan bagian-bagian yang belum rapi."
"Baik tuan Pavo," jawab mereka berdua.
Kemudian mereka melaksanakan perintah Pavo, mereka mengampelas pedang itu, hingga semuanya menjadi halus dan rapi.
"Sudah selesai kalian mengampelas?," tanya Pavo.
"Sudah tuan Pavo."
"Bagus, coba kulihat (mengambil kedua pedang itu dan melihatnya) ampelasan kalian lumayan baik," puji Pavo.
"Terima kasih tuan Pavo."
"Sama-sama, sekarang tugas kalian selanjutnya adalah mengasah kedua pedang itu hingga sangat tajam," lanjut perintah Pavo.
"Baik," jawab mereka.
Kemudian mereka kembali menjalankan perintah yang diberikan Pavo.
Mereka mulai mengasah pedang buatan mereka itu, dengan perlahan.
"Akhirnya…, pedangnya sepertinya sudah tajam," ucap Centa.
"Baik, kita coba saja untuk memotong kayu itu," jawab Sagitt
Ssssttt, (suara tebasan).
Kayu itu pun putus tertebas oleh pedang buatan mereka.
"Selamat, kalian berdua berhasil," puji Pavo yang melihat mereka berdua.