Chereads / Bismillah Anna / Chapter 21 - Pertengkaran melibatkan perasaan

Chapter 21 - Pertengkaran melibatkan perasaan

Melihat sikap Rubi ke dirinya membuat Anna berfikir untuk menjauhi Adit.

"Ya Allah, sepertinya kak Rubi ngk suka kalau kak Adit dekat sama aku. Padahal kan aku ngk ada niat untuk dekat sama kak Adit " gumam Anna yg sudah berada di dalam tendanya itu.

"Anna, Anna. buka dulu"

Terdengar suara dari arah luar tenda sontak hal ini membuat Anna terperanga kaget.

"Itu kok seperti suara nya kak Adit lho dia mau ngapain disini" ujar Anna.

"Seandainya jika aku membukakan tenda ku dan bertemu denganya aku takut nanti kak Rubi makin marah sama aku, terus apa yg harus aku lakukan, ya Allah" ujar Anna yg merasa bimbang dan serba salah.

"Dek, kamu kok ngk buka apa mungkin kamu sudah tidur yah?" ujar Adit yang terus menerus memaksakan diri untuk tetap berbicara kepada Anna.

Namun, tak sedikit pun respon yg di keluarkan oleh Anna.

"Dek, apa kamu sudah tidur atau kamu hanya tidak ingin aku bertemu dengan mu dek, dek ingat! kk ngelakuin ini semua karena amanah yang di berikan oleh orang tua mu sekaligus Rey sahabat kakak" ujar Adit yg terus meyakinkan Anna.

"Hah, amanah?"

Nampak suara yang terdengar dari arah belakang Adit.

"Eh, Rubi" ujar Adit dengan wajah yang sangat terkejut.

"Ohw, jadi kamu sama Anna, udah jadian?" tanya Rubi ke Adit.

Sementara Anna yang mendengar ucapan mereka berdua dari luar tenda membuatnya semakin merasa bersalah.

"Tuh, kan pasti akan ada masalah" Anna sangat khawatir akan pertemanan antara mereka berdua retak.

"Bukan gitu Rub, aku tuh ..."

Omongan Adit terpotong ketika Rubi berbicara agak ngegas.

"Jadi, apa? kamu sama dia pacaran kan, mana tadi kamu bilang kalau orang tuanya memberikan amanah sama kamu terus kamu mau ngomong apa lagi!" ujar Rubi dengan penuh kekecewaan.

Anna yang sudah tak tahan atas omongan yg terus di perdebatkan di luar. Dia pun memutuskan untuk keluar dari dalam tenda dan pergi menghampiri kak Adit dan kak Rubi.

"Udah, udah jangan bertengkar"

"Heh, diamkamu! aku tuh dari pertama udah tahan nie semua amarah aku yg telah terbendung" ujar Rubi yg langsung menatap Anna dengan mata melototnya itu.

Sontak hal ini membuat Anna langsung terperanga terdiam tanpa suara.

Adit yg melihat sikap Rubi ke Anna langsung tak menyangka ternyata Rubi mempunyai sikap yg sangat sinis.

"Rubi stop, Anna tidak ada salah apa-apa sama kamu. Asal kamu tau selama ini baru kali ini kamu tunjukan sikapmu yg sesungguhnya" ujar Adit.

Rubi yg mendengar ucapan Adit itu langsung menyesal atas segala ucapannya yg tak ia jaga.

"Adit, bukan itu maksud aku ... aku bisa jelasin, kamu tau aku kaya gini karena apa" ujar Rubi.

Namun sayangnya Adit sudah tak merespon ucapanya itu.

"Sudahlah mulai detik ini kamu bukan teman ku" ujar Adit yg langsung pergi meninggalkan tempat itu.

"Dit ...Adi "

Dengan suara yang menangis ia tetap terus memanggil nama Adit.

Anna yang melihatnya juga langsung ikut menangis.

"Kak, maafkan aku" ujar Anna.

Rubi yang menatapnya langsung pergi tanpa berbicara satu kata pun kepada Anna.

"Ya Allah masalah apa lagi ini" ujar Anna yg langsung masuk lagi ke dalam tendanya.

Dengan kondisi yg belum stabil dan rasa sakit hati juga terhadap Malik di tambah lagi kak Rubi memarahinya karena ia dekat dengan Adit membuat Anna sangat sedih.

"Aku ngk suka kaya begini, yg aku mau aku hanya ingin mengikuti OSPEK dengan baik bukan kaya begini" ujar Anna sambil menangis.

Di sisi lain

"Adit, itu Anna kondisinya kaya gimana?" tanya Malik ke Adit.

Adit yg mendengar ucapan Malik langsung berdiri dan memarahinya.

"Ngapain loh sok-sok tanyain kabar dia! heh asal loh tau gara- gara lo terlalu urusin Nisa dan ngk urusin Anna akhirnya Rubi cari masalah. Dia bilang gw terlalu perhatian sama Anna dan sekarang Rubi marah sama Anna. Tadinya gw mau kasih dia makan tapi karena Rubi membuat onar dan tuduhanya yg ngk- ngk akhirnya Anna ngk makan" ujar Adit dengan sangat marah.

"Kok gue yg di salahin?" ujar Malik yg masih bingung dengan masalahnya.

"Hahahah .... lu kan ketos disini seharusnya lu bersikap adil donk jangan hanya Nisa aja yg lu urusin sedangkan Anna ngk, asal lu tau kondisi Anna itu sangat parah di bandingkan dengan Nisa. Lagian lu tau kan sifat Anna kaya apa? bukanya lu dengan dia dari Sd sudah satu sekolahan?"

Malik yg mendengar ucapan Adit langsung dengan cepat berlari ke tenda nya Anna, dari arah kejauhan ia sudah memanggil namanya.

"Anna, Anna"

Anna yg mendengar ucapan itu langsung bergumam di dalam hatinya.

"Ya Allah, ada apa lagi ini?"

Dia pasrah dia pun membuka tendanya dan betapa terkejutnya ia jika yg memanggilnya adalah Malik sang ketua osis.

Dengan cepat kedua tanganya langsung mengusap air matanya itu. Ia tak ingin kelihatan bersedih di hadapan ketos yg ia idamkan itu.

Malik pun semakin mendekat dan hati Anna semakin berpacu antara rasa bimbang dan rasa takut.

"Dek, kk dengar kamu terluka yah?" ujar Malik.

Anna yg tak ingin membuat Nisa marah lagi kepadanya. Ia terpaksa menyembunyikan lukanya itu.

"Iya, tapi udah agak mendingan" ujar Anna.

"Yaudah kamu udah makan belum?" tanya Malik.

Anna yg langsung menatapnya dengan tatapan yg tak di sangka-sangka jika Malik juga peduli terhadap dirinya.

"Udah kok kak" jawab Anna.

Tapi sebetulnya ia belum makan, yg membuat ia menjawab seperti itu adalah karena rasa kekhawatiranya terhadap kak Nisa ia takut jika nanti kak Nisa memandangnya dengan salah sangka.

"Ohw, udah makan yah. Yaudah kalau begitu aku tinggal dulu. Jika kamu ingin sesuatu panggil saja" ujar Malik yg langsung pergi meninggalkannya tanpa mendengar ucapan balas kata dari dirinya.

Anna hanya menjawabnya dengan senyuman.

di saat Malik pergi meninggalkan tenda itu di saat itulah hatinya makin bersedih.

"Ya Allah, ku kira dia akan peka terhadapku tapi nyatanya ia hanya sekedar basa-basi saja. Apakah ini mungkin sudah takdirnya bahwa aku dan dia memang bukan jodoh" ujar Ann yg langsung masuk lagi ke dalam tenda.

Di dalam tenda ia hanya bisa menangis pilu mengingat beberapa kejadian yg menimpa dirinya dalam sehari.

"Andai kak Malik tau betapa aku sangat mengidolakan ia"

Sebetulnya Anna kelaparan cuman karena kondisi yg sudah membuat selera makanya menjadi hilang.