Setelah mereka kelelahan membereskan rumah yang sudah lama tidak ditempati ini, akhirnya Bondan disuruh Hikma untuk mandi dahulu sedangkan Hikma menyiapkan makanan juga minuman untuknya dan juga adiknya. Bondan tidak mempersiapkan baju ganti untuknya, sehingga kini dia kebingungan mau memakai baju apa.
Hikma :" Ini bajumu dan handuk untukmu, sementara memakai baju lamamu yang tertinggal saat laundry kemaren. Aku masih menyimpanya, ini handukku dan kamu bisa menggunakanya terlebih dahulu dengan syarat jangan sampai kotor"
Bondan terkejut ternyata Hikma telah menyiapkan segalanya, terlebih ternyata Hikma menyimpan bajunya yang sudah sangat lama tertinggal dirumahnya. Hikma menyimpanya dengan rapi tanpa mengurangi apapun.
Bondan :" Kamu peramal ya sehingga bisa meramal semua yang sedang aku fikirkan. Darimana kau mengetahui jika aku sedang kebingungan mengenai baju yang akan aku pakai, menggunakan ilmu apa kamu sehingga mampu membaca fikiranku seperti itu?"
Hikma :" Aku kok dilawan, sudah jangan kebanyakan nanya ini bajumu dan jangan lama-lama. Aku sudah menyiapkan makanan dan minuman hangat untukmu. Jangan mainan air kayak hasan nanti kamu alah sakit"
Bondan tidak menjawab ocehan Hikma tersebut karena Hikma berbicara sambil berjalan menjauhinya dan akan sangat sia-sia jika dirinya menjawab perkataan Hikma tersebut. Mungkin tidak akan terdengar atau bahkan hal lainya.
Setelah mendengar tidak ada orang di depan pintu akhirnya Bondan membuka pintu kamar mandi untuk mengambil baju serta handuk yang sudah diberikan oelh Hikma.
" Haaaaaaa..... "
Suara kedua orang itu bersautan , Hasan ternyata berada di depan pintu kamar mandi sedang menunggu Bondan yang mandi, sedangkan bondan tidak melapisi badanya dengan sehelai kain pun.
Hasan langsung menutup matanya dan berbalik arah, sedangkan Bondan mengambil baju serta handuknya dengan sangat malu dan langsung menutup pintu kamar mandi.
Hikma :" Kenapa ada suara teriakan, apa yang terjadi kepadamu Hasan?
Tanya Hikma yang langsung mendekati Hasan yang tadi berteriak, Hikma hanya memastikan bahwa adiknya itu tidak mengalami sesuatu yang buruk apapun. Hikma takut jika adiknya tersebut mengalami hal bruuk sehingga berteriak sehingga Hikma langsung mendekatinya ketika mendengar dia berteriak.
Hasan :" Kak Bondan tadi keluar kamar mandi telanjang tanpa memakai appaun, Hasan yang dari tadi berada di depan pinu terkejut dnegan kak Bondan yang tidak memakai apapun. Hasan terkejut jadi hasan berteriak dan membalikan badan hasan"
Bondan yang berada di dalam kamar mandi sedang mendengarkan Hasan bercerita kepada kakaknya tersebut dan yang sekarang sedang Bondan rasakan adalah menahan malu dengan sangat kencang. Bondan nyengir karena menahan malunya tersebut.
Sedangkan Hikma meninggalkan mereka dengan tertawa terbahak-bahak. Sungguh kejadian yang sangat memalukan, dan untung saja Hasan yang melihatnya bukan Hikma, kalau Hikma yang melihat kejadian tersebut yang ada malah bubar jalan semuanya.
Hasan :" Kak Bondan buruan keluar, Hasan sudah menahan kencing dari tadi. Tetapi keluarnya memakia baju ya, jangan tidak. Hasan terkejut melihatnya"
Bondan :" Kamu berada di depan pintu tanpa mengucapkan apa-apa, sehingga membuat kak Bondan membuka pintu tanpa persiapan apapun, kan kak Bondan tidak memiliki baju dan itu baju dari kak Hikma yang disiapkan untuku. Maafkan kak Bondan jika telah membuat hasan terkejut"
Bondan akhirnya membuka pintu dan melihat Bondan langsung lari masuk ke dalam kamar mandi tersebut, ternyata memang Hasan dari tadi menahan sebuah kencing dengan sangat amat. Bondan terkekeh dengan apa yang kini dilihatnya tersebut.
Bondan akhirnya mneuju ruang tamu yang juga menjadi ruang makan semua orang yang berada di dalamnya. Dan ternyata hanya tersisa makanan untuknya dan juga Hikma saja karena semua adiknya telah makan duluan dan sekarang sedang dikamar. Ada yang sedang mengerjakan tugas sekolahnya yang kini masih menjalani sekolah secara online juga ada yang sudah terlelap di depan tv atau di kamar mereka.
Bondan :" Kenapa kamu tidak makan duluan saja dan hanya memilih menungguku. Ngaku pasti karena kamu ingin selalu dekat dan bersama denganku ya sehingga makna saja harus menungguku"
Hikma :" Jangan kebanyakan bicara dan besar kepala aku hanya kasian jika kamu harus makan sendirian tanpa teman. Cepat makan dan kembalilah karena kini waktu sudah hampir malam"
Bondan akhirnya duduk di samping Hikma dan mereka makna bersama dengan ayam goreng yang tadi di beli Bondan, Hikma hanya memanasinya sebelum dihidangkan kembali. Hikma hanya menambahkan segelas teh panas untuk menghangatkan tubuh Bondan yang sejak tadi sudah terkena air.
Bagaimanapun Bondan juga belum terlalu pulih karena sakitnya yang sempat menyerangnya. Walaupun sudah terlalu lama jangkanya, tetapi Hikma percaya bahwa sakitnya belum full sembuh secara sempurna.
Hikma yang sudah menghabiskan makananya terlebih dahulu akhirnya mandi karen ajuga diirnya belum mandi, Hikma mandi dengan air hangat yang sudah dipersiapkanya. Tepatnya sisa dari Bondan tadi yang sudah makan terlebih dahulu.
Hikma lupa bahwa dirinya tidak membawa pakaian yang akan dikenakan nantinya. Hikma berusaha memanggil Hasan juga adiknya tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Hingga akhirnya Bondan yang mendekatinya.
Bondan :" Kenapa teriak-teriak?"
Hikma :" Dimana adiku? Siapapun itu. Ku mohon panggilkan adiku dan minta mereka untuk mengambilkan bajuku yang berada di kamar. Aku lupa membawanya"
Bondan :" Semua adikmu sudah tertidur dengan nyenyak. Aku tadi juga sudah berulang kali memanggil Hasan hilda dan adikmu lain tetapi mereka juga tertidur dengan sangat nyenyak"
Hikma kebingungan sedangkan bajunya yang tadi ia pakai sudah basah dicuci sekalian. Hikma berfikir masa iya Bondan yang harus mengambilkan pakaianya padahal didalam pakaianya masih banyak elemen yang harus diambil dan juga dibawa kepadanya. Hikma malu jika nanti Bondan mengetahui hal tersebut.
Jika dapat memilih Hikma tidak ingin dilahirkan didalam dunia yang penuh dengan amarah, emosi serta keegoisan belaka. Andai dulu Tuhan memberikan sedikit pilihan padanya, Hikma tidak ingin sedikitpun melihat dunia yang penuh dengan lara serta derita.
Tetapi, apapun yang telah tertulis terhadapnya juga sudah tidak bisa dirinya hindari sama sekali. Ibarat sebuah air yang jatuh diatas daun. Akan jatuh atau tetap tinggal diatas daun tersebut merupakan sebuah takdir. Dan air tidak pernah protes jika takdirnya harus jatuh, begitupun dengan bumi yang mendapatkan tumpahan air yang kadang bahkan hadirnya dengan seribu pasukanya, bumi tetap tabah walau kesakitan.
Hikma kini lagi dan lagi harus kehilangan seseorang yang sangat dicintainya, appaun alasanya tetapi kini yang Hikma rasakan hanya sebuah kesakitan yang belum diirnya fahami bagaimana untuk menyembuhkanya. Seribu harapan agar Bondan kembali, memeluk tubuh lemahnya, mengusap air mata, dan juga membelikan sepotong es krim untuknya.
Malam itu menjadi malam yang sangat panjang untuknya, dimana waktu terasa berjalan cepat begitu saja.