Setelah mengantarkan semua adik Hikma, Bondan akhirnya pulang ke rumahnya untuk mengganti baju dengan baju kantor yang memang menjadi seragamnya. Sebelum dia berangkat ke kantor, Bondan terlebih dahulu menelevon Hikma untuk berpamitan pergi ke kantornya tersebut.
Tetapi karena Hikma sedang mencuci pakaian milik konsumenya yang merupakan bu rt tadi, Bondan yang sudah berulang kali memangil Hikma akhirnya memutuskan untuk memakai bajunya dan segera pergi ke kantor karena sudah berulang kali dihubungi sekertarisnya.
Setelah Hikma menyadari bahwa handponya berbunyi akhirnya memutuskan untuk mengecek siapa yang telah memanggilnya hingga berulang kali tersebut. Setelah Hikma melihat ternyata Bondan yang memanggilnya hingga sebanyak 21 kali telepon. Hikma berperasaan tidak enak mengapa Bondan memanggilnya sebanyak itu.
Karena takut terjadi sesuatu hal yang buruk kepada Bondan akhirnya Hikma balik menelevon Bondan untuk memastikan bahwa dia sedang di dalam kondisi yang baik dan tidak trejadi apapun denganya. Namun ternyata Bondan sengaja mematikan ponselnya karena sekertarisnya terus menelevoninya bahkan sampai meneror ponselnya tersebut.
Telinga Bondan sangat bosan dengan nada dering yang muncul dan hanya nama sekertarisnya itu saja yang muncul.
Hikma :" Bagaimana orang ini, menelevon tetapi balik di hubungi tidak menjawab, bahkan ponselnya mati. Apa yang sebenarnya terjadi pada Bondan hingga dia mematikan ponselnya. Aku akan mencoba menghubungi bibi barangkali bibi mengetahui apa keperluan Bondan menelevon Hikma hingga berpuluh kali dan tidak ada satupun yang terangkat"
Ucap Hikma juga sambil mencari nomor bibi yang bekerja di rumah Bondan hingga saat ini. Hikma berusaha mencari informasi mengenai Bondan entah dimana atau apa yang sebenarnya terjadi kepadanya hingga ia menelevon Hikma hingga sebanyak itu.
" Tuutttt.. Tuuuttttt.... Tuuutttttt... "
Suara dering dari ponsel bibi terdengar dengan sangat keras, ponsel bibi memang selalu berada dibajunya karena kadang majikanya Bondan tersebut selalu menghubungi bibi dengan tanpa sebuah aba-aba sebelumnya alias selalu membuat bibi terkejut.
Bibi :" Halo, ada apa Hikma apa yang terjadi padamu hingga menelevon bibi?"
Hikma :" Hikma baik-baik saja bi, hanya mau menanyakan Bondan. Apakah sudah berangkat ke kantor untuk mengurusi masalah kantornya?"
Bibi :" Owalah den Bondan sudah berangkat nonya, sekitar 30 menit yang lalu setelah pulang kerumah hanya emmakai baju dan sepatunya. Ada apa memangnya? Apa yang terjadi?"
Hikma :" Tidak ada apa-apa bi, Hikma hanya takut dan merasa cemas karena tadi Bondan menelevon tetapi Hikma sedang mengerjakan cucian sehingga tidak mengetahui kalau Bondan menelevon hingga 21 kali dan tidak terangkat sama seklai. Ketika Hikma balik menelevon ternyata ponsel Bondan sudah tidak aktif lagi. Aku hanya khawatir saja bi"
Bibi :" Oh iya bibi baru ingta, den Bondan tadi berpesan kepada bibi untuk menyampaikan salam kepada nyonya. Den Bondan berangkat bekerja dulu dan meminta doa agar semua masalah bisa tertangani dengan sangat bagus dan baik"
Hikma :" Berarti Bondan baik-baik saja ya bi?"
Tanya Hikma yang sudah merasakan hati lega karena mendapatkan kabar bahwa Bondan ternyata menelevon hanya ingin berpamitan kepadanya karena akan berangkat bekerja ke kantor yang memang ditinggalkan oleh ayahnya. Bondan terpaksa harus mengurus perusahaan tersebut agar tidak mati dengan sia-sia.
Bibi :" Den Bondan tadi dalam keadaan baik dan semoga tetap sellau di dalam kebaikanya etrsebut. Iya memang ponselnya dimatikan karena dari tadi sekertarisnya mengganggunya. Bahkan tidak memberikan sedikit waktu untuknya. Den Bondan tadi marah dan membanting ponselnya hingga mati"
Hikma :" Syukurlah kalau tidak terjadi apapun kepada Bondan, terima kasih banyak bi"
Bibi :" Baik nyonya, sama-sama. Bibi tutup dahulu ya, bibi sedang menguras kolam renang bibi lanjutin terlebih dahulu"
" Tuuttt. Tuuutt.."
Tanda telepon mereka berdua terputus karena Hikma merasa bahwa informasinya sudah cukup untuknya dan sudah menenangkan hatinya bahwa Bondan sedang di dalam kondisi yang baik dan aman.
Hikma akhirnya melanjutkan menjemur pakaian orang yang baru saja datang tadi, seseorang yang menjadi pelanggan pertamanya setelah Hikma fakum karena sakit yang menimpanya membuatnya tidak mampu melakukan aktifitas apapun.
" Tok. Tok.. tok... "
Suara ketokan pintu Hikma yang terdengar sangat keras olehnya. Hikma sedang menjemur pakaian di halaman sempit belakangnya, tetapi hanya ditempat itu matahari selalu sempurna menyinari, sehingga baju sangat cepat kering dan tidak menimbulkan bau yang apek.
Hikma yang mendengar ketukan pintu tersebut langsung keluar mengecek siapa yang datang dan apa keperluanya. Hikma berjalan dnegan langkah biasanya.
" Ngeekkk"
Pintu terbuka dan ternyata itu bu salaman yang datang membawakan semangkok jus buah yang terlihat sangat segar.
Bu salamah :" Aku bawakan jus buah untukmu, ini diminum ya. Terus aku mau nitip cucian ini utnuk di cucikan . Jangan lama-lama tetapi ya karena aku akan segera memakainya"
Hikma :" Terima kasih banyak, sebentar mangkoknya akna saya ganti dan langsung dikembalikan agar tidak hilang disini. Baju sedang antri, dan saya mohon bersabar ya bu. Hari ini akan saya cuci dan semoga hari ini panas sampai sore sehingga membuat cucian kering secara sempurna agar pakaian ibu bisa segera diambil dan dipakai"
Bu salamah :" Biarin dulu aja mangkoknya berada di sini. Dan ini cucianya. Terima kaish sebelumnya, ibu pamit dahulu"
Bu salamah akhirnya berlalu dengan langkahan kaki cepat, sedangkan Hikma sangat bahagia karena kali ini bu salamah membawa baju kotor yang snagat banyak, itu berarti dia memiliki sedikit uang untuk kehidupan di hari esok. Hikma sangat mensyukuri karena selalu dikelilingi dengan orang baik yang tulus mengasihi dan mencintainya bagaimanapun keadaanya.
Hikma :" Alhamdulillah atas rezekinya ini, aku akan menyimpan jus buah ini agar nanti diminum adik-adiku saja sepulang sekolah. Pasti mereka akan sangat senang karena memang sudah sejka lama mereka tidak mengonsumsi makanan juga minuman yang menyehatkan seperti ini. Aku akan melanjutkan mencuci agar bisa selesai sebelum jam kerjaku hari ini"
Hikma akhirnya berjalan menuju meja makan untuk meletakan jus buah pemberian bu salamah ini, di dalam hatinya selalu ada keinginan untuk meminumnya tetapi melihat kebelakang lagi ada adiknya yang juga menginginkan hal yang sama, Hikma masih bisa mencarinya sedangkan adiknya tidak akan mungkin jadi minuman tersebut diberikan untuk adiknya untuk mendukung kecerdasan otak mereka.
Hikma menuju ke kamar mandi untuk merendam cucian dari bu salamah tersebut sebelum akhirnya dia akan melanjutkan menjemur pakaian milik bu rt yang tadi lebih dulu masuk di dalam antrean.
Setelah selesai menjemur akhirnya Hikma menuju ke kamar mandi dan segera mencuci pakaian tersebut dengan menggunakan tangan. Tanpa bantuan mesin sedikitpun karena memang hikma belum memilikinya, esok jika dia sudah punya pasti akan menggunakan mesin cucinya tersebut.
Hikma yang memang sangat sulit menjalani hidupnya hanya mampu berpasrah pada Tuhan nya.