Hikma terus berlari dengan air mata yang masih terus mengalir di pipi manisnya tersebut. Biar bagaimanapun Hikma sangat terpukul karena hal tersebut sudah menambah memperburuk mentalnya secara tidak sengaja. Hikma telah mengalami banyak kesulitan selama ini, sangat pantas jika setelah hal ini Hikma sangat ketakutan.
Akhirnya Hikma sampai dirumah dengan selamat, ia membuka pintu dengan pelan takut adiknya terbangun dan besok akan susah untuk bangun tidur. Mereka semua juga kelelahan karena tadi sehabis sekolah masih disuruh Hikma untuk mengantarkan beberapa loundry ke konsumen . Uang yang di peroleh akan dibagi rata untuk jajan mereka ber-4 semua.
Hikma melihat ada segelas teh yang masih hangat di meja. Hikma akhirnya meminumnya dengan sangat cepat karena memang sangat kehausan. Hikma mencoba menghubungi Bondan untuk menceritakan hal yang telah terjadi padanya ini, Hikma sangat butuh Bondan saat ini karena ini merupakan hal yang sangat memukulnya dengan sangat keras. Tetapi hingga saat itu Bondan masih belum juga dihubungi entah dengan alasan yang memang belum Hikma ketahui sama sekali.
Tamu yang kebetulan rekan kerja ayahnya tersebut akhirnya tertawa dengan gaya suara seperti sedang mengejek. Tetapi Bondan menghiraukanya dan memegang tangan bibi dengan sebuah pegangan erat. Bondan tidak ingin melewati ini semua sendiri. Bondan menginginkan bibi untuk tetap bersamanya.
Bondan :" Apa yang kalian tertawakan? Apakah ini sebuah hal yang patut ditertawakan? Dimana letak kelucuanya tolong jelaskan terhadapku om"
Ayah Bondan : " Bondan! Ayah tidak mengajarimu hal seperti itu, berbuatlah yang sopan karena dirinya adalah calon ayah mertuamu. Berikan salam untuknya"
Bondan :" Ayah memang tidak pernah mengajariku apapun, bahkan waktu kecil aku berseda saja supir yang mengajarinya. Bukan ayah, dan sekarang ayah emnntutku untuk sopan kepada orang yang bahkan ayah tidak ajarkan terhadapku?"
Bondan terdiam saat bibi memegangnya dengan snagat erat pertanda Bondan disuruh untuk berhenti dengan semua ocehanya tersebut. Bibi yang selalu mengajarinya untuk tetap sopan dan berbuat baik kepada siapapun, bahkan kepada mereka yang tidak atau bahkan membenci Bondan.
Bondan pun terdiam, sang ayah dnegan tatapan kosongnya. Mungkin saja perkataan Bondan tersebut sedikit memukul hatinya jika ayah masih memiliki hati. Tetapi jika ayah sudah tidak emmilikinya, entah apa yang terjadi setelah ini.
Ayah :" Maafkan anak saya, sudah belasan tahun dirinya tidak bersama kami. Putra kami ini hanya tinggal bersama bibinya di kota Yogyakarta."
Ucap ayah yang ditujukan kepada rekan kerjanya tersebut. Ayah lupa bahwa hati Bondan kini juga sedang teriris dirajang dengan sebuah pisau yang sangat tajam.
Ayah :" Bi, keliar! Ini adalah urusan keluarga dan bibi tidak berhak tetap berada di dalma sini!"
Bondan : " Bibi juga keluarga, jika dia bukan keluarga ayah dan ibu. Bibi adalah keluargaku. Dan jika bibi tidak dianggap sebagai anggota keluarga dirumah ini, berarti ayah juga tidak menganggapku sebagai seorang anak"
Bibi akhirnya keluar karena tidak menginginkan masalah ini bertambah panjang dan juga lebar yang nantinya juga akan membuat dirinya berada di dalam situasi yang buruk. Bondan yang maksud dengan tujuan bibi akhirnya melepaskan tangan bibi dan membaringkan kembali tubuhnya dengan rasa malas.
Ayah :" Bondan, ini adalah gadis yang ayah ceritakan kepadamu. Gadis ini sudah ayah jodohkan untuk menemani mu. Dia sangat sempurna dan ayah yakin kamu akan snagat bahagia jika bersamanya."
Ibu : " Iya nak, pilihan ayahmu ini memang sangat cocok. Ibu aja sangat senang jika memiliki mantu seperti ini. Sangat cantik dan wangi tidak seperti temanmu di Yogyakarta itu"
Bondan pun tidak merespon apapun yang dikatakan oleh ayah serta ibunya.
Di sudut lain
Bondan sedang di sekap oleh ayahnya yang akan memaksanya untuk menikah dengan wanita yang tidak dia sukai sama sekali. Ayahnya masih juga keras kepala untuk menjodohkan putranya tersebut demi keuntungan pribadinya yaitu agar perusahaanya tidak mengalami kebangkrutan dan tetap mampu beropesional seperti biasanya.
Bondan di kunci di dalam kamar yang sangat sumpek karena tidak ada jendela yang membuat cahaya mampu masuk ke dalam ruangan tersebut. Ponsel Bondan memang sengaja ia matikan agar ayahnya tidak berbuat hal yang bodoh kepada Hikma, Bondan sangat khawatir jika nanti ayahnya juga akan mengganggu Hikma.
Dengan usaha yang sangat keras Bondan mencoba lepas dari jeratan tersebut. Karena 5 hari lagi akad akan segera dilaksanakan dan Bondan akan dinikahkan secara paksa oleh ayahnya tersebut. Sungguh orang tua yang tidak mempunyai hati bahkan ia tidak akan pernah pantas di sebut sebagai seorang orang tua.
Melihat kelakuan gadis ini Bondan bahkan semakin membencinya dan berikrar untuk tidak akan menikah dengannya bagaimanapun keadaanya. Bahkan jika pilihanya dirinya harus kehilangan orang tuanya. Bukan apapun, Bondan tidak ingin hidup dengan orang yang tidak dicintainya atau mencintainya dengan cara yang tulus. Gadis ini juga hanya mencari keuntungan yang nantinya akan dikerjakan bersama ayahnya.
Permainan demikian sudah sangat Bondan fahami hingga dirinya mampu membentengi dari iblis yang dikutuk menjadi wanita ini. Tubuhnya emmang sangat seksi bahkan wajahnya sangat cantik, tetapi snagat disayangkan ternyata wanita ini adalah iblis yang bahkan jika dibiarkan mampu mematikan sesamanya.
Bondan kini sudah bisa berjalan walau langkah kakinya belum bisa cepat seperti dahulu. Tetapi itu adalah sebuah hal yang sudah sangat membahagiakan, terlebih bagi bibinya yang setiap hari rela merawatnya dengan tanpa pamrih. Bibi bahkan selama ini tidak meminta sebuah gaji karena diberikan tempat tinggal saja diirnya sudah sangat berterima kasih kepada keluarga Bondan tersebut.
Namun Bondan tetap memberikan sebuah gaji untuknya bahkan dengan nilai yang lebih tinggi. Bibi sangat bersyukur memiliki majikan model seperti Bondan yang bahkan sangat menjaganya melebihi penjagaanya terhadap ibunya. Sejak Bondan menemukan wanita ini, memang tugas seorang ibu sudah tergantikan secara penuh termasuk mengenai kasih sayang yang sebelumya tidak pernah Bondan dapatkan dari manapun.
Bibi :" Aden memanggil bibi? Ada apa den? Eh den Bondan sudah bisa berjalan...."
Tatapan kebahagiaanyang disertai dengan mata berkaca itu menghiasi wajah bibi yang selalu menemaninya tersebut. Pelukan erat akhirnya Bondan berikan terhadap wanita ini agar dirinya tenang.
Bondan :" Terima kasih untuk segala yang bibi berikan terhadapku. Terima aksih telah merawatku hingga sembuh sehat kembali seperti ini. Aku sangat mencintai bibi melibihi Bondan mencintai ibu Bondan"
Bondan :" Ayah lepaskan aku, aku tidak ingin menikah dnegan manusia setengah iblis sepertinya, dia tidak benar-benar mencintaiku. Dia juga hanya akan emmanfaatkan harta ayah untuk kepentinganya sendiri. Ayah kumohon lepaskan aku dan jangan paksa aku untuk menikah denganya"
Teriak Bondan yang memberontak karena memang dia tidak ingin pernikahan tersebut terjadi kepadanya.