Setelah waktu dzuhur tiba dan semua adik Hikma pulang dari sekolahnya itu, Hikma bersiap untuk bekerja kembali ke bar yang setiap malamnya memang sudah menjadi pekerjaan biasanya. Hikma sudah kembali ke hal tersebut, yaitu aktivitas yang memang harus di lakukan Hikma seperti sebelum dia sakit dahulu.
Setelah kebutuhanya memang harus dipenuhi dan semakin banyak, Hikma harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhanya tersebut demi tetap berputarnya dan baiknya untuk semua adiknya tersebut. Hikma sangat menikmati hal tersebut, walau sebenarnya dia sangat ingin mengeluh dan berhenti dari setiap aktivitas tersebut yang membuatnya selalu kelelahan dan kesakitan tersebut.
Hasan :" Kakak sudah mau bekerja lagi? Apakah kakak sudah sembuh lagi dan siap untuk bekerja kembali?"
Hikma :" Kakak sudah smebuh dan sehat kembali, kini kakak ingin bekerja kembali karena sudah ditanyakan oleh juragan kakak dan sudah disuruh untuk kembali bekerja. Hasan jangan khawatir dengan kakak, Hasan harus kuat untuk kakak ya"
Hasan :" Aku akan sangat khawatir dengan hal tersebut, karena kesehatan kakak belum sepenuhnya sembu kembali. Jika kakak harus bekerja dan memang diwajibkan untuk bekerja kembali. Tolong kakak berjanji untuk Hasan menjaga kesehatan kakak"
Hikma akhirnya memeluk Hasan yang memang terlihat sangat khawatir denganya. Hasan terlihat sangat pucat dan khawatir dengan kakaknya tersebut. Hikma yang memang sudah memahami sifat Hasan langsung meredam Hasan dengan sebuah pelukan hangat yang memang tidak ia dapatkan di semua tempat.
Dengan sangat bahagia orang tua Bondan beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju ruangan tempat Bondan anaknya itu sedang diperiksa. Mereka belum di izinkan masuk karena memang dokter sedang emmeriksa perkembangan kesehatan Bondan. Hal baik selalu yang mereka harapkan, tetapi walau sudah membaik, orang tua Bondan tidak akan pernah megizinkan Bondan kembali ke Indonesia lagi apalagi hanya untuk menemui wanita yang sangat mereka benci tersebut.
Orang tua Bondan masih akan tetap terhadap pendirianya yaitu menjodohkan Bondan dengan anak rekan kerjanya yang berada di Luar Negeri yang bahkan sudah memiliki beberapa perusahaan besar yang berada dibawah naunganya.
Dokter : Silahkan masuk ke dalam, tetapi jangan terlalu lama karena Bondan masih sangat butuh waktu untuk istirahat. Ada kabar baik tentang kesehatan Bondan yaitu tentang peningkatan kebaikan yang kini berada di diri Bondan. Segala bentuk peningkatan itu kini berada di tubuh Bondan. Bahkan jika saya boleh saran, Bondan sudah tidak memerlukan lagi perawatan dari rumah sakit di luar negeri. Sekarang dirinya hanya utuh istirahat juga hal positif yang akna membantu kesembuhanya"
Orang tua Bondan : Aku merasa sangat lega ketika mendengar putra kami kini telah siuman dan hanya menunggu pemulihan saja. Baik dok, kami tidak akan membawanya ke rumah sakit. Kami akan menjaganya di apartemen kami yang kebetulan juga berada di daerah kota tersebut. Nanti jika ada sesuatu kepada Bondan saya akan menghubungi dokter dengan segera. Apakah kami boleh masuk menjenguk anak kami?
Dengan senyum yang sangat lebar akhirnya dokter tersebut memberikan izin kepada orang tua Bondan untuk masuk kedalam dan melihat bagaimana kondisi Bondan saat ini. Anak satu-satunya tersebut kini terlihat lemas dan tidak berdaya hanya karena membantu sebuah wanita yang bahkan sangat tidak pantas untuknya, katanya.
Hikma akhirnya berjalan menuju ke tempat kerjanya dan mengantarkan pakaianya milik konsumenya tersebut. Hikma berjalan menuju ke tempat kerjanya dengan berjalan kaki, sambil menenteng pakaian yang sudah di cucinya dengan bersih.
Hasan juga memmbantu kakaknya tersebut dengan mengantarkan beberapa pakaian yang memang jarak rumahnya tidak jauh denganya, Hikma yang memang sangat sayang dengan Hasan memang memberikan Hasan ruang untuk membantunya dan memberikan ruang yang memang tidak jauh agar Hasan tidak kelelahan.
Hikma :" Kenapa Bondan sampai sekarang belum juga aktif ya, kemana sebenarnya dia dan apa yang sebenarnya terjadi padanya"
Begitu perasaan yang terbesit di dalam hati Hikma saat ini , mengkhawatirkan Bondan yang memang sampai sekarang sudah tidak dapat dihubungi Hikma. Sangat khawatir dengan hal yang sangat menggemaskan tersebut, Hikma sangat khawatir denganya.
Panggilan patah-patah yang keluar dari mulut Bondan tersebut terdengar sangat lemah dan sangat menyakitkan. Karena sudah lebih dari sepekan diirnya lemas tidak sadarkan diir hingga kini mulutnya terlihat begitu kaku karena sudah jarang digunakan untuk berbicara.
Ibu Bondan : Iya sayang ada apa? Ibu sudah berada disampingmu saat ini. Kamu mengapa? Apakah ada suatu hal yang kamu butuhkan? Ibu akan membatumu dan akan menuruti semua keinginanamu.
Bondan : (Jarinya menunjuk kepada sebuah gelas panjang yang berada tepat dibawah kakinya. Bedanya gelas tersebut berada di meja yang berbeda dengan ranjang tidurnya)
Ibu Bondan : Kamu haus nak? Ibu akan mengambilkan air putih untukmu. Diam dan tolong sabar sebentar ya nak, ibu akan mengambilkanya untukmu.
Bondan pun hanya bisa membalas dengan kedipan mata dan menunggu ibunya yang sedang mengambilkan air minum untuknya. Tenggorokanya terasa begitu sangat kering karena sudah lama tidak termasuki oleh air. Wajah Bondan bahkan terlihat masih snagat pucat karena sebuah kecelakaan yang mampu membuatnya koma hingga 10 hari tersebut.
Selesai ibu mengambilkan air utnuknya, ayahnya membantunya untuk minum dengan mengangkat sedikit tubuhnya agar berada di posisi sedikti duduk untuk memeudahkanya.
Teguk demi tegukan Bondan hisap dari sebuah sedotan yang hany berisi air putih tersebut. Hingga tidak terasa satu gelas sudah berhasil masuk ke dalam perutnya. Ternyata Bondan merasakan sangat kehausan hingga satu gelas ini begitu saja raib denga cepat masuk ke dalam mulut Bondan.
Bondan : Sudah etrima kasih. Oh iya, aku mau dibawa kemana? Aku tidak ingin pergi dari Indonesia, dan aku tidak akan pernah setuju dnegna keputusan perjodohan apapun itu alasanya, aku tidak akan menyetujuinya.
Ayah dan ibu Bondan pun baelum bisa menjelaskan apapun karena takut anakanya akan berontak dan akan terjadi sebuah hal yang tidak mereka inginkan.
Bondan, terbang bersama sebuah harapan, melayang jauh mengangkasa jauh meninggalkan Hikma.
Begitulah ucap Bondan yang hanya mampu keluar dari dalam hatinya saja, mulutnya membeku karena sebuah obat yang sampau kini masih saja ia konsumsi secara rutin. Katanya itu adalah cara agar badanya cepat kembali sehat seperti dahulu kembali.
Ibu Bondan : Nak, ibu akan pergi ke kantor hari ini. Kamu dirumah akan dijaga oleh bibi. Jika kamu menginginkan apapun kamu tinggal memanggilnya. Ibu juga sudah menyuruh bibi untuk menyiapkan sarapan untukmu.
Bondan yang sebenarnya kesal hanya menjawab perkataan ibunya tersebut dengan anggukan yang tidak dipahami oleh ibunya. Terlihat wajah Bondan yang sangat berbeda. Wajahnya berubah menjadi 180 derajat ke selatan yang menunjukan ketidak setujuanya.