" Apa yang kamu rasakan? Kenapa sampai seperti ini? Apa yang membuatmu menjadi seperti ini. Tolong jelaskan padaku siapa yang membuatmu seperti ini"
Begitulah tanya Bondan yang ditujukan kepada Hikma yang masih memeluk perutnya dengan sangat erat. Bondan hanya menciumi kepala Hikma terus menerus. Ada rasa sesak yang Bondan tahan, ingin rasanya menangis tetapi mengingat kondisi Hikma yang belum stabil hingga diirnya memutuskan untuk tetap diam dan membuat Hikma lebih kuat lagi.
Hikma :" Jangan pernah tinggalkan aku sendirian. Aku tidak kuat untuk hidup jauh darimu. Tolong jangan tinggalkan aku hari ini atau selamanya"
Begitulah rengek Hikma dengan nada orang menangis yang sebenarnya sangat memilukan. Hikma sangat merindukan Bondan, dan ini merupakan sebuha obat yang tepat untuk Hikma karena sebenarnya Hikma tidak perlu masuk dan dirawat di rumah sakit. Cukup dirinya bertemu dnegan Bondan saja semuanya akan segera membaik.
Bondan :" Maaf aku telah meninggalkanmu, orang tuaku memaksaku untuk menikah dengan perempuan pilihan mereka. Itu membuatku sangat terisak hingga aku memutuskan untuk kembali kesini. Cepatlah sembuh aku ingin bercerita banyak tentangmu"
Hikma akhirnya melepas pelukanya tersebut, memandang Bondan dengan tatapan yang snagat luar biasa.
" Mengapa tidak cerita saja sekarang? Aku sudah sembuh dan aku siap untuk mendnegarkan semua curhatanmu. Tenang saja kupingku masih berfungi dengan baik"
Begitulah jawab Hikma yang tersenyum dengan memandang Bondan yang tepat berada di depanya. Hati Hikma terasa sangat lega ketika Bondan sudah berada di depanya sekarang. Bahkan Hikma yakin bahwa dirinya akan cepat pulih karena sumber obat dari segala penyakitnya sudah berada di depan matanya.
Bondan :" Aku akan bercerita kalau kamu sudah benar-benar sembuh. Aku berjanji akan mengajakmu beli eskrim dan kita akan makan bersama nantinya."
Hikma pun tersenyum dengan memeluk kembali perut Bondan yang masih berdiri di depanya. Lagi dan lagi Bondan mencium kepala Hikma dengan penuh kaish sayang. Baru kali ini mereka bersentuhan, bahkab Hikma yang mendapatkan pelukan dari Bondan saja tidak menyangka bahwa rasanya sangat nyaman seperti demikian.
Kemudian di sudut lain, Hasan hanya menatap Bondan dan Hikma dengna tatapan yang terlihat sangat penasaran. Mungkin kalau bisa terbaca hasan kini sedang bertanya apa yang sedang mereka lakukan. Hasan hanya memangku tanganya tanpa mengedipkan matanya dengan melihat kedunaya bertindak.
Hasan sangat bahagia melihat kakaknya tersenyum dengan sangat sumringah, rasangaya begitu lega setelah 10 hari lamanya kakak sama seklai tidak tersenyum karena sebuah penyakit yang menyerangnya.
Hasan :" Hasan masih menunggu kalian disini. Dan sekarang Hasan ngantuk sehingga ingin tidur. Jika kalian sudah selesai tolong beri tahu Hasan ya"
Bondan yang mendengar suara tersebut langsung terkejut dan ingat bahwa diirnya kesini dengan membawa anak kecil yang bahkan dari tadi melihatnya serta Hikma berpelukan. Bukan apa-apa, Bondan hanya tidak ingin hal ini terekam di otak Hasan dan dirinya akan merinu disuatu hari nanti.
Saat Bondan menoleh ke arah Hasan ,Hasan sudah terlelap di sofa empuk yang berada di rumah sakit tersebut. Hikma kini berada di ruangan VVIP yang harganyasangat mahal tetapi dilengkapi dnegan fasilitas yang sangat sempurna, jadi ketika di rumah sakit rasanya seperti di hotel bintang lima.
Bondan hanya nyengir ke arah Hikma yang juga sedang kebingungan karena lupa Hasan tadi sedang berada di ruangan yang sama.
Bondan :" Dimana lelaki tua yang membantumu dan memberikanmu ruangan secanggih ini?"
Hikma :" Aku tidak tahu karena ketika dirinya kesini aku selalu mencuwekinya. Bahkan yang sering kesini bukan dirinya tetapi anak buahnya yang memang ditugaskan untuk menjagaku"
Bondan :" Siapa dirinya sebenarnya? Apakah kamu mengenalinya sebelumnya hingga dia berbaik hati kepadamu?"
Hikma :" Dia adalah lelaki di cafe yang pernah menggangguku waktu itu. Dan kamu berhasil menolongku. Dia juga lelaki yang telah merusak pintu kontraku karena beberapa hari aku tidak masuk kerja dan aku tidak kelihatan di cafe. Dia adalah seorang lelaki yang sering duduk di cafe kita"
Bondan hanya terdiam tanpa menanggapi apapun yang Hikma jelaskan, Bondan malah merapikan selimut Hikma dan mendorong Hikma untuk tidur. Kemudian Bondan menyelimutinya dengan selimut yang sudah disiapkan di dalam ruangan tersebut.
Bondan :" Yasudah, sekarang kamu tidur dan istirahat supaya cepat membaik. Aku akan menunggumu disini sampai dokter datang memberikan hasil kesehatanmu. Jika kamu masih belum sehat maka aku akan membawamu pindah ke rumah sakit lain yang tidak dibiayai oleh lelaki itu, aku akan menjagamu"
Hikma pun tersenyum dan menganggukan kepalanya tanda bahwa Hikma setuju dengan Bondan saat itu. Bondan akhirnya mengecup kening Hikma dnegan snagat cepat yang membuat Hikma meolongo begitu saja karena sangat kaget dengan tingkah yang Bondan berikan tersebut.
Baru kali ini Hikma mendapatkan perlakuan yang sangat menarik dari Bondan hingga dirinya berani mencium keningnya. Senyumpun merekah, dengan punggung gagah yang hanya terlihat karena setelah mencium Hikma Bondan langsung berbalik dan berjalan mendekati Hasan yang sudah terlelap.
Hikma pun memejamkan matanya sesuai dengan permintaan Bondan agar dirinya cepat pulih dan bisa bersama kembali dengan Bondan. Bondan pun duduk di sofa tepat berada di kepala Hasan, kepala Hasan tersebut akhirnya diangkat dan diletakan di pangkuanya agar ketika Hasan bangun kepalanya tidak terlalu pusing.
Posisi tidur Hasan juga berhasil di perbaiki dengan lebih baik, kakinya yang tadinya menekuk kini sudah lurus. Bahkan Bondan juga melepas jaketnya untuk menutupi badan Hasan yang terlihat kedinginan.
" Sungguh malaikat yang sangat indah hadir di dunia ini. Selain pandai, lelaki ini juga sangat baik hati etrmasuk kepada keluarganya. Hasan yang bahkan bukan siapa-siapanya saja sampai diperlakukan dengan hal demikian"
Begitulah batin Hikma yang melihat Bondan dengan sneyum yang sangat lebar, Bondan yang salah tingkah memilih untuk memejamkan matanya karena diirnya menahan sebuah perasaan yang snagat menyakitkan yaitu jantungnya berdetak jauh lebih cepat dari biasanya.
Hikma yang melihat Bondan di keadaan yang seperti itu hanya tersenyum sebelum akhirnya diirnya tidak sadarkan diri karena obat yang barusan dirinya konsumsi. Sebuah obat yang memiliki kandungan obat tidur yang tinggi dengan tujuan mengistirahatkan pasien agar bisa lebih mudah tidur dengan harapan pasien cepat sembuh dan pulih kembali.
Bondan hanya berani melirik ke arah Hikma, ketika terlihat Hikma sudah nyenyak baru Bondan menmbuka matanya dan mendekati Hikma kembali utnuk merapikan selimut dan juga tempat tidurnya. Kecupan untuk kening Hikma tidak terasa melayang kembali.
Bondan akhirnya kembali ke posisi dimana kepala Hasan berada dipangkuanya. Bondan juga tertidur nyenyak karena lelahnya perjalanan yang dia rasakan.
Mars / 00/ 00