Selain itu, Justin membantunya untuk mengumpulkan banyak kekayaan, tapi dia tetaplah hanya memasia biasa yang melindungi diri dengan mengandalkan senjata dan pasukan Vampir lainnya dan lebih hebat dari Rafael yang merupakan seorang Vampir.
Tuan Robert sengaja merahasiakan identitas Justin agar tuannya itu bisa hidup dengan tenang dan nyaman di kalangan manusia biasa.
"Maafkan aku kakak! Tapi, Justin sudah ikut campur dengan urusanku. Jadi, aku hanya ingin memberikannya peringatan makanya aku meminta anak buah ku untuk menangkap nya!" Kata Rafael.
"Hahahaha ... Tapi, kamu tidak meminta anak buah mu untuk hati-hati! Karena Justin bukan orang yang bisa di paksa. Selain itu, Justin bukan orang sembarangan. Jangankan anak buah mu, kamu saja bisa dia bunuh hanya dengan tangan kosong, bagaimana mungkin kamu bisa yakin anak buah mu akan selamat?"
Rafael tercengang"Apakah dia sehebat itu? Memangnya dia siapa?"
"Dia bukan hanya hebat tapi dia sangat cerdik. Bisa saya katakan dia sebanding dengan Raja Vampir yang merupakan Vampir terkuat saat ini. "
"Siapa dia sebenarnya? Katakan padaku kakak!" Rafael mulai penasaran dengan identitas Justin yang sangat di tinggikan oleh Tuan Robert.
"Dia adalah pangeran Justin. Putra pertama dari Raja Erick yang berkuasa. Dialah orang yang sudah menolongku dari kesengsaraan sehingga aku bisa berdiri di depanmu sekarang. Dia hanya meminta aku menjadi ayahnya di kehidupan sekarang agar ia bisa hidup dengan tenang di lingkungan manusia." Kata Tuan Robert.
Rafael sekali lagi tercengang mendengar penjelasan Tuan Robert. Dia tidak percaya kalau Justin adalah seorang pangeran.
"Untuk membuktikan perkataan kakak, Aku akan menunggu hasil dari anak buah ku ... " Kata Rafael yang masih ingin melihat bukti nyata nya.
"Hahahaha ... " Tuan Robert langung pergi dengan tawa yang menggelegar karena adiknya itu tidak mempercayai nya.
Sementara itu Justin sedang berada di perjalanan menuju rumah Tuan Robert karena urusannya di Hotel sudah selesai.
Ketika berada ditengah jalan Justin merasa beberapa orang sedang mengikutinya.
'Ternyata mereka penasaran juga denganku. Dasar Vampir bodoh!.' Batin Justin sambil tersenyum licik.
Justin menyeringai kearah mobil yang mengikutinya. Seketika itu ia mengarahkan motor yang dua gunakan ke tempat yang sepi dari lingkungan manusia.
Di lapangan yang luas dan sepi dengan gerimis yang menyirami malam di pinggir kota A, motor Justin dan mobil yang mengikuti nya berhenti.
"Kenapa kalian mengikutiku ?" Tanya Justin setelag duduk menyilangkan kakinya diatas motor monstrak SBK 250 cc miliknya.
Segerombolan Vampir itu langsung memblokir jalan Justin tanpa menjawab pertanyaan nya. Tom sebagai pemimpin memberikan aba-aba kepada anak buahnya. "Serang dan bunuh dia!"
Seketika itu mata mereka berubah memerah dengan gigi taring yang tajam.
"Bunuh dia ... "Teriakan itu menandakan dimulainya perburuan.
Justin menyeringai kearah para Vampir itu. Tapi, Justin tidak menunjukkan intensitas aslinya karena ia tidak ingin membuang waktu dengan menunjukkan identitas nya di depan para Vampir liar itu.
'Haruskah mereka berteriak untuk memulai pertarungan? Aku jadi trouma dengan teriakan. Ahhh ... Kenapa aku teringat gadis gila itu?.'
Justin yang tenang dibuat kaget oleh anak buah Tom yang tiba-tiba sudah ada di depanya. "Kamu mau pukul di bagian mana? "
Justin sangat tenang seolah baginya mereka hanya sekumpulan semut. Para Vampir itu pun bingung karena Justin tidak takut saat melihat wajah asli mereka.
Lelaki yang mengarahkan tinjunya kearah Justin mulai bingung karena keberanian Justin tidak menunjukkan kalau dia manusia biasa.
"Kamu terlalu banyak mikir ... " Ucap Justin sembari memberikan tendangan pada alat Vitalnya.
"Ahhh ... "
Melihat teman mereka kesakitan para anak buah itu menjadi lebih garang, dengan senang hati Justin langsung melawan mereka dengan tatapan buas.
Tidak butuh waktu lama, persatu dari mereka terkapar di rumput yang basah karena malam itu hujan benar-benar gila.
Melihat anak buahnya dikalahkan dalam sekejap Tom mundur beberapa langkah, setelah itu dia mengarahkan pistolnya ke arah Justin, tanpa sempat menarik pelatuknya tangan Justin sudah berada di lehernya.
Tom meringis karena lehernya tercekik.
"Aku tidak akan membunuhmu, tapi katakan kepada bosmu kalau dia masih memburuku dan gadis itu maka aku akan menghancurkannya!" Kata Justin dengan tatapan buas.
Tom pun langsung mengangguk, setelah itu Justin melepaskannya dan pergi meninggalkan Tom dan anak buahnya yang sudah mati terkapar.
Setelah itu Justin memutar balikan motornya dan menggagalkan rencananya pulang karena ia benci menerobos hujan. Ia pun memilih kembali menuju hotel tempat nya menginap sebelum itu.
Beberapa Jam berlalu. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, Valen tidak bisa tidur karena pikirannya terus tertuju pada Justin yang sudah menolongnya.
Karena gelisah Valen nekat menemui Justin di kamarnya untuk berterimakasih.