Tepat saat itu, Valen melihat pintu kamar Justin sedikit terbuka.
'Aneh.. kenapa dia tidak menutup pintu?' Batin Valen sembari menggaruk kepalanya dengan bingung.
Setelah membatin, Valen masuk kedalam kamar Kenzo dengan pelan.
"Lelaki mesum ... Apa kamu ada di dalam? " Tanya Valen dengan suara yang pelan.
Karena tidak ada yang menjawab, Valen pun memberanikan dirinya untuk melangkah masuk lebih jauh lagi.
Valen terkejut saat menemukan Justin tertidur di tempat tidur dengan pakaian yang masih basah.
Valen menggerak-gerakan tubuhnya dengan cemas,."Lelaki mesum ... Bangun! Kenapa jam segini kamu sudah tidur?"
Sayangnya Justin tidak memberikan respon apapun.
Dengan ragu, Valen memberanikan dirinya menyentuh dahi Justin.
"Astaga badan lelaki ini panas banget dan pakaianya basah kuyup. Apakah dia sudah main hujan?" Tanya Valen pada dirinya sendiri.
Karena tidak tahu harus melakukan apapun, Valen langsung memanggil pengawalnya yang lelaki untuk membantu Justin mengganti pakaiannya.
Sesaat kemudian Justin sudah berubah menggunakan pakaian santai dan sudah terbungkus selimut, Valen juga memanggil dokter untuk memeriksanya.
"Dokter bagaimana keadaannya?" Tanya Valen dengan cemas.
Dokter itu mengerutkan keningnya. Namun ia menyimpan kebingungannya dengan melukis senyumannya.
"Aku tidak mendengar detak jantungnya. Aku pikir dia sudah mati. Apakah anda istrinya? "Jawab dokter itu sembari bertanya dengan asal tebak.
"Hahaha ... Dokter bisa saja! Saya hanya tetangganya. Tapi, dia tidak mungkin mati karena tadi aku mendengar suara desahan nafasnya yang berat. "Jawab Valen dengan tegas.
Bagaimana mungkin dokter itu menebak dia istrinya, membayangkan jadi pacarnya saja Valen merasa ingin muntah apalagi menjadi istrinya.
"Sebaiknya nona bawa dia ke rumah sakit agar mebih jelas. Kalau begitu saya pergi sekarang!" Setelah mengatakan itu sang dokter pun segera pergi karena ia merasa ngeri pada Justin dan keterangan Valen.
Valen pun juga bingung karena ia juga tahu kalau Justin tidak memiliki suara detakkan jantung. Awalnya Valen ingin menebak kalau Justin adalah Vampir tapi ia segera menepisnya sebelum ada bukti akurat.
Setelah semua orang meninggalkan kamar Justin, Valen mondar mandir dan tenggelam dalam dilema, antara dia tetap di kamar Justin atau kembali ke kamarnya.
'Kalau aku pergi bagaimana dengan makhluk ini jika dia butuh sesuatu tapi kalau aku disini dia pasti akan mengejekku?' Batin Valen dengan bingung.
Setelah lama bergelut dengan fikirannya, tiba-tiba lampu menyala dalam benaknya.
'Hahahaha ... Kenapa harus bingung, aku rawat saja lelaki ini sebagai rasa terimakasihku karena dia sudah menolongku!.' Ucap Valen sambil tersenyum.
Setelah itu Valen duduk di samping Justin sambil mengecek suhu tubuh nya yang semakin panas.
Sesaat Kemudian.
'Kenapa suhu tubuh lelaki ini tidak turun-turun?' Valen mulai bingung.
Valen mencari cara penurun panas di google, setelah itu dia mencari handuk kecil dan membasahinya.
Handuk kecil itu di taruhnya di dahi Justin an diatasnya ada es batu.
Tanpa sadar Valen mengantuk dan tidur sambil terduduk.
Beberapa jam kemudian Valen terbangun karena mendengar suara Justin.
Darah ...
Aku ingin darah ...
Karena setengah sadar, Valen mendengar kata darah menjadi gerah. Ia pun langsung membuka selimut itu dan menaikkan suhu AC.
Tepat saat itu, Justin terbangun lalu menarik tangan Valen hingga terjatuh di dada bidang nya. Seketika itu jantung Valen terpacu lebih kuat lagi. Ia pun berusaha untuk bangun tapi Justin malah memeluknya dengan erat.
Valen akhirnya menyerah lalu mengamati wajah Justin dengan seksama, tanpa sadar dia membelai pipinya.
'Sebenarnya lelaki ini sangat tampan, tapi dia tidak pandai merawat dirinya, dia tidak berperasaan dan kasar, meski begitu dia sepertinya memiliki sisi yang lembut. Tapi, bagaimana jika dia benar-benar Vampir?' Batin Valen.
Karena lelah dan mengantuk, Valen tidur dalam pelukan Justin yang masih setengah sadar.
Keesokan paginya.
Sinar sang surya menyelinap di balik cenda kamar Justin. Sinar itu menyentuh wajah Justin.
"Ahhh ... " Justin yang lemah merasakan kakinya terbakar saat terkena sinar matahari.
Justin membenci hujan karena air Hujan bisa membuat kekuatannya melemah sehingga ia butuh darah segar untuk mengembalikan nya. Biasanya dia akan meminum darah hewan demi membuat dirinya terbiasa dan tidak menyakiti manusia biasa.
Seketika itu Justin menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya. Namun, ia terkejut saat melihat ada dua kaki di balik selimut.
Dengan pelan Justin menyingkap selimut itu. Ia pun semakin terkejut saat melihat Valen tidur sambil memeluknya. Dan Justin semakin terkejut saat melihat pakaiannya sudah berganti.
Tepat saat itu, Valen terbangun dan mengucek matanya. "Mmmm ... Kamu sudah bangun?"
"Astaga ... Kenapa kamu di sini? Apa yang terjadi? Dimana bajuku? " Tanya Justin sembari mendorong Valen dari sampingnya.
"Tadi malam kamu ... " Valen mencoba menjelaskan keadan yang sebenarnya tapi ia cembrut karena telah di dorong oleh Justin.