"Loh bukannya Ranaya sedang pulang kampung keluar kota?!"
Kutempelkan telingaku di daun pintu, berharap aku mendengar suara yang lebih jelas lagi dan memastikan jika di dalam memang ada orang. Ya, aku mendengarnya lagi, sayup-sayup suara orang sedang mengobrol.
Aku menggedor pintu dengan kasar, tak peduli dengan tetangga sekitar.
"Jesika, buka pintunya! Aku tahu kamu sedang ada di dalam." Aku berteriak.
Hening, tak ada jawaban dari dalam.
"Jesik, aku tahu kalian bersembunyi, atau kalau tidak aku akan memanggil warga untuk mendobrak pintumu." Aku memberinya pilihan, namun tetap tak ada jawaban.
Aku tetap menggedor-gedor pintu itu, hingga kudengar ada suara langkah menuju pintu, tempat kuberdiri.
Ceklek.
Daun pintu perlahan terbuka. Sosok Jesika muncul di balik pintu dengan baju tidurnya yang berantakan, dengan rambut yang tak kalah acak-acakan.
"Ranaya, ada apa malam-malam ke sini?" tanyanya dengan wajah bingung yang di buat-buat.
