Pove Zidane.
Kalau semua ATM dipegang Jesika, itu artinya masalah yang aku alami saat ini sudah sangat berat. Aku menghembuskan napas berat di hadapan Jesika, lalu menyeretnya ke mobil. Ia membuntuti aku sedari tadi, tapi dengan bodohnya diri ini tidak sadar akan hal itu.
Jesika aku suruh duduk di kursi sebelahku, dengan entengnya ia hanya melipat kedua tangannya di atas dada. Senyumnya sengaja ia lontarkan, sesekali matanya diedarkan ke depan mobil yang masih ada orang mengantri tarik tunai.
Aku injak gas, lalu membawanya pergi dari tempat keramaian. Sebab tidak mungkin rasanya mengumbar pertengkaran di tengah-tengah orang yang sedang antri.
Kemudian, di sebuah jalan yang sepi orang, aku menepikan mobil ini untuk bicara pada wanita yang sudah mulai berani membangkang.
"Kenapa kamu mulai ngelunjak, Jes?" tanyaku ketika mesin mobil terhenti.
Jesika menoleh dengan mata menyipit, pandangannya tak lepas dari kesinisan terhadapku.