Chapter 6 - Bab 6

Ranaya's pove

"Apa maksud semua perkataan mu ?"

"Apa dari tadi sikap dan wajahku seakan-akan bahwa aku ini  wanita penggoda?"

Aku pun bertanya kepada Zidane dengan menampakkan wajah merengut.

Karena pertanyaan Zidane sebelum nya seolah - olah ditujukan untuk wanita gampangan.

Zidane's pove

Mendengar protes dan celoteh dari Ranaya

Aku pun harus berpikir keras mencari alasan yang paling masuk akal karena masih tersimpan rasa cemburu kepada Jems, karena aku mengetahui Jems adalah  mantan pacar Ranaya sewaktu di Indonesia.

Jika aku teringat nama  Jems itu tersulut rasa cemburu yang cukup besar yang membuat dadaku bergerumuh dan tidak tenang karena ku tau Jems adalah cinta pertama Ranaya.

Walau pun  jelas - jelas alasan terbesar aku adalah merasa cemburu .

Ranaya's pove

Seperti biasa aku menjalan kan rutinitasku di kantor sebagai direktur di sebuah perusahan di kota Jerman. namaku Ranaya Dyer, orang terdekat ku biasa memanggil ku Nay, saat ini usia ku  25 tahun sangat cukup muda  dengan jabatan yang ku dapatkan.

Pagi ini aku menaiki mobil mewah sport yang bewarna kuning yang tak lain adalah mobil Zidane yang sudah terparkir di bawah apartemenku dan ingin menjemputku.

Zidane seorang pria yang berusia 28 tahun .emiliki postur badan tinggi tetapi tidak setampan CEO muda kebanyakan, tapi terlihat manis jika di pandang. Dia terlahir dari keluarga kaya raya, yang  memiliki salah satu perusahaan di Jerman

Mungkin inilah alasan aku mau menjadi kekasih nya Zidane karena dia terlahir dari keluarga kaya raya sangat terbalik dari latar belakang ku.

Ya, bukan karena aku matre tapi ambisi yang terlalu kuat yang membuat aku menyukai pria kaya.Latar belakang keluarga ku yang menjadikan aku terobsesi akan hal itu.

Aku terlahir dari keluarga biasa-biasa saja

Ayahku meninggalkanku sejak kecil sehingga aku harus tinggal berdua bersama mama. Ayahku pergi dengan wanita lain karena memilih wanita kaya dan mengorbankan keluarga nya sehingga membuat trauma mendalam di batin ku.

Seperti biasa pagi - pagi Zidane selalu  menjemputku. Zidane yang terlihat rapi dengan jas bewarna hitam dan setelan kemeja yang senada dengan warna nya. Membuat penampilan Zidane terlihat sempurna .

Zidane memegang salah satu perusahaan orang tua nya di Jerman dan mempunyai seorang sekretaris bernama Cika. Kebetulan Cika tinggal satu apartemen dengan ku, hanya berbeda kamar saja. Dunia memang sesempit itu ternyata dan sekarang Cika menjadi sahabatku di jerman. Aku sering bercerita kepada Cika tentang hari - hari ku kepadanya karena aku mempercayai nya sebagai tempat bercerita.

"Selamat pagi sayang " aku menyapa Zidane sambil memasuki mobil yang telah terparkir.

"Iya pagi juga sayang" Zidane memberi kan  kecupan di keningku.

Ya sekilas terlihat romantis tapi aku tidak tau apa aku mencintai nya?

Aku dan Zidane menikmati  selama dalam perjalanan setiap pagi Zidane selalu menjemput ku. Sengaja Zidane selalu menjemput karena takut aku bersama yang lain. Sifat nya yang begitu posesif membuat aku merasa tak nyaman.

" Nanti kamu pulang jam berapa? biar aku yang akan menjemput mu" ucap Zidane kepadaku

"Tidak usah, mungkin aku akan pulang larut malam, karena banyak kerjaan di kantor yang harus aku selesaikan " Aku menjawab pertanyaan Zidane sambil memperbaiki riasanku

"Baik lah jaga kesehatanmu " ucap nya sambil menyetir dan tetap fokus dengan jalan raya yang pagi ini sangat ramai. biasa ini adalah hari Senin

Zidane's pove

Aku mulai memasuki kantor di mana tempatku bekerja. Dengan langkah layak nya seorang pemilik perusahan aku menuju ruanganku

"Pagi Sir, hari ini kita ada meeting penting dengan investor dari Australia" Terlihat Cika sebagai sekretaris pribadiku menghampiri.

Cika berusia 26 tahun dia cantik, bertubuh tinggi lelaki mana yang tak menyukai akan keelokan tubuh nya. Aku sangat mempercayai Cika sebagai sekretarisku.

Aku pernah menawarkan anak cabang untuk di kelola oleh Cika, tapi dia menolak nya dan tetap memilih menjadi sekretaris pribadiku.

Ranaya's pove

Keesookan hari nya aku yang berada di apartemen menghampiri Cika yang kamarnya hanya beberapa pintu dari kamarku

Kenapa aku seperti tidak percaya akan hal yang aku alami menerima Zidane menjadi kekasihku

" Entahlah aku tak tau apa aku benar - benar mencintai nya, atau hanya mencintai materi nya" bisik ku dalam hati.

Aku pun bingung dengan hatiku sendiri

Plokkk... Cika menempeleng kepalaku

" Kamu kenapa dari tadi melamun? "

Aku diam seakan-akan tidak memberi tahu apa yang sedang aku pikirkan.

"Oh ya gimana hasil kencan mu sama Zidane yang tajir melintir itu" tanya Cika

"Kami sudah berpacaran" jawabku singkat

" What do you ? Apa Kamu serius Nah? " " Secepat itu kah kamu bisa mendapatkan Zidane! secara dia pengusaha kaya raya, dan pasti banyak wanita-wanita yang menyukai nya?!" Cika yang hampir tidak percaya.

" Iya Zidane adalah teman sekaligus tetanggaku sewaktu di Indonesia"

" Ooh berarti kalian sebelum nya udah saling mengenal ??" tanya Cika kepadaku

"Ehe.." Sambil aku mengangguk kan kepalaku.

"Zidane mengungkap kan perasaan nya ke padaku

Aku merasa cocok jadi apa salah nya kita mencoba nya" aku menjawab lagi  pertanyaan Cika

" Tapi... apakah kamu mencintai nya? " tanya Cika

" Sebenarnya aku tidak cinta, tapi aku yakin Zidane orang yang baik, secara dia orang kaya jadi aku yakin dia bisa membahagiakanku." Aku kembali  meyakinkan Cika.

"Gak cinta?..  tapi mau menerima perasaan nya kamu gila ya Nay?!" Celoteh Cika mulai marah padaku.

"Cinta akan datang dan timbul dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. yang terpenting mempunyai komitmen dan tujuan yang sama

jadi apa salah nya aku mencoba" jawabku

Saat aku  berbincang di dalam kamar Cika

Dreeet...dreeet... handphoneku pun berbunyi

Aku membuka layar  hpku dan ku baca ada messenger dari mama

Isi Messenger .

"Hay sayang apa kabar mu? apa kamu baik-baik saja selama di Jerman? jaga kesehatan mu selalu! "

"Iya ma aku baik-baik saja selama di Jerman, mama jangan menghawatirkan kan ku..aku sangat menyayangi  mama"

Aku membalas messenger dari mama.

"Udah dulu ya Cik besok lagi aku lanjutin curhat nya masih banyak kerjaan yang harus aku siap kan untuk besok" Sambil melangkah kan kakiku meningalkan kan Cika.

Aku pun bergegas  kembali menuju kamar apartemenku

Sesampai nya di kamar aku memandangi balkon apartemen sambil menikmati snack-snack yang aku ambil di rak tempat penyediaan makanan yang aku punya dan di temani musik-musik lama yang menjadi favorit setiap aku memutar lagu sambil mengikuti irama musik aku pun ikut bernyanyi.