Aku pun tertidur pulas di atas ranjang bersama Zidane karna kelelahan berolah raga semalam.
" Ehm, tubuh ku, semua nya terasa sakit sekali" aku mengadu.
" Bagai mana sayang apakah tidur mu nyenyak" tanya Zidane yang sedang duduk di sofa depan tempat tidur sambil menikmati secangkir kopi.
Zidane yang bangun Lebih awal dari ku tidak ingin membangunkan ku karena melihat ku yang terlalu kelelahan karna menikmati adegan panas semalam.
Aku pun membuka mata dan memberikan senyuman manis kepada Zidane dan beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi dengan hanya terbungkus selimut saja.
Zidane melihat ada bercak noda merah yang ada di atas tempat tidur membuat Zidane beranjak dari duduk nya dan meletak kan secangkir kopi yang sedang dia nikmati di atas meja.
Lalu Zidane berjalan mendekati noda tersebut.
" Jadi Ranaya masih sangat perawan, dia masih bisa menjaga keperawanan nya untuk yang akan menjadi suami nya, sangat jarang di temui pada zaman sekarang" gumam Zidane dalam hati sembari tersenyum misterius.
Aku yang telah keluar dari kamar mandi menggunakan handuk segera mendekati lemari yang sebelum nya telah kususun rapi, dan aku mengambil jas kerja ku karena aku berencana melakukan aktifitas kerja ku kembali yang sebelum nya aku tinggal kan karna proses pernikahan ku bersama Zidane.
Belum selesai aku memakai seutuh nya pakaian kerja ku. Zidane kembali menghentikan kembali tegukan kopi yang akan dia minum.
" Kamu mau kemana?" Zidane menunjuk memakai jari telunjuk ke arah ku.
" Ya, kerjalah sayang kan aku sudah berapa hari tidak masuk ke kantor pasti banyak pekerjaan yang harus aku handle. Aku ini seorang direktur pimpinan di kantor itu, kalo lama-lama aku tidak masuk, semua karyawan ku bisa bisa tidak becus mengerjakan pekerjaan nya" ucap ku mempertegas pertanyaan Zidane, aku tak ingin Zidane memandang ku sebelah mata. Dengan jabatan tinggi yang aku miliki sekarang.
" mulai hari ini, Kamu tidak boleh lagi kekantor, dan saat ini kamu kalo perlu tidak boleh lagi bekerja" Zidane menatap bola mata ku dengan sangat tajam.
" Kamu itu sekarang tugas nya seorang istri jadi harus nya kamu di rumah dan sepatut nya mengurus kebutuhan suami" Zidane kembali melontarkan kembali kalimat larangan.
" Ta. Ta. Pi kak, sebelum kita menikah kamu kan mengetahui jabatan ku sebagai di rektur di perusaahan itu, sangat tidak mudah untuk aku mendapat kan jabatan itu, sekarang kamu dengan mudah nya menyuruh aku untuk mengundur kan diri dari apa yang selama ini aku perjuang kan".aku membantah ucapan Zidane.
Zidane mulai mendekati ku dan memegang tangan kanan ku.
" Apa kamu lupa, bahwa aku ini seorang pemilik perusahaan terkaya hampir di seluruh dunia aku mempunyai banyak anak cabang. Apa kata orang orang jika mereka menilai kalau seorang istri dari Zidane anderson masih bekerja, dan aku tak ingin kamu bertemu banyak lelaki di luaran sana" Zidane membulat kan mata nya dengan sangat sempurna dan tampak rahang nya mulai mengeras.
Aku yang tak bisa berbuat apa - apa diam seribu bahasa dengan apa yang ku dengar dari ucapan Zidane.
" Iya", aku mengangguk kan kepala kepada zidane sebagai tanda aku menyetujui perintah nya.
Lalu aku kembali membuka lemari dan memilih pakain santai dan mengganti nya dengan baju jas kerja yang kukenakan.
Sangat dengan terpaksa aku mengucap kan persetujuan, jika aku akan berhenti dari perusaahan yang selama ini aku raih.
Dan aku ingin menunjukan kepada orang orang yang telah menghina ku.
Sebenar nya aku tak rela jika harus mengundur kan diri dari jabatan apa yang aku raih sekarang. Setelah perjalan yang sangat panjang, Dan aku ingin menunjukan kepada orang orang yang telah menghina ku. Dengan keberhasilan ku Sekarang. semua telah sirna hilang seketika bersama tiupan angin yang kencang merusak mimpi mimpi ku.
Tapi Aku tak ingin zidane kembali marah pada ku, dan aku tahu akhir akhir ini Zidane setelah memiliki aku seutuh nya dia dengan mudah nya akan menyiksa ku.
" Sayang maaf kan, aku melakukan ...." Ucapan Zidane terpotong oleh ketukan pelayan yang terdengar dari belakang pintu.
" Tuan, nona, sarapan sudah siap" ucap pelayan. Zidane biasa nya memanggil nya bibik sun, karna bik sun ini sudah sangat lama bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah ini.
" Iya bi' kami akan segara turun" ucap Zidane menjawab sahutan bik sun.
Mata Zidane melihat ke arah bola mata ku yang tampak mulai berkaca kaca. Ada guratan khawatir dan ada rasa bersalah di dalam hati zidane di saat melihat bola mata ku.
Aku menunduk kan wajah ku karena merasa menyimpan air mata yang masih ku bendung.
" Maaf ya, ini aku lakukan demi kebaikan kita" ucap Zidane dengan suara rendah.
Zidane pun mengajak ku keluar dan memegang tangan ku yang dari tadi genggaman tangan yang blom dia lepas kan.
Aku pun mengikuti setiap langkah kaki Zidane menuruni setiap anak tangga yang ada.
Kamar kami terletak sangat tinggi dari ruang makan. Harus menuruni beberapa anak tangga baru sampai ke tempat tersebut. Saking mewah nya rumah ini.
Setelah anak tangga terakhir kami sampai di meja makan, hanya ada aku dan Zidane yang berada di meja makan.
ini rumah yang begitu besar di huni sama beberapa orang saja di dalam nya.
Papi dan mami zidane tidak tinggal di rumah kami. Itu yang membuat aku tidak tertekan dengan mertua yang jauh keberadaan nya membuat aku sedikit senang, karna tidak ada orang yang akan ikut campur mengurusi rumah tangga yang baru kami bangun.
Akhir nya aku pun duduk di meja makan dan mulai memakan makanan yang telah di hidang kan.
Ada nasi goreng, ada sup kambing yang memang menjadi makanan kesukaan ku di pagi hari.
Aku pun menuangkan sesendok demi sesendok ke dalam piring yang akan ku berikan kepada Zidane.
" Segini cukup, atau mau tambah lagi aku memberhentikan tuangan sendok.
" Cukup, segitu aja" ucap Zidane.
Aku pun kembali memberikan semangkuk sup kambing yang ku letak kan di atas mangkok milik zidan.
" Ini kamu habis kan sup nya, sangat enak jika di makan masih panas - panas'' ucap ku sambil melanjut kan suapan sendok yang masuk ke dalam mulut ku.
Zidane yang tampak dengan lahap nya menghabis kan sepiring nasi goreng, dan semangkuk sup kambing.
" Aku sangat lapar sekali, setelah berolah raga semalam membuat ku merasakan kelaparan sekarang" Zidane mengusap usap perut nya yang tampak membuncit karena kekenyangan.