"Dek, sadarlah, jangan tinggalin Kak Zaki!"
Terdengar ada banyak suara di dekatku, ada yang memanggil namaku juga ada yang menangis. Apakah aku su-dah ma-ti dan sedang dima-kamkan? Aduh, sakit! Tapi mengapa aku masih merasakan sakit? Agghh ... tubuh ini terasa nyeri dari ujung rambut hingga ujung kaki. Apa kini aku sedang disiksa di ne-ra-ka karena hamil tanpa suami?
"Dek, sadarlah!" Itu suara Kak Zaki, kakakku yang paling baik dan selalu mengutamakan kepentinganku.
Kutarik napas panjang, lalu membuka mata perlahan dan menatap satu persatu orang yang ada di ruangan ini. Ada Kak Zaki, Mama, Papa juga Mas Yuta yang berdiri paling belakang. Mau apa dia? Bukankan aku sudah ia ceraikan? Aku mendadak muak melihatnya.
"Syukurlah, Vaulin, kamu udah siuman. Zaki, cepat panggil dokter ke sini!" ujur Mama senang dengan sambil duduk di kursi di samping tempat tidurku.
"Kenapa aku masih hidup?" Kutatap kecewa mereka yang terlihat bersedih.