Zidane berjalan dengan gagah nya menggandeng tangan ku ke arah pelaminan.
Dengan tatapan tajam dan wajah yang tampak rupawan dengan berbalut jaz hitam yang ia kenakan membuat Zidane terlihat seperti pangeran kerajaan yang sedang duduk bersama permaisuri nya.
Aku tersenyum seadanya menutupi rasa kesedihan ku yang masih terngiang-ngiang dengan ucapan Papi nya Zidane,
Aku berusaha merubah raut wajah kesedihan ku kepada Zidane, Zidane yang tampak berdiri dan menyambut tangan para tamu undangan. Aku pun mengiringi langkah tangan nya para tamu undangan memberikan salam kepada ku.
Tapi hati nurani ku masih saja tak dapat di bohongi, aku terus saja tetap merasa sedih.
Para tamu undangan yang telah bersalaman kepada aku, dan pergi meninggal kan langkah nya.
Setelah sebagian para tamu undangan ada yang berpamitan dan ada juga yang masih duduk di kursi yang masih tersedia. Zidane tersenyum manis menatap kedua bola mataku.
Aku sebisa mungkin membalas senyuman Zidane.
Tapi sorot mata ku yang tampak sembab tak bisa membohongi siapa saja yang melihat, ada kesedihan yang tersimpan dalam relung hati ku.
Zidane menjangkau wajah ku dan mengelus nya.
" Kenapa ?, Kenapa di hari pernikahan kita kamu tampak sedih, apa kamu tidak bahagia menikah dengan ku? " Zidane menatap wajah ku dengan tajam dan datar.
" Tidak, tidak seperti itu. Aku hanya saja terlalu bahagia dengan pernikahan ini, maka nya aku sedikit menangis " ucap ku sambil memaksa kan senyuman.
Aku tidak ingin memberi tahu ucapan Papi nya yang di lontar kan nya ke pada ku tadi, di pelaminan.
" Jangan pernah berbohong kepada ku sayang, aku tau jika di dalam mata mu tersimpan kesedihan, bahkan aku tau apa yang sedang kamu pikir kan.
Aku tidak ingin kamu menunjukan kesedihan mu di hari pernikahan kita, hari bahagia kita".
Aku menunduk kan wajah ku terus ke bawah. "Kamu mengerti ?". ucap Zidane sembari mengangkat dagu ku karena sejak dari tadi Zidane berbicara aku selalu menunduk.
Aku akhir nya menatap mata Zidane dengan tatapan sendu.
Aku tak bisa menahan kembali air mata yang sejak dari tadi ku bendung. Hingga akhir nya air mata ku terjun bebas lagi membasahi pipi dengan deras nya.
" Maaf kan aku, aku tidak ingin merusak hari kebahagian kita dengan air mata ku. Tolong jangan marahi aku setelah ini. Aku mohon " Aku menangkup kan kedua tangan ku di hadapan Zidane.
Zidane menarik tangan ku dan memeluk tubuh ku.
Zidane mengusap helai rambut ku dengan lembut.
" Jangan menangis lagi, aku tidak akan pernah memarahi mu, asal kamu tidak membuat aku marah dan kecewa ".
Zidane mengusap air mata ku yang tampak berjatuhan di pelupuk mata.
" Sudah siap, ayo kita turun kebawah karena aku akan mengenal kan kamu kepada keluarga besar ku " Zidane pun kembali meraih tangan ku.
Aku pun mengangguk kan kepala dan mengikuti langkah kaki Zidane.
Semua keluarga Zidane tampak sudah berkumpul.
Tapi mata aku sedari tadi sudah menatap sesosok pria paruh baya, menggunakan jas putih, yang sedari tadi juga menatap ku. Aku pun juga merasa takut dengan tatapan itu.
Papi Zidane telah menatap dengan tatapan sendu, tidak ada lagi tatapan kemarahan, tetapi hanyalah tatapan sendu.
Papi Zidane sebenar nya ingin sekali menjelas kan, kenapa dia tidak menyetujui pernikahan ini. Tetapi apalah daya inilah pilihan putra nya.
" Kamu sedari tadi lihat apa Ranaya, jangan melihat ke arah yang lain, tetap fokus lah kedepan " seraya Zidane menyenggol tangan ku.
Aku pun terkejut dan mulai tersadar fokus ke depan.
" Mengapa begitu banyak sekali keluarga mu yang datang " aku berbisik kepada Zidane ketika langkah kaki kami berhenti di pertengahan jalan.
" Ini hari istimewa ku, aku tidak mungkin tidak mengundang seluruh keluarga besar ku " Zidane menjawab pertanyaan ku.
Seluruh keluarga Zidane turut berbahagia ketika melihat kami berdua yang tampak hadir di tengah keramaian sanak family.
Pasangan yang sangat serasi yang satu cantik sangat cocok bergandeng dengan lelaki kaya raya.
Setelah pertemuan keluarga selesai, mereka memberikan ucapan selamat kepada kami.
Ada keluarga zidane yang ikut bahagia, ada juga keluarga Zidane yang tak suka dengan pernikahan ini.
" Cantik nya, pengantin wanita nya, mana langsing, putih tinggi lagi !." Ucap salah satu keluarga Zidane.
" Alah mana ada cantik, seharus nya Zidane itu bisa dapatin wanita yang lebih cantik dari dia, secara Zidane itu anak dari keluarga konglomerat" Ucap salah satu keluarga Zidane yang mendengar perkataan. Ucap keluarga Zidane yang tak menyukai ku.
" Udah udah jangan berantem, itu toh pilihan Zidane, mungkin Zidane merasa cocok dengan wanita itu. Kenapa kalian yang sewot sih ! " Ujar salah satu keluarga Zidane menengahi adu mulut tersebut.
" Selamat ya akhirnya kamu nikah juga, padahal aku sayang banget sama kamu, sayang nya kamu tidak memilih aku menjadi pendamping kamu, tuan Zidane" ucap Manohara si mantan zidane seraya meraih salah satu tangan Zidane.
Aku menatap wanita itu dengan tajam.
" Bisa - bisa nya dia ngomong seperti itu saat Zidane sudah sah menjadi suami ku, sungguh memalukan !"
Sedangkan Zidane ia malah tersenyum dan, membalas pegangan tangan si cewek tersebut.
Lagi - lagi bola mata ku membulat sempurna.
"Astaga, gak tahu malu banget sih cewek ini, lagi di tempat keramaian seperti ini masih aja gatel" membuat Zidane mendengar bisikan ku.
" Hem, maaf ya istri nya Zidane, bukan bermaksud saya berlaku tidak sopan, karna sebelum Zidane mengenal kamu, Zidane terlebih dulu sudah mengenal saya" ucap si cewek mantan Zidane yang gatel itu.
Aku yang malas dengan apa yang aku lihat pun memutus kan untuk pergi meninggalkan mereka berdua.
Tapi di saat aku mulai berbalik badan dan mulai melangkah kan kaki ku, tangan ku di tahan oleh Zidane.
" Kamu mau kemana, kenapa kamu mau pergi meninggal kan acara ini" ucap Zidane dengan tatapan tajam.
" Aku malas, berada di antara kalian berdua, aku ingin pergi dari sini " ucap ku sambil menghempaskan tangan Zidane dari pegangan tangan ku dan itu membuat Zidane mengeras kan rahang nya.
Manohara kembali dan merangkul Zidane dengan erat nya, di depan semua orang.
Aku pun kembali membulat kan bola mata ku dengan sangat sempurna.
" Manohara, jangan seperti ini gak baik, di lihat banyak orang, aku sudah beristri " ujar Zidane melepas rangkulan tangan nya.
" Apa sih Zidane, harus nya yang menjadi istri kamu itu aku, bukan dia" ucap si Manohara yang centil semakin menjadi aksi nya.
Aku yang semakin tersulut api cemburu, dengan satu hempasan, aku melepas kan cengkraman tangan Zidane.