Mami melihat sosok ku yang baru saja membuka pintu. Mami segera menghentikan langkah kaki yang tertuju ke arah kamar.
" Udah pulang ? "
" Kemana aja kamu Mami cari - cari semalam di kamar kamu tidak ada ? " tanya Mami
Aku tidak menjawab sepatah kata pun pertanyaan Mami dan langsung masuk ke arah kamar tujuan utama ku.
Aku pun segera masuk ke dalam kamar dan membersih kan diri dan berpakaian rapi setelah itu aku akan kembali bekerja.
Aku sudah melakukan yang terbaik untuk keluarga ini, aku juga sudah mengembangkan nama baik perusahan papi. Untuk masalah jodoh pun aku harus mengikuti keinginan papi ? Apa papi tidak ada sedikit pun beri aku kesempatan untuk memilih sendiri jodoh ku ? gumam ku kesal melihat papi yang sedang duduk di meja makan bersama mami.
" Sayang " mami memanggil ku, Mami membawa ku duduk ke arah sofa yg terletak di ruang tengah
Mami mulai ingin bercerita, sedangkan aku sangat paham maksud dan tujuan mami jika sudah begini.
" Sebenarnya ada apa mami membawa ku dan menyuruh ku duduk di sini? apa mami sama seperti papi menyetujui perjodohan yang papi tawar kan? " tanya ku serius
" Tidak ada seorang ibu di dunia ini yang tidak ingin melihat anak nya bahagia. Begitu juga dengan papi. Mungkin papi ingin yang terbaik untuk mu Zidane. Jika memang ada perempuan yang kamu cintai saat ini ! Kenalin sama mami. Mungkin mami akan membantu berbicara kepada papi "
Mami salah satu orang yang selalu mengerti akan keinginan ku. Sedari dulu mami lah yang paling sangat mememahi.
Mami menatap wajah ku yang sudah terlihat sangat pucat. Mami takut akan terjadi apa - apa sama anak semata wayang nya. Apa lagi aku lah yang akan menjadi penerus harta kekayaan keluarga.
****
Ranaya's pove
Setelah kehadiran ku kembali di Jerman yang mana akan menjadi awal baru untuk ku memulai segala sesuatu.
Di keheningan malam yang terasa sangat mencekam. Hatiku masih belum pulih dari tragedi yang menimpa diri ku. Aku meratapi nasib dan berharap apa yang telah terjadi terhadap hidup ku bisa berubah. Seminggu sudah berlalu sejak kejadian yang menimpa nasib ku kini hari - hari ku hanya di temani sepi. Setelah beberapa hari aku tidak melihat sosok Zidane, ntah perasaan apa yang telah hadir di hatiku. Aku merasa aku telah sangat mencintau Zidane. Setelah kejadian sewaktu di Indonesia Zidane lah yang selalu ada untuk menguat kan ku di saat aku merasa tidak ada lagi orang yang perduli. Bahkan pria yang ku sebut papa tidak ingin tahu keberadaan anak gadis nya.
Perasaan takut kehilangan seseorang kini telah masuk ke dalam relung hatiku. Apa lagi saat ini aku di Jerman dan Zidane di Indonesia membuat perasaan ku bergejolak saat tak melihat sosok yang ku rindukan. Ada perasaan takut kehilangan pada sosok Zidane walau dia pria yang sangat-sangat posesif bagi ku. Tapi masih punya sisi baik nya.
Saat ingin aku melupakan Zidane hatiku berlawanan membayang kan nya saja aku sudah tak sanggup. Aku sudah kehilangan seseorang wanita yang ku cintai ialah mama ku. Sekarang apa aku harus kehilangan Zidane juga? Saat ku menerima kabar dari Zidane bahwa orang tua nya yang ingin menjodoh kan nya.
Di dalam apartemen ku duduk seorang diri sambil bersandar di sebuah kursi merah jambu kesayangan ku di temani bersama botol alkohol di tangan ku. Malam itu aku meneguk sebotol wine hingga kehilangan kesadaran. Sebelum nya aku belum pernah melakukan ini.
Pagi pun tiba menunjukan pukul 07.00 suara ketukan membangunkan ku, ketika Jesika teman seapartemen ku membangun kan ku.
" Ahhh .. berisik " teriak ku ngawur karena dirasa kepala ku yang masih puyeng efek mabuk semalam.
Prank !!!
aku melempar botol yang di genggaman ku hingga berserakan di lantai. Jesika akhir nya membuka pintu setelah mendengar keributan yang berasal dari botol yang ku lempar kan.
" Astaga Ranaya, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu bisa seperti ini " Jesika berteriak dan langsung membersihkan pecahan kaca yang berserakan dilantai
Jesika tak tau apa yang sebenar nya terjadi sampai ia tak tahu apa yg harus dia lakukan, raut bingung jelas tersifrat diwajahnya ia hanya bisa membantu dengan menelfon Zidane untuk segera datang ke Jerman. Hanya itu yang Jesika fikirkan.
Jesika merogoh ponsel dari saku nya, dan dengan cepat ia memencet - mencet layar ponsel ya.
" Halo Zidane aku tidak tau apa yang telah terjadi terhadap Ranaya, semalam dia mabuk. Aku ingin kau secepat nya ke Jerman " ucap Jesika
" Iya besok siang aku akan segera berangkat " dengan mengiyakan ucapan Jesika. Zidane sangat mencemaskan Ranaya.
Keesokan siang nya Zidane langsung berangkat ke Jerman. Setibanya di Jerman Zidane langsung menuju ke apartemen Ranaya menggunakan taxi
" Ranaya apa kamu di dalam?! " teriak Zidane
Tok ...
Tok...
Zidane mengetuk pintu, dan celingak-celinguk tak ada sahutan yang terdengar dari dalam.
perasaan cemas sudah menyelimuti Zidane tak fikir panjang Zidane langsung membuka pintu dan...
" Ya Allah, Ranaya apa yang telah kamu lakukan selama aku tidak ada?!" Zidane langsung berjalan dan menghampiriku.
Zidane memeluk tubuh ku, terlihat jelas aku yang menggigil dan Zidane meraba - raba kening ku yang terasa panas tinggi. Zidane menatap wajah ku dan menangkup pipi ku dengan kedua tangan nya.
" Apa yang telah kamu lakukan ! Kenapa kamu menyiksa diri mu " ucap Zidane
Aku hanya menggeleng lemas dan memejamkan mata ku.
Sebelum keluar dari kamar, Zidane kembali ke kamar Jesica yang bersebelahan dengan kamar ku.
" Jagain Ranaya sebentar. Aku akan kembali membawa dokter untuk memeriksakan kesehatan Ranaya "
Aku hanya menggeleng lemas dan memejamkan mata ku.
Zidane mengingat kejadian yang memberitahukan orang tua nya tentang perjodohan itu.
Zidane merasa bersalah saat ini. Apa yang membuat aku bahwa dia semakin yakin tidak akan pernah meninggal kan aku.
Zidane pun akhirnya pergi dan kembali membawa dokter untuk memeriksakan kesehatan ku
Di depan pintu " Silahkan dokter kamar nya di sebelah sini " Zidane membawa dokter itu masuk ke dalam kamar ku.
Dokter itu pun memeriksakan suhu badan ku dan memberikan obat kepada ku. Sementara Jesika duduk di samping ku dan menopang ku untuk bangun.
" Tolong berikan obat ini kepada Ranaya di minum 3x sehari, obat panas dan antibiotik. Istrirahat yang cukup ya " ucap dokter.
" Terima kasih dokter " Zidane mempersilahkan dokter untuk pulang. Sementara Jesika kembali ke kamar nya.
Zidane pun dengan lembut mengambil kan secangkir air putih dan memberinya ke pada ku.
Setelah meminum obat pereda panas Zidane kembali memeluk ku dengan erat.
" Maafkan aku yang telah membuat mu seperti ini, tidak seharus nya aku membuat mu seperti ini " Zidane yang merasa sangat iba dengan ku.