" Akkkhk !!" teriak ku
Trraaaaangg ....!
Terdengar dari arah sumber suara
di kedua bola mata ku. Aku melemparkan vas bunga yang berada di dekat meja rias, kehilafan yang membuat emosi yang tak bisa ku bendung akhir nya meledak. Menerima kenyataan hidup yang harus ku jalani.
" Siapa yang akan menjadi nasab di saat aku melangkah kan pernikahan ku nanti? Aku mempunyai ayah yang tak tau entah kemana, sedangkan rumah nya pun aku tak tahu " ucap ku sambil nelangsah. Tak terasa air mata ku mengalir membasahi pipi mulus ku.
Aku mencoba mengucek - ngucek bola mata yang terus menetes di bawah pelupuk mata.
Aku pun melirik dan memutar bola mata ke arah lemari dan membuka sebuah koper yang tersusun rapi di atas lemari.
koper yang berisi peninggalan almarhum Mama yang terdapat beberapa dokumen penting dan sangat berharga.
Lalu ku buka koper besar bewarna hitam yang tampak usang di makan waktu
"Siapa tau ada petunjuk penting di dalam koper ini" ujar ku
Aku pun membongkar seluruh isi dalam koper dan merogoh setiap sudut kancing tas nya dan tak ku temukan benda yang menurut ku bisa memberi petunjuk alamat keberadaan pak Dodi yang ku sebut Papa. Karena hanya almarhum Mama sewaktu hidup yang sempat melihat keberadaan di mana tempat tinggal pak Dodi.
Ku tinggal kan koper yang menurut ku tak mendapat peta rahasia, dan berjalan ke arah dinding. Aku tatap lagi bingkai foto gambar Mama yang tampak tersenyum indah di sebuah lukisan.
" Mama apa yang harus aku perbuat kali ini, sebentar lagi anak mu akan menikah ! bukan kah seorang anak perempuan jika ingin menikah harus mempunyai nasab yang sah ! siapa menjadi nasab ku nanti? Sedangkan saudara laki - laki pun tak ada, saudara sepupu ! atau saudara jauh juga tak perduli, pak Dodi yang ku sebut Papa juga tak mencari ku bahkan aku tak tau di mana rimba nya
anak mu hanya sebatang kara?! Mama" tanganku memeluk bingkai foto sembari isak tangis ku pecah.
Setelah kejadian kepergian Mama beberapa tahun yang lalu aku telah menutup mata dan telinga ku untuk tidak mengetahui keberadaan pak Dodi Papa ku.
Kalo bukan karena kamu yang harus jadi nasab ku tak sudi aku untuk mencari keberadaan mu.
Aku sangat kecewa dan tak bisa mema'af kan mu pak Dodi (Papa ku ) dan aku sudah berjanji kepada Mama ku untuk membalas kan perbuatan nya terhadap Mama ku.
Sebuah ide terlintas di otak ku kemudian aku langsung merogoh ponsel ku yang berada dalam hand bag. Jari - jari lentik ku mulai menari di atas tombol keyboard. Aku pun mengetik sebuah pesan di sana, setelah selesai merangkai kata pesan yang akan ku kirim, Aku menekan tombol kirim dengan hati sedikit lengah.
" Jalan satu - satu nya aku memutus kan untuk membayar wali hakin untuk menjadi wali di acara pernikahan ku nanti "
Aku pun tersenyum lega setelah mendapat sebuah solusi. Tampak hari mulai tak memancar kan sinar nya dan malu - malu memberi cahaya di kegelapan malam.
Aku pun segera naik ke balkon untuk menenang kan hati dan menoleh ke arah bintang - bintang, menunggu adalah hal yang sangat membosan kan
karena tidak ada pekerjaan lagi aku iseng - iseng menghitung bintang - bintang di langit malam
Tak terasa sudah 1 jam berlalu, aku mendengar dari kejauhan seperti ada orang yang memberhentikan suara motor nya.
Aku pun mencari arah sumber suara dan menoleh dari atas apartemen ke lantai satu
" Paket paket !" sahut si tukang paket yang bernama abang Aladin
Tin.. tin..
"Permisi ada paket" karena mendengar tak ada sahutan si Abang paket kembali berteriak.
Aku pun langsung buru-buru secepat yang ku bisa menemui si Abang pembawa paket. Si Abang pembawa paket ini ya memang biasa nya membawa paket pesanan ku, tapi tidak untuk kali ini aku merasa aku tidak memesan paket ?
"Paket mbak"
"Apa benar ini dengan mbak Ranaya '' ucap si Abang pembawa paket.
" Iya benar, dengan saya sendiri. Tapi perasaan saya tidak memesan apa pun." Jawab ku sedikit bingung
Bola mata ku sedikit tertuju ke arah bungkusan yang di jinjing si Abang pembawa paket.
Jika begitu paket ini benar untuk mbak Ranaya, silah kan tanda tangan di sini tunjuk Abang - abang pembawa paket pada tempat yang harus aku tanda tangani. Dengan ragu aku mengambil paket tersebut dan menandatangi kertas yang di minta si tukang paket itu.
Setelah si tukang paket tersebut pergi, aku kembali masuk ke kamar apartemen, lalu segera ku ingin membuka bungkus paket yang ku terima tadi.
Sebenar nya aku tidak tahu apa isi di dalam nya.
Saat ingin membuka paket tersebut suara ponsel ku berdering. Ku buka layar ponsel ku tertulis Zidane dari layar itu tanda ada telpon masuk.
" Sayang aku ada mengirim paket untuk mu, semoga kamu suka " ucap Zidane dan langsung mematikan ponsel nya.
" Oke terima kasih sayang " jawab ku kembali.
Aku pun tersenyum setelah mengetahui siapa yang mengirim paket tersebut, lalu aku segera membuka apa isi dalam paket ini dengan sekali sayatan paket ini langsung menampakkan apa isi di dalam nya.
Bola mata ku pun membulat besar setelah terlihat gaun putih nan indah serta banyak tersusun payet - payet yang menghiasi gaun tersebut dan terdapat selembar surat kecil di dalam nya, " Gaun ini kamu kenakan untuk di hari pernikahan kita nanti, 1 Minggu lagi kita akan mengadakan acara sakral kita, semoga kamu suka dengan gaun yang aku pilih kan untuk mu " begitulah isi surat yang di tulis Zidane di dalamnya.
Aku pun kembali tersenyum dan aku ambil gaun tersebut dan aku mencoba gaun itu, kulihat kan diri ku di depan kaca terlihat sangat elegant dari pantulan kaca, sangat cantik ketika aku memakai nya.
Hanya tinggal 1 Minggu, aku pun menyusun rencana untuk mempersiap kan apa yang akan menjadi kebutuhan ku di acara pernikahan ku nanti.
Wali hakim aku menugaskan Adrian ia salah satu staff di kantor yang akan membantu mengurus perwalian ku, karena Adrian lah yang mengerti hal itu. Sebelum nya Adrian juga pernah mengurus perwalian adik sepupu nya jadi dia paham betul apa prosedur yang harus di selesai kan.
Setalah tampak puas aku mencoba gaun ini, aku merapikan nya dan menyimpan nya dalam lemari
kemudian mencoba beristirahat di atas ranjang empuk ku dan memeluk bantal guling lalu ku pejam kan mataku.