Julia POV
Suasana di ruang tamu rumah Julia terasa sangat tegang. "Jadi kalian..."
"Gue sama Rose, kenalan di Tinder." Rose menganggukkan kepalanya. "Kita tadi itu... gak sengaja ketemu, terus..." Julia melirik ke samping kirinya.
"Rumah ku tidak jauh dari sini, dan dia mengajak ku untuk makan malam bersama." Julia menganggukkan kepalanya setuju. Irene hanya menghela napasnya lega, lalu menatap tajam Julia.
Julia hanya menghela napasnya kasar dan menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Denger..."
"Lo bilang lo lagi gak cari hubungan dulu!?" Tanya Irene dengan tatapan tajamnya.
Rose berdiri dan berjalan menuju ke dapur untuk mengambil handbag miliknya. "Kalau begitu aku akan..." Julia langsung berdiri dan mengedip-ngedipkan matanya. Rose hanya bisa menghela napasnya kasar dan menggeleng.
"Lo ngapa!? Oh, lo mulai ya, rahasia-rahasiaan sama gue." Julia memijat pelipisnya dan menghela napasnya kasar. Ia langsung memejamkan matanya. "Lo mau ngasih alesan apa lag!?" Irene menyilangkan tangan di depan dadanya sambil menatap Julia dengan penuh selidik.
Rose yang terjebak di tengah pertengkaran mereka hanya bisa berjalan menuju pintu dengan perasaan yang campur-aduk. "Aku akan menghubungi mu lagi," ucapnya.
Julia menghela napasnya kasar dan menatap Irene yang kini masih menatapnya tajam. "Jelasin cepet! Keburu gue..."
"Gue ketemu dia di Tinder plus, gue gak nyembunyiin apapun itu ke lo. Emang gue lagi gak mau berhubungan dengan siapa-siapa, tapi gue cuman butuh temen. Gue harus be-bersosialisa..si kan?" Julia menatap Irene sambil menaikkan satu alisnya.
Irene hanya terdiam untuk beberapa saat. Julia hanya bisa menghela napasnya kasar. "Lo kenapa sih, Rene? Gue bingung sama lo." Julia berjalan menuju kulkasnya untuk mengambil minuman dingin.
Irene tidak menjawab pertanyaan Julia. Ia memilih untuk duduk termenung di sofa sambil menopang dagunya. Julia melirik ke arah Irene yang kini sedang menatapnya dengan intense.
"Gue sebenernya suka sama lo, Jul. Apa lo gak ada niatan buat buka hati ke gue?" Julia sebisa mungkin tidak menanggapi apa yang ada di pikiran Irene saat ini. Julia menghampiri Irene dengan dua kaleng beer di tangannya.
Ia meletakkan satu piring daging yang sudah di masak oleh Rose barusan. "Gue b-boleh tanya gak? Soal pribadi?"
Julia menganggukkan kepalanya. Irene menghela napasnya kasar sambil menatap Julia. "Lo itu kenapa sih? Kok bisa lo gak mau buka hati ke siapa-siapa? Apa... jangan-jangan lo udah nikah, tapi nyembunyiin status lo yang asli ke gue!?"
Julia tersedak saat ia mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Irene. Julia mengusap-usap dadanya dan menatapnya dengan tatapan tidak nyaman. "Pertanyaan macem apasih itu!? Lo kata gue tukang selingkuh!?"
Irene menghela napasnya kasar. "Bukan gitu ih!" Irene memeluk bantal sofa yang ada di sisi kanannya. "Gue cuman... bingung sama lo. Lo gak kaya orang-orang kebanyakan. Lo itu pendiem, gak banyak omong, dan misterius. Isi otak lo itu apaan sih!? Ya... gak salah kalo ada orang yang... punya pikiran macem gue." Jelasnya.
Julia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. "Sebenernya... gue punya masa lalu kelam dalam percintaan dan gue gak mau kejadian itu keulang untuk yang kedua kalinya." Julia menyandarkan punggungnya dan menghela napasnya.
Rose POV
Rose hanya menghela napasnya kasar sambil memejamkan matanya. "Apakah itu sebuah kebenaran?" Gumam Rose.
Rose yang ingin menyalakan mesin mobilnya langsung tersentak ketika ia melihat seseorang duduk di kursi belakang. "Selamat datang, Princess Eponine. Apa..."
"Apa Julia menyuruhmu?" Tanyanya. Rose tidak bisa melihat ekspresi bayangan tersebut. Walter tidak menjawab pertanyaannya.
"Aku hanya melakukan tugas ku, Tuan Putri. Sebagai pengawal pribadinya, saya hanya menjalankan tugas. Apakah..." Rose berusaha meraih bayangan tersebut namun, Walter menahan tangannya. "Princess Aurora menyuruhku untuk selalu waspada terhadap siapapun. Ia tidak ingin kejadian itu terulang lagi."
Rose menarik tangannya, lalu ia mengusapnya. Mata biru terang sangat begitu menyala di kegelapan malam. Ia menatapnya dengan lekat hingga suara Irene berpamitan terdengar samar di telingannya. Rose menengok ke samping kirinya sekilas.
Kini ia tidak mendapati bayangan tersebut, lalu menghela napasnya kasar. "Apa yang ingin kau bicarakan, Julia?" Gumamnya. Ketika Irene tidak terlihat lagi dari pandangannya, ia langsung turun dari mobil dan berjalan menghampiri Julia.
Julia POV
Julia menghela napasnya kasar dan mempersilahkan Rose untuk masuk. "Aku hampir saja pergi meninggalkan mu!" Keluhnya. Julia memberikan segelas air putih dingin dan mempersilahkan Rose untuk duduk di barstool.
Rose menganggukkan kepalanya. Julia mengelap gelas wine lalu ia menaruhnya di hadapan Rose. "Aku hanya ingin meniru resep Romawi kuno dulu. Kakek moyang ku sangat suka wine dingin. Apa kau... ingin mencobanya?"
Rose yang masih kesal dan haus menganggukkan kepalanya. Julia menuangkan wine ke dalam gelas tersebut dan meletakkan daging yang ia masak. Rose hanya diam dan mencicipi masakan Julia.
Matanya membesar dan ia menatap Julia yang sedang mengelap gelas whisky lalu ia menaruhnya di rak yang berisikan gelas. "Ini..."
Julia menyunggingkan senyumannya dan menatap mata Rose. "Aku hidup sendiri di saat umur ku 19 tahun. Aku tidak menyelesaikan gelar dokter ku di karenakan... aku tidak ada minat di bidang tersebut dan membuat ku terusir." Julia meletakkan satu piring daging setengah matang di hadapan Rose. "Disamping itu... orang tua ku pernah memergokiku berpacaran dengan wanita yang dulunya ku cintai."
Rose hanya diam dan menatapnya. "Apa ada kaitannya dengan Irene?" Tanyanya.
Julia menggelengkan kepalanya. "Irene adalah salah satu kaum slave yang perlu bantuan." Jawaban Julia membuat Rose termenung. Ia meletakkan garpu dan menegakkan tubuhnya.
"Bagaimana keadaan orang tua mu? Aku akan..."
"Tidak ada yang bisa melawan keputusan mereka. Aku benci menggukanan nama belakang ku dan sebutan 'Tuan Putri.' Untuk apa mereka mengucapkannya jika aku sudah di anggap mati?" Rose hanya terdiam.
Rose POV
Rose menghela napasnya dan menggenggam tangan Julia. "Apa kau ingin menolong Irene... karena ia sama dengan mu?" Julia hanya menggelengkan kepalanya.
Rose menghela napasnya kasar. "Apa kau bisa... menjelaskan kejadian apa yang tidak ingin terulang lagi? A-apa... ada kaitannya dengan Adrian?"
Julia hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Itu hanya terjadi kepada ku." Rose hanya diam dan menatapnya. Ia berharap Julia menceritakan kejadian yang di maksud namun, tebakkannya meleset.
Julia hanya diam menuangkan whisky ke dalam gelas dan mengaduknya. "Whisky mixed with water dari anime Bartender." Ucapnya sambil memecahkan es batu.
Rose menuangkan kembali wine yang di tuang barusan. "Louis M. Martini tahun 2015?" Julia hanya mengendikkan bahunya.
"Hadiah dari Benjamin." Rose hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
Julia menyesap minumannya dan menghela napas panjang. "Apa... kau bersedia membantu ku?" Rose menatap Julia. "Jika tidak mau yasudah! Aku bisa melakukannya sendiri!"
Rose menggeram. Ia melemparkan garpu ke arah Julia dan ia menggores lengannya. "Kau ini! Aku sangat tertarik! Apa kau..."
Julia hanya menganggukkan kepalanya. "Lebih baik kau menginap. Ini sudah sangat larut." Julia mengangkat tangan kirinya sambil menaiki anak tangga. "Good night!" Rose hanya diam dan mengamati punggung Julia hingga tidak terliat dari pandangannya.
Ia hanya bisa menghela napasnya kasar. "Good night too, Julia." Gumamnya.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa untuk share, vote, komen, dan tambahkan ke library! Karena setiap hal kecil yang kalian lakukan dapat membantu Author makin termotivasi untuk menulis.