Yoona dan Louis masuk sebuah cafe untuk makan siang. Mereka memesan menu ringan dan segera memulai obrolan sembari menunggu.
"Aku suka makanan di cafetaria perusahaan Fabio. Koki mereka sangat ahli, tapi sayang aku tak bisa makan berdua denganmu di sana," kata Louis.
"Aish, aku sudah bosan dengan menu di sana. Terlalu monoton padahal sudah sering aku protes," jawab Yoona.
"Kau begitu pemilih, padahal Fabio bisa makan apa saja," ujar Louis.
Yoona menatap tajam Louis. Semakin lama dia mulai terbius pesona pria 28 tahun itu, dia setahun lebih muda darinya tapi sikap dan perhatiannya sangat mengusik pikirannya.
"Aku memang pemilih, aku tak pernah memperhatikanmu selama kita berteman karena selalu ada Fabio diantara kita. Bolehkah aku mulai memperhatikanmu sebagai teman tanpa Fabio?" ucap Yoona.
Otaknya mulai kerasukan niat berselingkuh. Dia tiga hari dalam kesendirian dan termakan cemburu pada madunya. Perasaannya sudah sedikit berubah dan ingin mencoba sesuatu yang menghibur.
"Apa maksudmu?" tanya Louis.
"Ah, bukan apa-apa. Abaikan saja, aku hanya bicara asal," elak Yoona.
Dia menjaga harga dirinya karena tak ingin dianggap gampangan.
"Malam ini kau ada acara?" tanya Louis.
"Malam ini Fabio kembali. Ada acara makan malam di rumah," jawab Yoona.
"Kau akan menyambut madumu dengan makan malam?" ejek Louis.
"Aish, apa yang kau katakan. Ini rencanaku dan aku harus bermain secara fair," jawab Yoona.
"Kurasa berat, dia bukan gadis biasa," sahut Louis.
"Apa maksudmu?" desak Yoona.
"Dia terlihat liar dan arogan. Tapi latar belakang pribadinya begitu manis dan penuh kasih. Aku sudah menyelidiki Amanda setelah dia membuatku overdosis malam itu," jelas Louis.
Perkataan Louis membuat Yoona semakin takut. Dia sudah diguncang rasa khawatir tapi dia tutup rapat dengan senyum dan sikap sombongnya. Kini justru perkataan Louis membuatnya goyah.
"Apapun itu aku akan menang. Aku istri pertama dan akan selamanya menjadi istri Fabio Rezer," tegas Yoona.
"Baiklah," jawab Louis tak ingin berdebat.
Makan siang keduanya sedikit rusak. Obrolan mereka yang semula begitu harmonis menjadi sedikit memanas.
"Kau cantik, cerdas dan bermental baja. Tak pantas hidup dengan pecundang seperti Fabio," batin Louis.
Wajah cantik Yoona membuat Louis semakin tergila-gila. Dia berencana mengaet istri sahabatnya itu bukan tanpa alasan. Louis merasa iri dengan kehidupan Fabio. Apalagi setelah Fabio menikahi Amanda.
Di sisi lain, Fabio membawa Amanda berkeliling kota sebelum kembali ke rumah. Keduanya menikmati siang yang teduh ke berbagai tempat. Mulai dari pusat perbelanjaan hingga roadfood.
"Aku mulai terbiasa dengan selera istriku ini," ujar Fabio.
Amanda tersenyum, dia berhasil membuat Fabio makan isi perut binatang yang dipanggang dengan bumbu khas kedai. Keduanya menikmati makan siang dengan canda tawa. Tak henti Amanda membuat suaminya terkesima dengan segala sesuatu yang dia bisa lakukan.
"Apa ada hal yang tak bisa kau lakukan?" tanya Fabio.
"Em, tak ada. Aku bisa melakukan segalanya. Segala yang ingin aku lakukan, aku bisa," jelas Amanda.
Fabio tersenyum. Dia menatap lekat kedua mata bulat Amanda yang berbinar penuh cinta itu.
"Buatlah hatimu mencintaimu dan tak ingin pergi dariku, aku akan menjaga agar kau sampingku," ujar Fabio.
Amanda menghentikan aktivitaanya. Perkataan Fabio membuatnya menjadi wanita yang bahagia. Dia merasa dicintai dan sedang dipertahankan.
"Aku memiliki segala hal yang bisa membuatmu bahagia, bertahanlah sampai aku bisa membawamu selamanya menjadi pendamping hidupku," imbuh Fabio.
Amanda tak ingin terhanyut dalam sebuah janji palsu. Baginya waktunya hanya setahun. Tak akan pernah lebih mengingat Tuan Rezer juga sudah tahu semuanya. Dia tak akan membiarkan Fabio memiliki dua istri dan membuat menantu kesayangan keluarga Rezer itu terluka.
"Uangmu tak akan pernah bisa membeli keputusan ayahmu, aku sudah tahu batasanku. Dan kurasa setahun ini akan lebih mudah karena kau begitu mencintaiku," jelas Amanda.
"Ayah? Kau berpikir tentang ayahku juga?" tanya Fabio.
"Tentu saja, dia adalah pemegang kuasa penuh akan kehidupanmu. Bukankah kau memungutku karena ingin membuatnya bahagia dan segera mengesahkan peninggalannya," kata Amanda.
"Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu?" desak Fabio.
"Sudah bisa ditebak. Yoona berkali-kali membahas tentang penetapan pewaris itu," kata Amanda.
Fabio tertawa, dia merasa malu. Baginya pernikahan yang semula bertujuan untuk segera menjadi pewaris tunggal perusahaan milik Tuan Rezer kini sudah berubah. Dia jatuh cinta dan Amanda menguasai hatinya.
"Yoona tak bisa hidup tanpa pengakuan. Dia sangat ingin segera tinggal bersama orang tuaku. Dia memikirkan cara untuk bisa segera pindah ke rumah yang sangat mengerikan itu," jelas Fabio.
"Apa yang membuat kalian tak segera dikaruniai anak?" tanya Amanda.
"Dokter mengatakan jika sistem reproduksi Yoona mengalami kelainan, dia pernah menderita miom parah dan membuat dinding rahimnya cacat. Sehingga akan sulit untuk hamil," jelas Fabio.
Amanda mendengarkannya dengan seksama penjelasan Fabio. Pikirannya tak tenang. Dia merasa diingatkan setiap saat jika dia hanya istri kontrak, tak lebih dari itu.
"Apa aku juga akan menjalani pemeriksaan sebelum aku benar-benar hamil?" tanya Amanda polos.
"Entahlah, aku tak yakin. Aku tak lagi memikirkan kehamilanmu karena hamil kapanpun aku tak akan pernah melepaskanmu," jawab Fabio.
Amanda merasa tersentuh. Dia merasa Fabio benar-benar mencintainya.
"Apa yang kau rasakan sekarang mungkin saja hanya karena kita baru mengenal dan bersama. Aku tak mau bermain perasaan dan harapanku, aku akan diam dan mengikuti arus yang kau ciptakan," kata Amanda.
"Bukankah kau juga merasakan hal yang sama denganku?" tanya Fabio.
"Kau benar. Tapi aku akan menahanya dan mengikuti arusmu. Aku tahu aku akan terluka, tapi karena aku mencintaimu aku tak khawatir lagi," jelas Amanda.
Fabio mengenggam erat tangan istrinya. Wajah Amanda memang selalu berhasil menyembunyikan segala keresahan dengan baik, tapi sedikit banyak Fabio mulai mengerti dari penekanan kata yang diucapkan Amanda.
"Katakan apapun yang kau rasakan padaku. Aku suamimu, aku bertanggung jawab penuh atas kebahagiaanmu," ucap Fabio.
Hangatnya cinta dan kasih Fabio membuat Amanda memiliki segalanya. Dia merasa hati piciknya sudah pergi. Dia hanya ingin membahagiakan Fabio seperti Fabio berjanji akan membuatnya bahagia.
"Yoona mengirim pesan jika bibi masak banyak untuk makan malam. Apa kau keberatan?" tanya Fabio.
Amanda menggeleng, dia juga selalu memikirkan istri pertama Fabio itu walau acapkali sikapnya sangat buruk.
"Yoona juga berhak atas dirimu," jawab Amanda.
Fabio tersenyum kecut, dia merasa tengah membuat hatinya sendiri berbohong. Dia tak ingin membuat Yoona terluka dengan menyetujui acara makan malam itu, tapi justru dia merasa ini akan membuat Amanda berubah.
"Ayo bersiap kembali, kita butuh packing baju yang berserakan di hotel." Amanda menyudahi obrolan.
"Aku ingin segera makan pasta buatanmu," ujar Fabio.
Amanda mengelus lembut lengan kekar suaminya yang ia peluk sembari melangkah untuk kembali ke hotel. Keduanya begitu serasi. Hingga membuat siapa pun yang memandang merasa iri.
* * *